"Panjenengan Blitar pundi nggih?". (Kamu Blitar mana ya)."Saya Kanigoro Mas, ini Mas Abdul Azis Kediri ya?". "Nggih, leres Buk. Monggo dipun aturi pinarak dateng gubuk kula". (Iya betul Bu, silakan mampir di rumah saya).
Diari, itulah sekilas percakapan saya di grup Menulis bersama KPB dan Daeng KP (Khrisna Pabhicara) dengan Mas Abdul Azis. (14/12/2020)
Setelah itu sudah takada obrolan lagi dengannya.
Ketika saya kirim link youtube video dongeng saya di beberapa grup WAG, termasuk grup SKB dan grup Menulis  bersama dengan KPB dan Daeng KP, tetiba Mas Abdul Azis japri saya.
"Buk, saya kok galfok (gagal fokus) sama mikrofonnya ya, suara ibuk terdengar sangat jelas. Beli di mana Buk? Saya kok jadi pingin memiliki juga?". Tanya Mas Abdul Azis. (22/01/2021)
Akhirnya obrolan berlanjut, Mas Abdul Azis tertarik untuk memiliki mikrofon seperti yang saya pakai. Katanya mau dipakai untuk baca puisi. Mas Abdul Azis juga sempat mengirimkan video puisinya pada saya dan masih saya simpan di galeri.
Siapa sangka, hari ini kabar duka datang di grup SKB dan grup Menulis bersama KPB dan Daeng KP, bahwa Mas Abdul Azis telah berpulang. Sontak semua anggota grup kaget dan sedih. Tak terkecuali saya. Meskipun saya dan Mas Abdul Azis tak begitu akrab pada awalnya, sejak obrolan terakhir itu, saya merasakan keakraban dengannya.
Mas Abdul Azis sebaya dengan anak sulung saya, usianya terpaut satu tahun dengan anak saya, lebih tua Mas Azis. Usia yang masih sangat muda. Tentu masih banyak harapan dan mimpi yang ingin diwujudkannya.
Takbanyak yang saya tahu tentang Mas Abdul Azis, yang saya tahu bahwa Almarhum adalah anak muda pecinta budaya dan pemuisi yang produktif. Ia penulis puisi sekaligus pembaca puisi.
Diari, Mas Azis juga pecinta kuliner, selain menulis kuliner ia memiliki bisnis kuliner. Ternyata hobinya sama dengan saya. Sungguh anak muda yang banyak prestasinya.
Kamu tahu tidak Di, Mas Azis juga mengatakan pada saya kalau ia beberapa kali menang dalam lomba baca puisi. Pernah pula membaca puisi di Makam Bung Karno di Blitar, yaitu pada tahun 2017.
Saat saya komentari bahwa pada tahun 2017 itu kita belum kenal ya Mas. Jawabnya: "Semoga suatu saat ada kesempatan untuk bertemu ya Buk"
Saat baca obrolannya di chat pribadi maupun di WAG yang kebetulan belum saya hapus, tanpa terasa air mata terjatuh. Meskipun kita hanya kenal di dunia maya, itupun hanya singkat saja, namun rasanya sangatlah nyata.
Puisi Karya Chairil Anwar yang dibacakan Mas Abdul AzisÂ
Kepada Peminta-mintaÂ
Karya Chairil Anwar
Baik, baik aku akan menghadap Dia
Menyerahkan diri dan segala dosa
Tapi jangan tentang lagi aku
Nanti darahku jadi beku.
Jangan lagi kau bercerita
Sudah tercacar semua di muka
Nanah meleleh dari luka
Sambil berjalan kau usap juga.
Bersuara tiap kau melangkah
Mengerang tiap kau memandang
Menetes dari suasana kau dating
Sembarang kau merebah.
Mengganggu dalam mimpiku
Menghempas aku di bumi keras
Di bibirku terasa pedas
Mengaum di telingaku.
Baik, baik aku akan menghadap Dia
Menyerahkan diri dari segala dosa
Tapi jangan tentang lagi aku
Nanti darahku jadi beku.
Baik, baik aku akan menghadap Dia
Menyerahkan diri dari segala dosa
Tapi jangan tentang lagi aku
Nanti darahku jadi beku.
Tak disangka, ternyata isi dari bait terakhir dari puisi Chairil Anwar yang Mas Abdul Azis bacakan akan menjadi kenyataan, dan secepat itu ia menghadap Tuhan.
Kesedihan menyelimuti kami, grup SKB dan grup Menulis bersama KPB dan Daeng KP. Ucapan bela sungkawa dan doa mengalir dari semua anggota grup.
Doa-doa indah terpanjat ke hadirat Tuhan, semoga kepergianmu, adalah takdir terbaik dari Tuhan untukmu. Suara mikrofon dari Tuhan lebih jelas terdengar, hingga kau menyegerakan memenuhi panggilanNya. Semoga kau tenang dan bahagia di sisiNya. Aamiin.
Sebuah pelajaran dari berpulangnya Mas Abdul Azis, kematian adalah rahasia Tuhan, kita takpernah tahu, kapan ajal datang. Maka dari itu lebih baik mempersiapkan bekal dari sekarang ya Di.
Diari, hari ini satu lagi Kompasianer hebat meninggalkan kita. Kamu juga merasa kehilangan bukan? Untuk itu saya mohon, kamu juga mendoakannya ya. Terima kasih Diari.
Saya yang sedang berduka.
Siti Nazarotin
Blitar, 5 Pebruari 2021
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI