"Apa sih hebatnya sekolah Mahal ?". Pertanyaan yang selalu menggelitik di benak Saya. Bagaimana teman-teman ? Anda mengalami hal yang sama ?
Saya selalu penasaran apa sih hebatnya sekolah mahal, masuknya saja puluhan juta, kenapa orangtua berlomba-lomba memasukkan anak-anaknya ke sekolah mahal ?
Apakah bisa menjadi patokan dengan membayar sekian puluh juta anak-anak yang disekolahkan, memiliki kualitas yang berbanding lurus dengan biaya yang sudah dikeluarkan ?Â
Saya tidak begitu mengerti apa motivasi orangtua yang memasukkan anak-anaknya ke sekolah Mahal. Entah itu karena gengsi, ikut-ikutan, mempunyai kualitas yang tidak diragukan lagi atau fasilitas yang mewah ?Â
Entahlah Saya belum punya pengalaman memasukan anak ke sekolah Mahal. Namun beberapa diskusi Saya dengan salah satu orangtua siswa yang memasukkan anak-anaknya ke sekolah Mahal. Beliau mengatakan urusan kualitas tidak diragukan lagi, selain itu lingkungannya juga menjadi pertimbangan.
Menurut Beliau anak-anaknya menjadi punya kebiasaan suka belajar, lebih intelektual, lebih bijak dibanding anak-anak seusianya dan lebih dewasa. Beliau memang sudah memasukan anak-anaknya sejak Taman Kanak-kanak di Salah satu sekolah elite yang ada di kota Pontianak ini. Beliau akui sudah mengeluarkan puluhan juta untuk dua orang anaknya. Satu di tingkat TK dan yang satunya tingkat SMP.
Kalau begitu bagaimana dengan sekolah negeri ? Apakah sekolah Negeri tidak layak menjadi rujukan lembaga pendidikan yang berkualitas.
Baik Saya akan memberikan beberapa gambaran kepada pembaca sekalian, mudah-mudahan dengan gambaran ini orangtua tidak bingung lagi jika memilih lembaga pendidikan yang tepat untuk anak-anaknya nanti. Ya paling tidaknya Saya tidak penasaran lagi dengan pertanyaan di atas hehe.
Sebenarnya di Indonesia sendiri sudah banyak sekolah yang menjadi rekomendasi sekolah Mahal dan Elite. Tapi Saya tidak bisa mengatakan sekolah tersebut memiliki kualitas yang bagus atau tidak. Saya selalu merujuk pada pendidikan indonesia yang jauh dari kata kualitas berdasarkan hasil Programme for International Student Assesment (PISA).
Standar yang mengindikasikan sekolah tersebut berkualiatas atau tidaknya kembali lagi apa prinsip desain pendidikan yang orangtua inginkan. Misalnya, jika anak Saya sekolah di sekolah Elite A. dengan rincian biaya kurang lebih seratus juta untuk pertahunnya maka anak Saya tersebut akan memiliki kemampuan tertentu, keterampilan, relasi dan yang lainnya.
Namun, jika Saya memasukan anak Saya ke sekolah Negeri, Saya tau kondisi lingkungannya seperti apa, Saya tau kualitas gurunya seperti apa, maka kemungkinan anak Saya akan seperti ini. Kembali kepada orangtua masing-masing.
Kita tidak bisa menapikan, pengaruh lingkungan sangat besar terhadap pembentukan karakter seseorang, tergantung dengan orang sekelilingnya. Jika bagus lingkungannya kemungkinan besar baiklah karakternya, jika buruk maka buruklah karakternya.
Kita bisa lihat keluarga atau tetangga sekeliling Kita, jika di dalam satu rumah tersebut ada seorang pegawai maka kemungkinan besar anak-anaknya juga pegawai, jika pengusaha maka anak-anaknya juga pengusaha.
Nah itu poinnya, proses serta lingkungan yang tercipta di suatu lembaga pendidikan itulah yang menjadikannya Mahal. Sekolah Mahal tidak serta merta berbicara tentang fasilitas kemewahannya saja, tetapi jenis relasi yang akan didapatkan jika bersekolah di tempat-tempat pilihan.
Sebut saja sekolah Elite di Inggris Bristol Grammar School (BGS). Untuk sppnya saja sekitar 15.000 - 20.000 poundsterling atau dalam rupiahnya sekitar 300 jutaan. Itu hanya spp.
BGS menjadi incaran kaum borjuis di Inggris. Rekaman reputasi yang tidak perlu diragukan lagi. Dalam list perwakilan-perwakilan lomba olimpiade tingkat UK (United Kingdom) BGS selalu meraih berbagai medali.
Lalu apa yang menjadikannya Mahal ? Selain fasilitas kemewahan, tenaga pengajar yang berkualitas, lingkungan yang tercipta juga bukan main-main. Selain itu tentu saja kekuatan pada jaringan pertemanan.Â
Bayangkan jika anak-anak tumbuh di lingkungan dengan para siswa yang sudah kaya sejak lahir, dididik dengan pola pendidikan yang baik. Saat besar nanti mereka akan mengejar kampus-kampus setara dengan Harvard, Oxford.
Jika mau membangun bisnis orangtua mereka siap menyokong. Kalaupun gagal ya jatuhnya nggak sampai mati konyol, masih ada harta orang tua yang kaya.
Nah ini kenikmatan privilege, privilege yang membedakan garis start, antara anak orang kaya dengan anak orang miskin. Mereka sudah berada ratusan meter di depan lalu berlari sprint sedang anak orang miskin tidak bisa sekilat mereka. Mereka berada jauh di belakang dan tidak mempunyai jaringan pertemanan yang kuat.
Saya pernah mempunyai pengalaman saat lomba pidato bahasa inggris tahun 2005, Alhamdulillaah Saya bisa juara di kabupaten dengan tekad dan fasilitas seadanya, tidak pernah kursus bahasa inggris belajar sebisanya saja di sekolah dengan bimbingan guru pelajaran bahasa inggris.
Sesampainya di tingkat provinsi Saya kalah langsung, ya saat itu lawan Saya anak-anak yang sudah kursus secara intensif, tentu saja ketersediaan kursus di Kota lebih menjamin daripada di kecamatan.
Menurut tulisan Washington Post hanya 24 % anak-anak miskin berhasil lulus dari college. Sedangkan mereka yang kaya sebesar 63 %.
Beberapa pengalaman seperti isi tulisan Washington Post tersebut pernah Saya alami. Saat kuliah, Saya mempunyai teman berasal dari keluarga biasa-biasa saja tidak memiliki biaya yang cukup hingga harus bekerja untuk memenuhi beberapa kebutuhan hidup di Kota, kesibukan kerja yang tinggi membuat Beliau tidak bisa mengimbangi dengan tugas-tugas utama sebagai Mahasiswa. Lama kelamaan tidak ada kabar darinya, entah sudah selesai atau belum kuliahnya. Saya sudah tidak menghubunginya lagi.Â
Nah bagaimana Kita yang berada di belakang garis privilege ?
Tentu saja Kita memiliki sesuatu yang tidak dimiliki anak-anak orang kaya. Kelebihan Kita lebih tahan gagal, entah sudah jatuh beberapa Kali Kita tetap berani untuk bangkit kembali.
Tuhan itu Maha Adil. Sebagai seorang Muslim tentu Kesuksesan tidak diukur dari harta dan tahta.
Dengan demikian, tentu saja kita harus berusaha lebih keras lagi, lebih semangat berkali-kali lipat dari mereka yang sudah mendahului garis Start.Â
Lah jadi Kita harus nikmatin saja to ? Tidak juga, Kita harus mensyukuri apa yang Kita miliki saat ini. Sebaik-baiknya adalah orang yang bermanfaat bagi orang lain, menjadi orang yang bermanfaat tidak harus kaya Dan tidak harus berkuasa, Kita bisa bermanfaat dari sisi manapun, asal benar-benar mau menebar kebermanfaatan. Berasal dari keluarga miskin juga tetap bisa bermanfaat bagi orang lain. Terlepas apapun profesi Kita saat ini, bagaimanapun kondisi kit saat ini, ingin menjadi orang yang mendatangkan kebaikan bagi orang lain.
Idealnya seperti apa memilih sekolah yang tepat untuk anak-anak Kita ?
Jika ideal atau tidaknya tentu kembali ke konsep pendidikan orangtuanya lagi. Orangtua A tentu berbeda dengan orangtua B tentang sekolah yang ideal untuk anak-anaknya.
Namun Ada beberapa point yang Harus diperhatikan sebelum memutuskan sekolah yang mana untuk si buah hati.
1. Biaya
Sebelum memutuskan sekolah yang dipilih. Alangkah baiknya memikirkan pembiyayaan yang akan dihabiskan selama anak bersekolah. Jika pembiyayaan tidak diperhitungkan secara rinci khawatir membuat masalah, dan yang lebih buruk lagi malah harus pindah sekolah Karena tidak mampu.
Beberapa kasus yang Saya temui di tempat saya mengajar. Awalnya orangtuanya memasukkan ke sekolah terbilang Mahal, untuk biaya masuknya saja kurang lebih Lima belas jutaan. Ternyata Beliau memiliki anak dijenjang tiga tingkat pendidikan sekaligus, untuk si kakak masuk SMA, Si adik SMP dan di bungsu SD kelas tiga.
Dengan berat hati Beliau harus memindahkan si bungsu Karena takut biaya tidak terpenuhi dengan tiga anak bersekolah sekaligus.
2. Konsep pendidikan yang Menjadi Tujuan
Konsep pendidikan yang diinginkan, tujuan proses pendidikan jangka panjang. Saat memasukan anak sekolah, tentu Kita mempunyai alasan konsep pendidikan seperti apa yang orangtua inginkan.Â
3. Lingkungan Pendidikan
Pelajari sebanyak-banyaknya lingkungan anak-anak bersekolah, bagaimana kepribadian para orangtuanya, guru-gurunya semua orang-orang yang berada di sekolah Selama Proses pembelajaran. Karena ini sangat penting. Terlebih Taman Kanak-kanak atau Sekolah Dasar. Jangan sampai gara-gara lingkungan karakter anak Kita menjadi rusak.
4. Reputasi sekolahÂ
Reputasi sekolah di mata masyarakat. Bagaimana pelayanannya, prestasi-prestasi sekolah tersebut. Cukup berkompetenkah ?Â
5. Jangan ikut-ikutan
Beberapa fenomena yang Saya lihat, kecendrungan orangtua yang ikut-ikutan, tanpa mengetahuinya secara langsung. Tidak memiliki perhitungan serta tanpa tujuan yang jelas jika anak bersekolah pada lembaga tertentu.
Biar bagaimanapun Pola pendidikan yang baik sejak dini mempunyai andil besar dalam kehidupan seseorang.
Kalau menurut Saya pribadi jika memang mau memilih sekolah yang benar-benar sesuai dengan desain pendidikan yang Kita inginkan jangan nanggung-nanggung, dan jangan ikut-ikutan.Â
Mudah-mudahan sedikit cerita ini memberi kebaikan kepada teman-teman pembaca. Salam, sehat selalu ya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H