Mohon tunggu...
Siti Mutmainah
Siti Mutmainah Mohon Tunggu... Guru - Guru IPA di SMP Negeri 1 Doplang

Berprofesi sebagai guru mata pelajaran IPA di SMP Negeri 1 Doplang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memaksimalkan Kegiatan Praktik di Laboratorium dengan Alpa Seal sebagai Upaya Meningkatkan Kreativitas dan Hasil Belajar Siswa

7 Februari 2024   10:02 Diperbarui: 7 Februari 2024   10:16 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ABSTRAK

Berdasarkan pengamatan dan pengalaman peneliti sebagai guru di SMP Negeri 1 Doplang dalam pembelajaran IPA, khususnya materi sistem pernafasan pada manusia masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dan belum memperoleh hasil yang memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari hasil ulangan harian pokok bahasan tersebut yang hanya mencapai rata-rata 68,57 dengan KKM 70,00. Ditinjau dari aspek psikomotorik, kreativitas siswa sangat rendah dan aktivitas kinerja ilmiah belum tampak. Dari 21 siswa baru 38,10% atau 8 siswa yang menunjukkan kreativitas baik. Selebihnya 61,90 % berkategori rendah. Dengan demikian peneliti sebagai guru IPA perlu berusaha keras agar hasil belajar siswa dapat meningkat. Untuk mengatasi masalah tersebut, peneliti mencoba mencari model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang peneliti pilih untuk penelitian yaitu sistem pernafasan pada manusia.

Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk SMP Negeri 1 Doplang Kabupaten Blora tahun pelajaran 2023 Penelitian ini dilakukan dalam 2 (dua) siklus. meningkatkan kreatifitas dan  hasil penelitian yang dilakukan pada kelas VIII B Semester 1 Setiap siklus terdiri dari 4 (empat) tahap, yaitu: Perencanaan (planning), tindakan (action), observasi (observating), dan refleksi (reflecting),dapat disimpulkan bahwa Memaksimalkan kegiatan praktek di laboratorium dengan Alpa Sealdapat  meningkatkan kreativitas belajar siswa. Siswa yang menunjukkan kreativitas dengan predikat baik mencapai 17 siswa atau 80,95% dari 21 siswa.Pembelajaran  Memaksimalkan kegiatan praktek di laboratorium dengan Alpa Seal dapat meningkatkan hasil belajar siswa. dalam hal ini ketuntasan belajar secara klasikal mencapai 18 siswa atau 85,71% dari 21 siswa dengan nilai rata-rata 79.29.

 

Kata kunci :  Alat Peraga Sederhana Alternatif,Kreatifitas belajar, Hasil  Belajar,Kegiatan praktik di Laboratorium.

PENDAHULUAN

 

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri  dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Permendiknas: 2006).

Salah satu wahana pengembangan ketrampilan  prinsip-prinsip ilmiah tersebut adalah dengan kegiatan praktikum/percobaan. Ini berarti pembelajaran IPA   tidak dapat dipisahkan  dengan kerja praktek, sehingga laboratorium merupakan sumber belajar yang efektif untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) diarahkan untuk bisa mengembangkan kreativitas siswa sesuai dengan potensi yang dimiliki, serta mampu memberikan pengalaman nyata. Untuk mengembangkan kreativitas tersebut, pembelajaran perlu mengembangkan aplikasi konsep secara nyata.Salah satunya dengan melakukan kinerja ilmiah melalui kegiatan laboratorium dengan alat peraga dan atau eksperimen.

Namun kenyataan yang terjadi di SMP Negeri 1 Doplang Kabupaten Blora, pembelajaran belum mengembangkan kreativitas dan memanfaatkan alat peraga dalam memahami konsep.Akibatnya kreativitas dan hasil belajar siswa masih jauh dari harapan. Berdasarkan observsi hasil belajar pada pembelajaran materi sistem pernafasan pada manusia pada tahun  2024 menunjukkan hasil belajar yang memprihatinkan. Ketuntasan belajar baru mencapai 47,62 % dan nilai rata-rata 69,05 dengan KKM 70,00. Ditinjau dari aspek psikomotorik, kreativitas siswa sangat rendah dan aktivitas kinerja ilmiah belum tampak.Dari 21 siswa baru 38,10% atau 8 siswa yang menunjukkan kreativitas baik. Selebihnya 61,90 % berkategori rendah dalam hal berlatih menemukan konsep-konsep melalui metode ilmiah, seperti observasi, pengukuran, identifikasi data, menafsirkan, menganalisis, dan menyimpulkan. Sementara dari aspek proses pembelajaran, pembelajaran lebih didominasi model ceramah dan lebih bersifat tekstual.

Kondisi yang memprihatinkan tersebut menjadi perhatian yang serius dan harus segera diambil tindakan perbaikan, agar proses pembelajaran lebih berkualitas. Sehingga mampu meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa.Dengan keterbatasan alat peraga yang dimiliki sekolah, menggugah kreativitas penulis untuk memanfaatkan bahan-bahan bekas dari lingkungan sebagai alat peraga sederhana pembelajaran.

      Rumusan Masalah

      Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1.Bagaimanakah Penggunaan Alpa Seal melalui kegiatan laboratorium dapat Meningkatkan  Kreativitas  Belajar Siswa pada  SMP Negeri 1 Doplang Tahun 2023?

2.Bagaimanakah Penggunaan Alpa Seal melalui kegiatan laboratorium dapat Meningkatkan  Hasil Belajar Siswa pada   SMP Negeri 1 DoplangTahun 2023?

     

Tujuan Penelitian 

Tujuan penelitian yang dilakukan  adalah sebagai berikut :

1).Meningkatkan kreativitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran materi sistem pernafasan pada manusia.

2).Meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sistem pernafasan pada manusia.


Manfaat Penelitian

Hasil dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberi manfaat : 

1). Bagi Siswa dapat mengembangkan kreativitas dan hasil belajar pada sistem   pernafasan manusia.

2).Bagi Guru Dapat meningkatkan kreativitas seorang guru dan memperbaiki kinerja   serta profesional guru dalam peningkatan kualitas proses pembelajaran.

LANDASAN TEORETIS

Alat peraga sederhana alternatif

Alat peraga diartikan sebagai alat yang dapat dipertunjukkan atau diperagakan pada proses pembelajaran memperjelas suatu materi pembelajarar agar menjadi lebih mudah.Alat peraga menurut Ditsardik Depdikbud (1990) dalam Husni diartikan sebagai alat yang dapat dipertunjukkan/diperagakan dalam proses pembelajaran dan berfungsi sebagai pembantu untuk memperjelas suatu konsep ide atau pengertian contoh benda.Pada penelitian ini adalah alat peraga sederhana alternatif yang dirancang secara sederhana denganmemanfaatkan bahan-bahan bekas yang mudah didapat di lingkungan dan tidak memerlukan biaya yang besar dalam pembuatannya,sehingga penulis memberi nama alat peraga sederhana alternatif yang disingkat dengan Alpa Seal. Pada penelitian ini, penulis menggunakan lima alat peraga yaitu untuk menjelaskan mekanisme respirasi,respirasi mengeluarkan Co2, respirasi mengeluarkan o2,kapasitas paru-paru dan bahaya nikotin pada rokok terhadap kesehatan paru-paru.

Kreatifitas Belajar

Kreativiats merupakan kemampuan seseorang yang melahirkan sesuatu ide yang baru melaui proses tertentu. Pada penelitian ini kreativitas siswa ditandai dengan 6 indikator yaitu 1) Interaksi siswa dengan sebagai sumber belajar, 2) Keuletan dan kesabaran dalam bekerja, 3) Kelancaran dalam praktikum, 4) Kualitas karya, laporan, dan presentasi. 5) Motivasi siswa dalam pembelajaran. 6) Kemampuan menyampaikan ide-ide dan menyelesaikan tugas.

Hasil Belajar

Hasil belajar adalah pencapaian kompetensi yang menggambarkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap sesuai tujuan pembelajaran berupa nilai atau angka. Dalam hal ini diperoleh melaui tes tertulis setelah proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan Permendiknas Nomor 20 tahun 2007 tentang standar penilaian, hasil belajar siswa mencakup tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif, dan aspek psikomotorik.

       Kegiatan Praktik di Laboratorium 

Menurut Wiyanto (2008) kegiatan laboratorium yang istilah lainnya adalah praktikum merupakan bentuk kerja praktik yang bertempat dalam lingkungan yang disesuaikan dengan tujuan agar siswa terlibat dalam pengalaman belajar yang terencana dan berinteraksi dengan peralatan untuk mengobservasi serta memahami fenomena.

Kegiatan praktek di laboratorium meliputi demonstrasi dan eksperimen. Demonstrasi adalah proses menunjukkan sesuatu kepada orang lain atau kelompok lain. Siswa kurang terlibat untuk melakukan karena hanya melihat, mengamati, mendengar, dan merasakan proses yang dipertunjukkan gurunya. Eksperimen adalah proses memecahkan masalah melalui kegiatan manipulasi variabel dan pengamatan atau pengukuran. Pada kegiatan inilah yang diharapkan dalam pembelajaran IPA. Siswa harus dapat membuktikan kebenaran suatu konsep atau menemukan konsep baru yang merupakan produk sains.

Model pembelajaran Problem Based Instruction ( Pengajaran Berdasarkan Permasalahan ) adalah yang paling tepat untuk melaksanakan kegiatan laboratorium dalam berinkuiri secara terbimbing. Model ini memberi keleluasaan siswa untuk berbuat dan bertindak dalam memecahkan masalah sampai menemukan kesimpulannya. Menurut Trianto (2007) model pembelajaran Problem Based Instruction sangat efektif untuk proses-proses berpikir tingkat tinggi, membantu siswa memproses informasi yang telah dimilikinya, dan membantu siswa membangun sendiri pengetahuannya tentang dunia sosial maupun fisik di sekelilingnya.

Pembelajaran memaksimalkan  kegiatan praktek di laboratorium dengan menggunakan alat peraga sederhana alternatif (Alpa Seal). Pembelajaran sains melalui kegiatan praktek di laboratorium sangat tepat diberikan pada anak usia SMP bahkan sejak mereka masih di sekolah dasar. Kegiatan praktek di laboratorium dirancang untuk membuktikan kebenaran sebuah konsep dan untuk menghasilkan penemuan-penemuan baru  bidang ilmu pengetahuan. Menurut Wiyanto (2008), kegiatan laboratorium berbasis inkuiri merupakan proses belajar yang memungkinkan siswa untuk ; mengeksplorasi gejala dan merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mendesain dan merencanakan cara pengujian hipotesis, mengorganisasikan dan menganalisis data yang diperoleh, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikannya.

Kegiatan praktek di laboratorium yang akan dilakukan anak adalah eksperimen dengan inkuiri terbimbing. Mengapa dilaksanakan inkuiri terbimbing ? Anak seusia SMP ( umur 11 tahun ke atas ) secara psikologi masih labil dan butuh bantuan untuk melakukan tindakan. Meskipun sudah dapat menghubungkan hal yang konkret dengan yang abstrak tetapi siklus berpikirnya belum mantap. Mereka masih perlu menyeimbangkan antara proses penalaran yang bersifat idealis. Proses asimilasi dan akomodasi untuk menuju keseimbangan berpikir yang baik kurang terlihat. Jadi kegiatan yang sifatnya terbimbing masih dibutuhkan pada proses ini. Kendati demikian anak tetap memiliki keleluasan untuk melakukan sesuatu (learning to do), menghasilkan dan memahami sesuatu ( learning  to know ), berinteraksi dengan bekerjasama (learning to live together), dan tumbuh sikap ilmiah untuk melakukan suatu kajian  ( learning to be ).

Eksperimen merupakan metode mengajar dimana siswa melakukan percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya, menuliskan hasilnya, dan menyampaikan hasil tersebut di depan kelas yang kemudian dievaluasi oleh guru. Penggunaan metode ini bertujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan-persoalan yang dihadapinya melalui kegiatan percobaan. Meskipun dalam metode ini siswa  diposisikan sebagai subjek pembelajaran dari proses merancang, melakukan , mengamati, mengajukan hipotesis, menarik kesimpulan sampai merefleksikan diri, tetapi prosedur pelaksanaannya tetap disiapkan oleh guru. Hal ini dimaksudkan agar metode eksperimen menjadi lebih efektif dan efisien (Roestiyah : 2001).

METODE PENELITIAN

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Doplang Kabupaten Blora tahun 2024. Adapun waktu pelaksanaanya selama 4 (empat) bulan, yaitu dari bulan Agustus sampai bulan November tahun 2023.Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII B semester 1 SMP Negeri 1 Doplang tahun pelajaran 2023.Dengan jumlah siswa 30 anak yang terdiri dari 10 anak laki-laki dan 11 anak perempuan. Materi yang diambil dalam penelitian ini adalah sistem pernafasan manusia. Penelitian ini dilakukan dalam 2 (dua) siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 (empat) tahap, yaitu: Perencanaan (planning), tindakan (action), observasi (observating), dan refleksi (reflecting).

  • Data dari siswa sebagai subjek penelitian meliputi data hasil observasi terhadap kreativitas siswa, hasil tes ulangan harian, dan data catatan siswa (sosiometri) terhadap aktivitas teman kelompoknya berkaitan dengan unjuk kerjanya, dan  tanggapan guru terhadap pembelajaran.
  • Alat pengumpulan data yang digunakan adalah Lembar observasi kreativitas siswa, Instrumen ulangan harian, Lembar catatan siswa (sosiometri), Lembar Observasi Kinerja Guru, Camera digital untuk mendokumentasikan proses pembelajaran.
  • Uji validitas data penelitian menggunakan Triangulasi, yaitu pengujian terhadap instrumen penelitian dan data hasil penelitian dengan cara meminta masukan berupa saran, pengecekan atau penilaian dari sumber lain berupa teman sejawat sebagai kolaborator dalam penelitian (W. Rochiati, 2008:253). Sedangkan hasil belajar dianalisis dengan analisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai tes hasil ulangan antar siklus maupun dengan indikator kinerja. Data kreativitas siswa dianalisis secara deskriptif berdasarkan hasil observasi dan refleksi. Data kreativitas siswa yang diperoleh dari observer dan catatan siswa (sosiometri), diolah dengan cara berikut :

 

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarakan keadaan awal proses pembelajaran guru masih menggunakan metode ceramah dan tidak menggunakan alat peraga. Siswa dalam proses pembelajaran tidak begitu semangat,perhatiannya kurang dan asik dengan diri sendiri atau sama temannya, sehingga mata pelajaran IPA menjadi lebih sulit dan membosankan. Berdasarakan observasi awal menunjukkan kreativitas siswa yang cukup rendah, yaitu siswa yang kurang kreatif mencapai 47,62% atau 10 siswa, sedangkan yang cukup kreatif 14,28% atau 3 siswa, sementara siswa yang menunjukkan kreativitas dengan predikat baik hanya 38,10% atau 8 siswa dan hasil belajar pada ulangan harian siswa masih rendah. Hal ini terlihat pada hasil belajar pada ulangan harian KD 1.5 materi sistem pernafasan menunjukkan hasil yang cukup rendah.

Meningkatnya kreativitas dan hasil belajar siswa pada materi pembelajaran mekanisme pernafasan dan gangguan pernafasan berbanding lurus dengan pelaksanaan tindakan yang dilakukan. Kelemahan yang dijumpai dalam hal pengelolaan kelas terjadi apabila peneliti kurang memberikan bimbingan langkah kegiatan yang mengakibatkan siswa kesulitan mengerjakan tugas.Pada siklus I (satu) beberapa siswa tampak mengalami kesulitan dalam membuat alat peraga, melakukan praktikum, melakukan pengamatan untuk pengambilan data, dan saat mengerjakan LKS.Sehingga diperlukan tindakan antisipasi berupa pemberian bimbingan dan intruksi langkah kegiatan secara terinci.Sementara kelemahan lainnya yang dijumpai pada siklus II yaitu siswamengalami kesulitan dalam kinerja ilmiah dan membuat mekanisme pernafasan, tindakan antisipasi yang dilakukan guru adalah pemberian LKS 1 hari sebelumnya,pengelompokan siswa jumlahnya lebih sedikit dan pemberian bimbingan,arahan lebih diintensifkan dalam melakukan praktikum dan pembuatan alat peraga.Disamping adanya kekurangan tersebut, namun memaksimalkan kegiatan praktek di laboratorium dengan alat peraga sederhana alternatif (Alpa Seal) dapat  meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa.Di samping itu penggunaan alat peraga melalui kegiatan laboratorium   membuat pembelajaran lebih kreatif, aktif, inovatif, efektif, dan menyenangkan.Berdasarkan analisis data kreatvitas siswa, menunjukkan adanya peningkatan kreativitas yang signifikan dari kondisi awal sampai siklus II. Hal ini dapat dilihat seperti gambar 1berikut :

Berdasarkan gambar 1 menunjukkan kreativitas siswa naik secara  siqnifikan dari keadaan awal sampai pada siklus II, yaitu mencapai 80,95% siswa dengan predikat baik. Hal ini karena proses pembelajaran dengan  alat peraga sederhana alternatif (Alpa Seal) menjadikan siswa secara aktif dan dinamis dalam mengorganisasikan kemampuan kognitif, psikomorik, dan afektifnya. Terutama ditunjukkan saat membuat model alat peraga dan praktikum sebagai aplikasi materi yang dipelajari.Di samping itu interaksi dengan lingkungan belajar yaitu berdiskusi, melakukan kinerja ilmiah, dan interaksi dengan alat peraga mampu mengembangkan kreativitas siswa.Hal ini membuktikan bahwa penggunaan alat peraga dapat menciptakan iklim kelas yang kreatif dan mampu menumbuhkan kreativitas siswa. Selain itu Pembelajaran melalui kegiatan melihat,meraba dan memanipulasi obyek/alat peraga ini dapat memberikan pengalaman-pengalaman nyata bagi siswa tentang konsep materi sistem pernafasan. Hal ini sesuai pernyataan Manzilatusita (2007) bahwa siswa dapat mencapai hasil belajar yang optimal jika dalam belajar siswa menggunakan sebanyak mungkin indera untuk berinteraksi dengan isi pembelajaran.Sehingga pembelajaran dengan menggunkan alat peraga tersebut sangat membantu pemahaman siswa.Materi yang bersifat abstrak dapat divisualisasikan dengan jelas sehingga mudah dipahami oleh siswa.Berdasarkan analisis data hasil belajar siswa menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan dari kondisi awal sampai siklus II. Hal ini dapat dilihat seperti gambar 2 sebagai berikut :

222-65c2f1e9c57afb758e531682.png
222-65c2f1e9c57afb758e531682.png

Berdasarkan gambar 2 menunjukkan kenaikan hasil belajar pada nilai rata-rata dan persentase ketuntasan belajar siswa. Pada siklus II nilai rata-rata meningkat dari 69,05 menjadi 79,29. Sementara ketuntasan belajar meningkat dari 47,62% menjadi 85,71% atau 18 siswa dari 21 siswa. Hal ini membuktikan bahwa penggunaan alat peraga sederhana alternatif (Alpa Seal)sangat membantu siswa dalam memahami materi pelajaran, sehingga materi yang sulit menjadi lebih mudah. Hal ini sesuai pendapat Husni dan Mujadi,alat. Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran merupakan faktor eksternal yang dapat dilakukan guru untuk mempermudah siswa dalam mempelajari materi pelajaran,sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.Dengan demikian dapat disimpulkan, memaksimalkan kegiatan praktek di laboratorium dengan alat peraga sederhana alternatif (Alpa Seal) dapat  meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa.

KESIMPULAN DAN SARAN

 

       Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada kelas VIII B Semester 1 SMP Negeri 1 Doplang, Kabupaten Blora tahun pelajaran 2023/2024, dapat disimpulkan bahwa :

  • Dengan memaksimalkan kegiatan praktek di laboratorium dengan alat peraga sederhana alternatif (Alpa Seal ) dapat  meningkatkan kreativitas siswa. Siswa yang menunjukkan kreativitas dengan predikat baik mencapai 17 siswa atau 80,95% dari 21 siswa.
  • Pembelajaran dengan memaksimalkan kegiatan praktek di laboratorium dengan alat peraga sederhana alternatif (Alpa Seal ) dapat  meningkatkan  hasil belajar siswa. Dalam hal ini ketuntasan belajar secara klasikal mencapai 18 siswa atau 85,71% dari 21 siswa dengan nilai rata-rata 79.29.

 

      Saran

  1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan inspirasi guru-guru IPA lainnya, untuk mengembangkan alat peraga sederhana alternatif dengan memanfaatkan bahan-bahan bekas dan pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran.
  2. Guru mata pelajaran IPA harus lebih kreatif dalam melaksanakan proses pembelajaran agar materi pelajaran menjadi lebih mudah dipahami oleh siswa, sehingga hasilnya lebih berkualitas.
  3. Minimnya alat peraga IPA dapat diatasi dengan membuat alat peraga sederhana  dengan memanfaatkan bahan-bahan bekas yang ada di lingkungan sekitarnya

DAFTAR PUSTAKA

Husni, Saifudin. 2004. Memaksimalkan Penggunaan Model Sebagai Alat Peraga Pembelajaran Fisika, Edisi 11 Th. III Mei 2004. Yogyakarta : Gerbang majalah Pendidikan.

Manzilatusita U.2007.Pemberian motivasi guru dalam pembelajaran.Jurnal pendidikan dan budaya Educare 5 (5):1-5

Mendiknas. 2006. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Mujadi,dkk. 1995. Desain dan Pembuatan Alat Peraga IPA. Jakarta : Universitas Terbuka.

Munandar.2009. Memupuk kreatifitas Anak dalam Belajar. Bandung : Rosdakarya

Trianto. 2007, Model-model Pembelajaran Inovatif. Jakarta : Prestasi Pustaka

Wiriaatmadja, Rochiati. 2008. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Wiyanto. 2008, Meniyapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi Laboratorium, Semarang : UNNES PRESS

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun