Saya menonton Green Book, film pemenang piala Oscar terbaru tahun 2019 ini, dengan rating 8,3.
Sebuah drama komedi kemanusiaan yang menarik, berdasarkan novel dari kisah nyata seorang pianis terkenal Amerika, Â seorang doktor berkulit hitam, kaya raya serta santun, yaitu DR.Donald Shirley .
Dan kisah itu konon terjadi pada tahun 1962.
Diceriterakan Don Shirley bersama sopirnya Tony Lip (Vallelonga), pria kulit putih, dengan latar kehidupan  amat sederhana, sedikit urakan, suka omong kosong dan doyan sekali makan
Mereka melakukan perjalanan dengan mobil, untuk tur pertunjukan Don Shirley kedaerah Selatan yang masih rasis.
Mereka dipandu oleh sebuah buku berjudul " The Negro Motorist Green Book ", suatu buku berisi daftar motel atau penginapan yang ramah, Â khusus bagi warga kulit hitam didaerah Selatan.
Melihat film ini, kita bisa membayangkan keadaan masyarakat Amerika masa 50 tahun yang lalu.
Bahwa warga kulit hitam masih diperlakukan rasis, direndahkan, dilecehkan derajatnya, disepelekan, dihina dan tidak dihargai sepadan dengan warga kulit putih.
Banyak adegan melukiskan masa  lalu Amerika yang mengerikan, tetapi setelah melalui proses belajar yang begitu lama, toh sekarang USA terkenal sebagai negara adidaya, dan terdepan dalam membela HAM.
Dalam film Green Book itu banyak terjadi saling-silang antara sang majikan, yang berkulit hitam dengan sopirnya yang berkulit putih, meskipun lama kelamaan ada penyesuaian persahabatan diantara keduanya.
Dilatar belakangi oleh kehidupan masyarakat Amerika waktu itu, dicuplik dan diperlihatkan dengan apik dalam film itu juga.
Penggambaran adegan masa itu, dengan mobil2 kuno yang besar dan lebar, keadaan kota yang masih sederhana, juga gaya hidup serta model baju dan sisiran  rambut jadoel, semua disorot dengan jeli, teliti serta mengagumkan.
Kehidupan warga kulit hitam yang menyedihkan juga digambarkan sekilas dalam perjalanan mereka, menimbulkan renungan yang dalam pada kehidupan kita.
Oh iya, waktu itu  KFC masih baru saja terkenal didaerah Kentucky, gerainya tampak seperti warung pojok kumuh yang tidak menyolok.
Tetapi setelah selama limapuluh tahun kemudian, semua bisa berubah .
Yang istimewa, bahkan ada salah satu Presidennya yang keturunan kulit hitam.
Banyak perubahan terjadi, jika dibandingkan dengan keadaan Amerika sekarang.
Yang jelas, KFC sekarang malahan sudah merambah keseluruh dunia, termasuk Indonesia, ...
Jadi bisa ditarik kesimpulan, bahwa semua perubahan dari segi apapun, Â tidak bisa terjadi dalam sekejap mata.
Tidak bisa sak-deg-sak-nyet, simsalabim - tetapi semua harus melalui proses yang panjang, dan pasti ada kesulitan dalam penyesuaian bahkan bisa  terjadi konflik disana-sini.
**************
Didalam kenegaraan juga ada proses seperti itu.
Semua tidak bisa terwujud sekaligus kayak main sulap, semua upaya perbaikan juga harus melalui proses, kadang harus dilalui dengan kegigihan dan juga kerja-kerja dan terus kerja.
Untuk pemilihan tokoh unggulan juga dilakukan dengan proses.
Jadi sekelompok masyarakat, atau suatu partai, Â akan memilih seorang pemimpin yang diunggulkan.
Dan karena ternyata tidak ada Super Hero atau Wonder Woman dikehidupan nyata, pemilihan tokoh unggulan dilakukan dengan  jajak pendapat, pemilihan, suatu referandum antar mereka.
Proses ini sering menimbulkan konflik antar pemilih, juga antar partai.
Tetapi kita harus selalu ingat kata2 bijak dari The Battle Field, yaitu - You might lost the battle, but you can win the war -
Jadi sebelum membentuk suatu pemerintahan, pasti terjadi suatu  seleksi, saling-silang, adu argumen pendapat, bahkan sering konflik untuk saling memilih pemimpin yang patut menjadi panutan.
Antar partai, atau dalam personal partai, pasti selalu terjadi persaingan semacam itu, dimanapun.
Tapi tetap saja, semua harus  sesuai dengan aturan2 yang sudah disepakati bersama.
Sehingga meskipun ada silang sengketa, carut marut, kita tetap harus bersatu untuk membentuk masyarakat yang di cita2-kan, menuju terselenggaranya kesejahteraan bersama  bagi semua.
Pencapaian pasti tidak mudah, membutuhkan waktu, tidak bisa sekejap terwujud, tetapi harus melalui proses dengan tekad dan kemauan serta kerja keras.
Manusia itu mempunyai keterbatasan dan ketidak pastian, juga punya pikiran masing-masing, jadi harus ada upaya yang keras juga jika  ingin mewujudkan cita- cita bersama itu.
Sudah benar jika Indonesia dalam proses memilih pemimpinya melalui pemilu.
Ada kampanye yang hingar-bingar, dalam proses adu seleksi itu, karena diharapkan bisa terpilihnya pemimpin yang jujur, optimis, mau  bekerja keras untuk mewujudkan Indonesia yang lebih maju dan sejahtera.
Kapan terwujudnya ?
Tentunya harus ada upaya keras dari Pemerintah dan semua lapisan masyarakat untuk mau bergandeng tangan dan gandeng hati untuk mewujukan cita2 bersama itu.
Didalam wawancara Jokowi dengan cak Lontong beberapa waktu yang lalu, Â sudah dijelaskan secara gamblang :
" Wah, jadi Bapak piawai nyetir macam2 ya pak. Bapak mestinya punya SIM ?"
"Punya, ... saya punya SIM.A, SIM.B, dan SIM.C saya juga punya, ..."
"Lho lha yang tidak punya SIM apa pak ?"
"Yang saya tidak  punya itu SIMsalabim, ...."
Hehehe, bener juga, jadi harus kerja -kerja dan terus kerja nyata, bukan cuma pintar main sulap saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H