Mohon tunggu...
Siti Syarifah Nur Fuadah
Siti Syarifah Nur Fuadah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.

Membaca, menulis, dan olahraga.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peran Cendekiawan Muslim dalam Mengembangkan Ilmu Pengetahuan Matematika

25 Desember 2024   21:22 Diperbarui: 26 Desember 2024   09:56 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: Padmanews24.com)

Sering kali kita mendengar para matematikawan negara Barat seperti Leonardo Pisano Bigollo yang memperkenalkan Seri Fibonacci, Phytaghoras penemu Teorema Phytaghoras, John Napier penemu Logaritma, dan ilmuan lainnya.

Nah, sebenarnya banyak juga loh matematikawan yang berasal dari negara Timur, bahkan tak jarang mereka menjadi pelopor teori pada temuan tersebut. Mau tau siapa aja mereka dan berperan dalam hal apa saja?? Yuk baca tulisan ini sampai selesai. Nah inilah 3 matematikawan muslim yang akan dibahas :

1. Abu Al-Wafa al-Buzjani

Pada abad ke 10 M di era keemasan peradaban Islam, ada matematikawan muslim fenomenal yang tidak kalah hebat dengan al-Khawarijmi yaitu Abu Al-Wafa Muhammad Ibn Muhammad Ibn Yahya Ibn Ismail Ibn Abbas al-Buzjani. Beliau lahir di Khurasan (Iran) tepatnya al-Buzjani pada tanggal 10 Juni 940/328 H dan wafat pada 15 Juli 998 di kota Baghdad Irak. Berguru ilmu matematika pada pamannya yaitu Abu Umar al- Maghazli dan Abu Abdullah Muhammad Ibn Ataba. Sedangkan beliau belajar ilmu geometri  dari Abu Yahya al-Marudi dan Abu al Ala Ibn Karnib (Miftasha 2018).

Abu Al-Wafa dalam bidang matematika khususnya trigonometri (trigonon : tiga sudut dan metro : mengukur). Trigonometri merupakan salah satu  cabang matematika yang membahas terkait sudut segitiga dan fungsi trigonometri seperti sinus, cosinus, dan tangen.  Beliau berjasa melahirkan sederet inovasi, pencetus pertama rumus umum sinus, memperkenalkan fungsi tangen,

Memecahkan sejumlah masalah yang berkaitan dengan spherical triangles dan memperbaiki metode penghitungan tabel trigonometri. Sehingga beliau berhasil menyusun rumus identitas trigonometri secara khusus, berikut rumus yang dihasilkannya :

Sin(a + b) = sin(a)cos(b) + cos(a)sin(b)

Cos(2a) = 1 -- 2sin^2(a)

Sin(2a) = 2sin(a)cos(a)

Selain itu, beliau  berhasil membentuk rumus geometri untuk parabola, berikut rumus yang dihasilkan:

X4 =  ax4 + ax3 = b (Miftasha, 2018).

Kedua rumus itu merupakan secuil pemikiran beliau yang masih bertahan hingga kini dan kita menggunakan rumus itu dalam ketika belajar. Dengan kemampuannya dalam membentuk rumus itu membuktikan bahwa beliau adalah matematikawan genius.

Beliau juga mewariskan buku yang membahas tentang aritmatika (ilmu hitung) yaitu kitab al-kami (Buku Lengkap). Sedangkan Kitab Al-Handasa mengkaji penerapan geometri. Tidak hanya itu beliau juga terkenal sebagai insinyur dan astronom pada zamannya.

Peradaban Barat mengakui kiprah dan pemikirannya beliau dalam bidang sains, hebat sekali bukan beliau ini. Nama beliau dijadikan salah satu nama kawah bulan yang terletak tepat pada koordinat 1.00 Timur, 116.60 Timur, dekat ekuator bulan. Diameternya mencapai 55 Km, Kedalamanya mencapai 2,8. Sebagai bentuk pengakuan dunia karena telah berjasa mengembangkan astronomi (Miftasha, 2018).

Hikmah yang dapat diambil untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari:

1. Harus mempunyai rasa ingin tahu yang sangat tinggi sehingga dapat menemukan sesuatu yang mungkin kita anggap tidak mungkin didapat sebelumnya.

2. Ketika kita melakukan hal yang baik tidak hanya diri kita yang akan mendapatkan manfaatnya otomatis keluarga, lembaga, agama, negara yang bersangkutan mendapatkan efek positif / manfaatnya sebaliknya berlaku juga ketika kita melakukan hal buruk.

3. Kita bisa mempunyai keahlian bahkan berbagai keahlian jika kita bersungguh-sungguh dalam mengembangkan dan menggali potensi yang kita miliki.

2. Al Qalasadi

 (Sumber: tirto.id)
 (Sumber: tirto.id)

Pada abad ke 15 tepatnya pada tahun 1412 lahirlah seorang matematikawan Muslim di Baza (Basta), Spanyol, yang mempunyai nama lengkap Abu al-Hasan Ali Muhammad bin al-Khurasi al-Basri. Al Qalasadi mengembangkan ilmu matematika tentang pecahan yang membahas definisi pecahan dalam kitab Talkhis A'mat al-Hisab karya al bana, dengan menambahkan pembilang diatas penyebut dan memisahkannya dengan garis horizontal, beliau juga memberikan komentar terhadap kitab tersebut sehingga menghasilkan buku aljabar (Rohayatun, 2015).

Dalam pecahan beliau menggunakan pernyataan "ala ma'sihi (tempatkan di atasnya)" dan "mafawk al-khatt (yang ada di atas garis"). Untuk mengenal simbol-simbol ilmu hitung, beliau menggunakan "wa (dan)" untuk penambahan (+) sedangkan untuk pengurangan (-) menggunakan "illa (kurang)". Dalam perkalian (x) al Qalasadi menggunakan "fiyang (kali)'' sedangkan untuk pembagian (/) menggunakan simbol "ala (bagi)''. Selain itu, terdapat simbol huruf seperti simbol j melambangkan akar, simbol sh melambangkan variabel, simbol m melambangkan kuadrat (X2), simbol k melambangkan pangkat tiga dan persamaan dilambangkan dengan =", Al Qalasadi juga memperkenalkan simbol-simbol Alja2014 (Rohayatun, 2015).

Beliau juga tidak hanya mempelajari bidang matematika tapi beliau berguru kepada Ali bin Musa ilmu faraid, tidak lupa juga beliau memperdalam ilmu agama kepada Abu Ishak Ibrahim bin Futuh dan Imam Abdullah al-Sarakusti (Rohayatun, 2015).

Hikmah yang dapat diambil dari matematikawan Al Qalasadi tidak kalah menarik, diantaranya:

1. Ketika membaca, mempelajari suatu buku hasil karya orang lain tidak serta merta menerima, menelan mentah-mentah tapi kita harus bisa mengembangkan karya tersebut.

2. Untuk mendapatkan suatu ilmu kita harus bekerja keras, berguru sebanyak banyaknya untuk memperluas dan memperdalam ilmu kita.

3. Orang terdahulu berperan dalam kehidupan kita baik untuk menjadi contoh dari kebaikan atau sebuah perbaikan dalam diri kita untuk keburukan yang telah dilakukannya.

4. Mempelajari bidang apapun itu tetap harus dibarengi mempelajari, memperdalam agama kita, untuk menguatkan iman dalam diri kita dan menjaga dari akhlak tercela yang bermunculan akibat banyaknya ilmu, seperti sombong, ujub dan lainnya.

3. Al Karaji

(Sumber: CNN Indonesia)
(Sumber: CNN Indonesia)

Matematikawan pada abad ke 4 H yang mempunyai nama lengkap  Abu Bakar Muhammad bin al-Hasan dikenal sebagai Al-Hasib (ahli hitungan). Beberapa tulisan modern mengklaim beliau dari distrik Al-Karkh dari Baghdad sedangkan menurut Levi Della Vida Girogio, Al Karaji penduduk asli Karaji di Iran (Blog Penemu, 2014).

Beliau pergi ke Baghdad ketika masih muda, di sana ia memegang posisi tinggi dalam pemerintahan dan menyusun beberapa karya yaitu matematika Al-Fakhri, Al-Kafi dan Al-Badi ', beliau menjadi orang pertama yang membebaskan aljabar dari operasi geometris produk aritmatika Yunani. Beliau menggantinya dengan operasi yang merupakan inti dari aljabar pada saat ini. Mendapatkan pujian dari Woepcke karena beliau orang pertama yang memperkenalkan teori aljabar kalkulus (Blog Penemu, 2014).

Islam mengalami zaman keemasan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi dari abad ke 9-16 terutama dalam penerapan perangkat yang ditemukan untuk menghasilkan sarana air bersih, dan mengendalikan gerakan air. Munculnya beberapa kota seperti Baghdad, Kairo, Cordoba, Damaskus, Fez dan Marrakech, diperlukan metode canggih dalam pengelolaan air sehingga dapat memasok pertumbuhan populasi yang kian cepat bertambah. Dalam hal itu Al Karaji mengkaji dan menyumbangkan pemikirannya berupa ilmu ekstraksi air bawah tanah dalam kitab Inbat al-miyah al-Khafiya. Sehingga beliau mendapatkan julukan pelopor mesin air dikarenakan kehebatannya. Buku tersebut bukti kontribusinya pada abad ke 10 M dalam bidang selain matematika yaitu hidrologi dengan survei dari berbagai aspek geologi (Blog penemu, 2014).

Selain itu, dalam buku itu beliau memperkenalkan teknik pengairan dengan menggunakan pipa untuk memanfaatkan air yang ada di bawah yang disebut qanat, teknik pembangunan saluran lapisannya, perlindungan terhadap kerusakan, pembersihan dan pemeliharaannya. Di era keemasan Islam, tepatnya ketika kekhalifahan Umayyah dan Abbasiyah teknik itu salah satu yang paling efektif untuk menyediakan air. 75% air di Iran dihasilkan dari qanat yang panjangnya 100 ribu mil. Qanat masih digunakan di beberapa bagian negara Islam terutama daerah tenggara seperti Semenanjung Arab dan Afrika Utara. Teknik tersebut berasal dari Iran Utara pada era kuno, namun teknik pengadaan air melalui jarak jauh secara luas telah digunakan di dunia Muslim di abad pertengahan hingga zaman modern.  Beliau wafat pada tahun 406 H/1015 M (Blog Penemu, 2014).

Tidak kalah banyak lohh hikmah yang bisa diambil dari matematikawan al Karaji ini:

1. Keberhasilan suatu ilmu dapat dibuktikan dengan dipraktikkannya dalam kehidupan sehari hari.

2. Lamanya dalam mencari ilmu juga dapat membedakan pencapaian yang didapatkan.

3. Ketika kita dapat mempelajari berbagai ilmu itu baik untuk pengetahuan kita, namun kita juga harus mempunyai satu bidang yang diperdalam ilmunya sehingga dapat menghasilkan karya yang bermanfaat.

4. Islam pernah berperan penting dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Mari bangkitkan kembali kejayaan Islam di masa lampau melewati kita sebagai generasi penerus.

Semoga dengan membaca tulisan ini selain mendapat pengetahuan baru dapat mengambil hikmah untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, mendapatkan semangat untuk membangkitkan kejayaan Islam di masa lampau seperti para matematikawan di atas.

DAFTAR PUSTAKA  

Blogpenemu. “Biografi Al-Karaji -Ilmuwan Matematika Muslim Pencipta mesin air.”Diakses pada tanggal 24 Desember, 2024. https://blogpenemu.blogspot.com/2014/06/biografi-al-karaji-ilmuwan-matematika-Muslim-Pencipta-mesin-air.html.

Miftasha, Anggi. "Mengenal Sosok Abu al-Wafa', Perumus Trigonometri." Kompasiana. Diakses pada tanggal 24 Desember 2024.https://www.kompasiana.com/helfa/566c2a41707a61e30a78aec1/biografi-abu-wafa-sang-matematikawanjenius-.

Rohayatun, Eny. "Al-Qalasadi: Pencipta Notasi Pecahan Modern." Kompasiana. Diakses pada tanggal 24 Desember, 2024. https://www.kompasiana.com/enyrohayatun/56231b6c3b7b616b052efcc3/alqalasadi-pencipta-notasi-pecahan-modern.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun