Mohon tunggu...
Siti Swandari
Siti Swandari Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

terbuka, ingin bersahabat dengan siapapun dan dimana saja,with heartfelt wishes. gemini, universitair, suka baca, nulis , pemerhati masalah sosial dan ingin bumi ini tetap nyaman dan indah.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Darah Biru yang Terluka ( 58 )

15 Februari 2015   02:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:10 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_368920" align="aligncenter" width="500" caption="Sumber Gambar: anisyazila.blogspot.com"][/caption]

Bagian ke Lima Puluh Delapan : TUMBAL SEBUAH CINTA (B)

Aku dan Nini Sedah saling berpandangan, ada isyarat mata disana, hanya kami yang tahu artinya.

Kulihat Nini Sedah mengangguk, aku juga mengangguk, sebuah pedang dilempar berputar, kuterima dengan tangan kananku dan kemudian yang sebuah lagi juga dilempar dengan keras.

Setelah dekat kuhentak dengan pedangku, berdencing, melenting melontar keatas dan kuterima dengan tangan kiriku sambil berputar.

Samudera Laksa melihat Nini Sedah dan kemudian melihatku.
Aku juga melihat pada Samudera Laksa, kita berhadapan.

Sekilas dia juga memandang panglima Maruta yang memperhatikan dia dengan pandangan yang garang, ada dua pedang di tangannya.

Tiba-tiba dia meloncat, membabat pedangku dengan ganas, aku mengelak dan mundur kesamping. Dia agak terdorong hampir jatuh terbabit saking keras ayunan pedangnya sendiri.

Dia terus memburu, dan dua pedang beradu dengan keras, berdencing-berdenting, ada percikan api saat dua pedang beradu dengan keras.

Aku agak terbawa, hampir terpeleset. Tenaganya kuat sekali didorong kemarahan yang mem-buta
Tapi kakiku sempat menyepak punggungnya, dia sempoyongan, hampir jatuh.

Dia cepat bersiap, kedua pedangnya dipegangnya makin erat.
Kita berhadapan lagi, kulihat dia makin garang, memperhatikan langkahku.
Dia membacok dengan keras dan satu pedangku terlepas, tetapi pedangku yang satu sempat membabat pedangnya yang lain hingga terlepas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun