Mohon tunggu...
Siti Rofiah
Siti Rofiah Mohon Tunggu... Guru BK SMA

Saat ini saya mengajar di sebuah SMA swasta di Surakarta sebagai Guru BK

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

PTBK Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Melalui Konseling Kelompok

17 Agustus 2023   19:20 Diperbarui: 17 Agustus 2023   19:23 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu dan teknologi serta perkembangan sosial budaya yang pesat dewasa ini memberikan tantangan tersendiri bagi guru dan peserta didik dalam meningkatkan prestasi belajar. 

Setiap peserta didik senantiasa ditantang untuk terus meningkatkan kegiatan belajarnya melalui berbagai sumber dan media seperti internet, televisi, perangkat audiovisual , selain belajar langsung dari guru. Sedangkan guru senantiasa ditantang  untuk bisa mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi peserta didik.  

Melalui peranannya sebagai pengajar guru diharapkan mampu memberikan motivasi pada anak untuk belajar dalam berbagai kesempatan,  guru hendaknya dapat mengembangkan cara dan kebiasaan belajar yang baik, sehingga peserta didik memiliki motivasi yang kuat untuk belajar dan pada akhirnya bisa mencapai hasil belajar yang optimal.

Menurut pengamatan Konselor sekolah, proses belajar mengajar di SMA MTA Surakarta berjalan cukup bagus, karena didukung guru yang berdedikasi terhadap tugasnya, didukung sarana prasarana belajar yang sangat memadai seperti ruang kelas yang bersih, media dan sumber pembelajaran yang lengkap (ada buku, televisi, LKS, Internet, Laboratorium dan perangkat audio visual), juga adanya tambahan pelajaran (les) diluar jam pelajaran yang sudah dijadwalkan. 

Dengan kondisi ini mestinya siswa SMA MTA Surakarta bisa menjalani proses belajar mengajar dengan baik, yang ditunjukan dengan adanya motivasi belajar yang kuat dan pada akhirnya bisa menunjukan hasil belajar yang optimal.

Namun kondisi nyata dilapangan tidaklah menunjukan kondisi ideal yang diharapkan, dari hasil pengamatan  ditemukan banyak  siswa SMA MTA Surakarta yang motivasi belajarnya rendah, hal ini bisa dilihat dari sikap dan perilaku siswa yang malas belajar, sering tidak mengerjakan tugas/PR, tidak memperhatikan pelajaran, tidak serius dan tidak konsentrasi, suka ramai di kelas, sering membolos pelajaran tertentu, sering membolos les, yang pada akhirnya berdampak pada nilai ulangan harian yang rendah atau prestasinya kurang.

Menurut Abu Ahmadi (1990:98) gejala berprestasi kurang ini sesungguhnya dirasakan sebagai salah satu masalah dalam belajar karena secara potensial mereka memiliki kemungkinan untuk memperoleh prestasi belajar yang lebih tinggi. Timbulnya gejala ini berkaitan dengan aspek motivasi,minat,sikap dan kebiasaan belajar. Anak-anak dari golongan ini memerlukan perhatian yang sebaik-baiknya dari para guru dan terutama petugas bimbingan di sekolah (Konselor Sekolah). Oleh karena itu Konselor sekolah  hendaknya bisa memberikan layanan yang tepat untuk mengatasi masalah peserta didik. 

Dalam kaitanya dengan masalah rendahnya motivasi belajar yang terjadi pada sejumlah siswa SMA MTA Surakarta, perlu diberikan layanan yang bisa mengakomodir kepentingan sejumlah siswa tersebut secara bersama-sama seperti layanan konseling kelompok, karena layanan dengan pendekatan kelompok dapat memberikan kesempatan pada masing-masing anggota kelompok untuk memanfaatkan berbagai informasi, tanggapan dan  reaksi timbal balik dalam menyelesaikan masalah, disamping itu melalui kegiatan kelompok masing-masing individu dapat mengembangkan sikap tenggang rasa, ketrampilan berkomunikasi, pengendalian ego yang pada akhirnya masing-masing individu dapat menyumbang peran baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pemecahan masalah.

Selanjutnya, dalam mengatasi siswa yang motivasi belajarnya rendah perlu pendekatan yang tepat, siswa SMA MTA Surakarta yang motivasi belajarnya rendah karena memiliki perilaku mal-adaptif yakni memiliki kebiasaan-kebiasaan negatif seperti malas belajar, malas mengerjakan tugas/PR, ramai dikelas, membolos dan lain-lain, sehingga model pendekatan konseling yang digunakan haruslah yang bisa menghilangkan perilaku mal-adaptif tersebut yaitu model konseling behavioral karena tujuan konseling behavioral sebagaimana yang diungkapkan oleh Naharus (2008:25 ) adalah menghapus/menghilangkan tingkah laku mal-adaptif (masalah) untuk di-gantikan dengan tingkah laku baru yaitu tingkah laku adaptif yang diinginkan klien.

Berdasarkan uraian diatas maka perlu adanya upaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa SMA MTA Surakarta, salah satu alternatif layanan  bisa melalui layanan konseling kelompok , sedang pendekatan konselingnya bisa menggunakan  model pendekatan konseling behavioral.

B. Perumusan Masalah

            Dari permasalahan yang diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Apakah layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavioral dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI --8 SMA MTA Surakarta ?

C. Tujuan Pengembangan 

            Dalam setiap kegiatan pengembangan model layanan konseling perlu dirumuskan tujuannya, karena perumusan tujuan akan memberikan arah pada apa yang akan dicapai dari kegiatan pengembangan itu. Maka kegiatan pengembangan model layanan konseling ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan motivasi belajar melalui layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavioral pada siswa kelas XI-8 SMA MTA Surakarta.

D. Manfaat Pengembangan

            Hasil pengembangan model layanan konseling kali ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1.  Manfaat Teoritis

     Hasil pengembangan model konseling ini diharapkan dapat mengembangkan teori  konseling kelompok dengan pendekatan behavioral dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.

2.   Manfaat Praktis

      a.   Bagi siswa, sebagai salah satu upaya untuk mengatasi masalah rendahnya motivasi belajar, dengan memanfaatkan dinamika kelompok

      b.   Bermanfaat bagi konselor dalam membantu siswa yang motivasi belajarnya rendah, dengan menerapkan pendekatan behavioral dalam layanan konseling kelompok.

       c. Dapat memberikan sumbangan bagi pengambil kebijakan, lembaga-lembaga diklat, Dinas Pendidikan, Sekolah-sekolah dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, khususnya melalui layanan bimbingan dan konseling.

 

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Kajian Teoritik

1. Motivasi Belajar

                           Menurut Suharno (2008:14) Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang akan menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar.

                     Dari pendapat Suharno diatas dapat ditarik pengertian bahwa motivasi itu adalah penggerak, yakni penggerak yang menimbulkan keinginan pada siswa yaitu keinginan untuk tahu, keinginan untuk kreatif, keinginan untuk memperbaiki kegagalan, keinginan untuk sukses dan sebagainya. Kemudian motivasi belajar itu merupakan penggerak yang akan menimbulkan kegiatan belajar, kegiatan belajar di sini meliputi mendengarkan, menyimak, mengerjakan tugas, mengobservasi, meneliti, menelaah, materi pelajaran. Selanjutnya motivasi belajar akan memberikan arah pada kegiatan belajar maksudnya mengarahkan siswa pada pencapaian tujuan belajar yaitu mengerti,memahami dan terampil terhadap apa yang dipelajari.

                     Suharno (2008 : 14 ), berpendapat bahwa dalam hal motivasi belajar menurut asalnya dapat di golongkan menjadi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik ,  dengan uraian sebagai berikut :

Motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri endiri. Motivasi ni dapat muncul karena: a) Merasakan pentingnya belajar. b). Merasakan dan mengetahui kemajuannya sendiri dari hasil belajar. c). Mempunyai keinginan untuk meraih cita-cita dengan cara belajar.

Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang berasal dari luar diri sendiri.  Hal yang bisa menimbulkan motivasi ekstrinsik adalah: a). Ganjaran (award), b). Hukuman (Punishment), c) Persaingan (competition).

                        Selanjutnya cirri-ciri seorang siswa yang memiliki motivasi belajar menurut Suharno adalah sebagai berikut :

Senang menjalankan tugas belajar.

Bersemangat dan bergairah saat menerima pelajaran.

Tidak malu untuk bertanya bila belum tahu

Tidak menunda-nunda dalam melaksanakan tugas yang diberikan.

Disiplin dalam memanfaatkan waktu. ( 2008:14)

                     Sejalan dengan pendapat suharno di atas, A.M Sardiman ( 2005: 83) mengemukakan ciri-ciri orang yang mempunyai motivasi sebagai berikut:

a. Tekun dalam menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam   waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).

Ulet dalam menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).

Menunjukan minat terhadapmacam-macam masalah.

Lebih senang bekerja mandiri.

Cepat bosan pada tugas-tugas rutin

Dapat mempertanggung jawabkan pendapat-pendapatnya

Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal

Dari pendapat Suharno dan A.M Sardiman tentang motivasi Intrinsik, motivasi ekstrinsik serta ciri-ciri orang yang mempunyai motivasi, diatas maka dapat ditarik kesimpulan mengenai unsur-unsur atau indikator-indikator motivasi belajar sebagai berikut:

      a.  Motivasi Intrinsik

1). Senang menjalankan tugas belajar.

2). Menunjukan minat mendalami materi yang di pelajari lebih jauh.

3).  Bersemangat dan bergairah untuk berprestasi

4). Merasakan pentingnya belajar

5). Ulet dan tekun dalam menghadapi masalah belajar

6). Mempunyai keinginan untuk meraih cita-cita dengan cara belajar.

      b.  Motivasi ekstrinsik

1). Ganjaran (award)  atau Hadiah (reward)

2). Hukuman (punishment)

3). Persaingan dengan teman /lingkungan ( Competition)

2.  Konseling Kelompok

                  Dalam Buku Panduan Model Pengembangan Diri ( 2006:6) yang dimaksud dengan konseling kelompok adalah: " Layanan yang membantu peserta didik dalam pembahasan dan pengentasan masalah pribadi melalui dinamika kelompok." Kemudian dalam Buku Panduan Pelayanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi (2002 : 19) yang dimaksud dengan konseling kelompok  adalah:

Layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan  peserta didik (klien) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok; masalah yang dibahas itu adalah masalah-masalah pribadi yang di alami oleh masing-masing anggota kelompok.

                  Dari definisi di atas dapatlah ditarik pengertian mengenai konseling kelompok sebagai berikut :

Konseling kelompok adalah bantuan, artinya kegiatan ini merupakan bantuan dari konselor kepada konseli, sehingga konseli bisa merasakan hal-hal positif seperti bebannya jadi ringan,punya semangat dan memperoleh alternatif pemecahan masalah.

 Konseling kelompok adalah kegiatan yang memanfaatkan dinamika kelompok, artinya kegiatan ini dilaksanakan sekelompok konseli yang bersedia melibatkan diri dalam pemecahan masalah, sanggup menjalin kerjasama antara anggota kelompok, adanya saling mempercayai, adanya semangat yang tinggi, adanya saling memberikan tanggapan, reaksi dan empati antar anggota kelompok.

Konseling kelompok berfungsi untuk pembahasan dan pengentasan masalah konseli, artinya tujuan akhir dari rangkaian kegiatan konseling kelompok adalah mengentaskan masalah konseli sehingga konseli bisa berkembang optimal sesuai dengan tugas perkembangannya.

               Konseling kelompok pada umumnya dilakukan melalui empat tahap, yaitu tahap Pembentukan, tahap peralihan, tahap pelaksanaan kegiatan dan tahap pengakhiran ( Prayitno, 1995: 40).  Tahap-tahap ini merupakan satu kesatuan dalam seluruh kegiatan kelompok.

BAB V

KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI

 

A. Kesimpulan

    1. Hasil pengamatan di lapangan, menunjukan banyaknya siswa yang motivasi belajarnya rendah, hal ini disebabkan karena mereka memiliki perilaku maladaptif (perilaku bermasalah). Untuk itu perlu dicarikan pendekatan konseling yang bisa mengubah perilaku mal adaptif siswa yaitu pendekatan behavioral.

 2.  Siswa yang motivasi belajarnya rendah jumlahnya tidak hanya satu mereka terdiri dari sekelompok kecil atau besar, sehingga dalam memberikan layanan perlu dicarikan layanan yang bisa menangani sekelompok orang sekaligus seperti layanan konseling kelompok.

3. Layanan konseling kelompok yang diselingi dengan game seperti yang dilakukan konselor membuat suasana konseling menjadi hangat, meriah tidak kaku dan tidak menegangkan. Ini merupakan inovasi yang tetap terus perlu dikembangkan.

   4. Dengan demikian setelah mendapatkan layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavioral, siswa mengalami perubahan perilaku belajar yang positif seperti mau mengerjakan PR, tidak alpha, tidak membolos, mengikuti try out, mengikuti bimbingan belajar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok dengan pendekatan behavioral bisa meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI-8 SMA MTA Surakarta.

B. Saran dan Rekomendasi

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun