Satu pedang aku tendang dan jatuh di dekatnya, kelihatan darahnya makin deras menetes dan mulai membasahi bajunya. Pedang itu diambil dan dilemparkan padaku, aku tangkis dan jatuh berdencing.
Gayatri memperhatikan semuanya dan langsung ketengah arena menolong putrinya, melihat ke arahku dengan marah sekali. Dia mengambil pedang yang tergeletak.
“S-e-b-e-n-t-a-r, … “ Nyai Gandhes ketengah arena, mendekati aku dan berbisik padaku, aku terbelalak, tapi beliau tersenyum dan mengangguk.
Gayatri penasaran dan menyerang aku dengan ganas, mataku malah mencari-cari pangeran dari Kemayang, Tirto Beno.
Ketika mata kami bertatapan, aku tersenyum kepadanya, … ah, Nyai Gandhes ini ada-ada saja, aku tambah tersenyum lagi, geli.
Dengan geram Gayatri menyerangku, mendorongku, dan aku terus mundur hingga dekat pinggir arena. Kulihat Kuning berdiri, tapi di cegah oleh Nyai Gandhes dan di bisiki sesuatu di telinganya.
Aku memandang sekali lagi pada mata pangeran Tirto Beno dan tersenyum kembali padanya.
Dan mata pangeran tak lepas dari aku, membalas senyumku dengan getaryang membara
Dengan kemarahan yang hebat Gayatri maju terus menyerangku, aku mundur terus hingga ke pinggir arena.
Disuatu kesempatan, dengan cepat aku mengelak, menyelinap langsung ada di belakangnya.
Dan aku tendang dia dengan keras dari belakang hingga terdorong kejebur kelaut .
“C-u-r-a-n-g …k-a-m-u … “ Samudera Laksa ketengah arena dan akan memburuku, tapi,… “Tolong…tolooong…haep, haep …” Gayatri menjerit-jerit kalang-kabut dilaut, rupanya dia tidak bisa berenang.
Samudera Laksa langsung mencebur kelaut menolong Gayatri. Aku kemudian melihat mereka susah payah naik kedarat di bantu oleh para senapati Kemayang.
“A-w-a-s …k-a-m-u ..”Samudera Laksa mengancamku, tapi terdiam ketika melihat disisi kiri dan kananku ada panglima Rahasta dan panglima Andaga yang memperhatikan.dia.