Memilih sekolah yang akan dimasuki oleh siswa tentu melibatkan banyak pihak dalam proses pengambilan keputusannya dan termasuk pada pembelian dengan tingkat keterlibatan tinggi sesuai dengan pemaparan dari Astuti & Amanda di atas.
Macam-macam keputusan pembelian
Menurut Astuti & Amanda (2020, 84-86) Keputusan pembelian dibagi menjadi 5 macam yang diantaranya adalah
Complex decision making
Keputusan pembelian yang kompleks dapat terjadi ketika konsumen membeli produk yang memerlukan pertimbangan beragam terkait dengan pentingnya produk dan tingginya risiko individual. Pada umumnya, konsumen akan mempertimbangkan berbagai merek dan mencari informasi yang diperlukan sebelum membeli barang besar seperti rumah atau mobil, dengan memperhatikan setiap detail perbedaan dari masing-masing produk. Informasi ini menjadi krusial agar konsumen tidak mengalami ketidaknyamanan setelah pembelian.
Limited decision making
Keputusan pembelian terbatas terjadi ketika konsumen memutuskan untuk membeli produk yang membutuhkan pertimbangan merek dan informasi, yang secara terus-menerus menarik bagi konsumen atau produk yang sering digunakan oleh konsumen. Proses pengambilan keputusan terbatas ini membutuhkan informasi lebih sedikit daripada keputusan pembelian yang kompleks. Misalnya, pembelian sereal atau makanan ringan dapat termasuk dalam keputusan pembelian terbatas, meskipun konsumen yang sedang melakukan diet atau peduli pada produk ramah lingkungan mungkin memerlukan lebih banyak informasi.
Brand loyalty
Kesetiaan merek mencerminkan loyalitas terhadap suatu merek dan berdampak pada pembelian yang konsisten dari merek tersebut sepanjang waktu. Konsumen yang setia pada suatu merek akan secara rutin membeli produk dari merek tersebut dengan membutuhkan sedikit informasi, karena telah menjadi kebiasaan mereka. Kesetiaan konsumen terhadap merek ini dapat timbul dari kepuasan atau pemenuhan kebutuhan yang berulang kali, membentuk kebiasaan konsumen.
inertia
Dalam penggunaan hirarki keterlibatan rendah, konsumen membentuk keyakinan terhadap produk secara pasif dan membuat keputusan hanya dengan memproses sedikit informasi, kemudian mengevaluasi merek setelah pembelian. Contoh produk inersia termasuk garam, gula, deterjen, dan sebagainya. Konsumen tidak membutuhkan banyak pertimbangan untuk membeli produk tersebut, dan kadang-kadang disebut sebagai loyalitas palsu, karena konsumen terlihat setia pada merek tertentu namun dapat beralih merek dengan cepat jika diperlukan, tanpa perlu pertimbangan panjang.
Impulse Purchasing