Sebagai orang ndeso, saya dan suami memang sudah terbiasa sejak kecil menyantap menu-menu jadul yang disajikan oleh orang tua kami.
Berbagai sayur diolah dengan resep-resep jadul terutama sayur lodeh. Sehingga sampai dewasapun lidah kami tak bisa ke lain hati. Tetap setia dengan menu sayur lodeh ini.
Sebagai selingan saja, kadang sayur yang berwarna hijau seperti bayam, sawi, oyong, kangkung, daun singkong,--- diolah dengan menu bobor --- masih menggunakan santan.
Bila ingin masak sup atau bening (begitu saya biasa menyebutnya), suami sebenarnya mau makan, tapi tak sesuka sayur lodeh. Bobor juga suka, namun kalau sayur bobor kan harus bikin sambel. Itu yang terkadang saya males, karena terburu-buru berangkat kerja.
Hampir semua olahan tumis atau oseng-oseng, suami taksuka. Kecuali kalau yang ditumis itu, daging. Pintar juga ya, ternyata pilih-pilih. He he he.
Saat saya tanya mengapa lebih suka sayur lodeh, begini jawabannya (sayapun tak membantah alasannya), dan saya yakin alasan ini juga berlaku untuk para penggemar sayur lodeh.Â
1. Sayur lodeh rasanya lebih gurih.
Siapa yang menyangkal kalau sayur lodeh itu memang gurih. Di manapun rasa santan itu memang gurih, kan.
2. Lebih mengenyangkan
Masakan bersantan memang lebih mengenyangkan dibanding masakan bening atau tumis.Â
3. Sudah terbiasa sejak kecil menyantap sayur lodeh.
Seperti yang saya katakan di atas bahwa kami sejak kecil sudah terbiasa makan dengan sayur lodeh. Jadi sampai sekarang masih belum bisa move on.