Mohon tunggu...
Siti Mutmainah
Siti Mutmainah Mohon Tunggu... Guru - Guru IPA di SMP Negeri 1 Doplang

Berprofesi sebagai guru mata pelajaran IPA di SMP Negeri 1 Doplang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memaksimalkan Kegiatan Praktik di Laboratorium dengan Alpa Seal sebagai Upaya Meningkatkan Kreativitas dan Hasil Belajar Siswa

7 Februari 2024   10:02 Diperbarui: 7 Februari 2024   10:16 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pembelajaran memaksimalkan  kegiatan praktek di laboratorium dengan menggunakan alat peraga sederhana alternatif (Alpa Seal). Pembelajaran sains melalui kegiatan praktek di laboratorium sangat tepat diberikan pada anak usia SMP bahkan sejak mereka masih di sekolah dasar. Kegiatan praktek di laboratorium dirancang untuk membuktikan kebenaran sebuah konsep dan untuk menghasilkan penemuan-penemuan baru  bidang ilmu pengetahuan. Menurut Wiyanto (2008), kegiatan laboratorium berbasis inkuiri merupakan proses belajar yang memungkinkan siswa untuk ; mengeksplorasi gejala dan merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mendesain dan merencanakan cara pengujian hipotesis, mengorganisasikan dan menganalisis data yang diperoleh, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikannya.

Kegiatan praktek di laboratorium yang akan dilakukan anak adalah eksperimen dengan inkuiri terbimbing. Mengapa dilaksanakan inkuiri terbimbing ? Anak seusia SMP ( umur 11 tahun ke atas ) secara psikologi masih labil dan butuh bantuan untuk melakukan tindakan. Meskipun sudah dapat menghubungkan hal yang konkret dengan yang abstrak tetapi siklus berpikirnya belum mantap. Mereka masih perlu menyeimbangkan antara proses penalaran yang bersifat idealis. Proses asimilasi dan akomodasi untuk menuju keseimbangan berpikir yang baik kurang terlihat. Jadi kegiatan yang sifatnya terbimbing masih dibutuhkan pada proses ini. Kendati demikian anak tetap memiliki keleluasan untuk melakukan sesuatu (learning to do), menghasilkan dan memahami sesuatu ( learning  to know ), berinteraksi dengan bekerjasama (learning to live together), dan tumbuh sikap ilmiah untuk melakukan suatu kajian  ( learning to be ).

Eksperimen merupakan metode mengajar dimana siswa melakukan percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya, menuliskan hasilnya, dan menyampaikan hasil tersebut di depan kelas yang kemudian dievaluasi oleh guru. Penggunaan metode ini bertujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan-persoalan yang dihadapinya melalui kegiatan percobaan. Meskipun dalam metode ini siswa  diposisikan sebagai subjek pembelajaran dari proses merancang, melakukan , mengamati, mengajukan hipotesis, menarik kesimpulan sampai merefleksikan diri, tetapi prosedur pelaksanaannya tetap disiapkan oleh guru. Hal ini dimaksudkan agar metode eksperimen menjadi lebih efektif dan efisien (Roestiyah : 2001).

METODE PENELITIAN

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Doplang Kabupaten Blora tahun 2024. Adapun waktu pelaksanaanya selama 4 (empat) bulan, yaitu dari bulan Agustus sampai bulan November tahun 2023.Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII B semester 1 SMP Negeri 1 Doplang tahun pelajaran 2023.Dengan jumlah siswa 30 anak yang terdiri dari 10 anak laki-laki dan 11 anak perempuan. Materi yang diambil dalam penelitian ini adalah sistem pernafasan manusia. Penelitian ini dilakukan dalam 2 (dua) siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 (empat) tahap, yaitu: Perencanaan (planning), tindakan (action), observasi (observating), dan refleksi (reflecting).

  • Data dari siswa sebagai subjek penelitian meliputi data hasil observasi terhadap kreativitas siswa, hasil tes ulangan harian, dan data catatan siswa (sosiometri) terhadap aktivitas teman kelompoknya berkaitan dengan unjuk kerjanya, dan  tanggapan guru terhadap pembelajaran.
  • Alat pengumpulan data yang digunakan adalah Lembar observasi kreativitas siswa, Instrumen ulangan harian, Lembar catatan siswa (sosiometri), Lembar Observasi Kinerja Guru, Camera digital untuk mendokumentasikan proses pembelajaran.
  • Uji validitas data penelitian menggunakan Triangulasi, yaitu pengujian terhadap instrumen penelitian dan data hasil penelitian dengan cara meminta masukan berupa saran, pengecekan atau penilaian dari sumber lain berupa teman sejawat sebagai kolaborator dalam penelitian (W. Rochiati, 2008:253). Sedangkan hasil belajar dianalisis dengan analisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai tes hasil ulangan antar siklus maupun dengan indikator kinerja. Data kreativitas siswa dianalisis secara deskriptif berdasarkan hasil observasi dan refleksi. Data kreativitas siswa yang diperoleh dari observer dan catatan siswa (sosiometri), diolah dengan cara berikut :

 

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarakan keadaan awal proses pembelajaran guru masih menggunakan metode ceramah dan tidak menggunakan alat peraga. Siswa dalam proses pembelajaran tidak begitu semangat,perhatiannya kurang dan asik dengan diri sendiri atau sama temannya, sehingga mata pelajaran IPA menjadi lebih sulit dan membosankan. Berdasarakan observasi awal menunjukkan kreativitas siswa yang cukup rendah, yaitu siswa yang kurang kreatif mencapai 47,62% atau 10 siswa, sedangkan yang cukup kreatif 14,28% atau 3 siswa, sementara siswa yang menunjukkan kreativitas dengan predikat baik hanya 38,10% atau 8 siswa dan hasil belajar pada ulangan harian siswa masih rendah. Hal ini terlihat pada hasil belajar pada ulangan harian KD 1.5 materi sistem pernafasan menunjukkan hasil yang cukup rendah.

Meningkatnya kreativitas dan hasil belajar siswa pada materi pembelajaran mekanisme pernafasan dan gangguan pernafasan berbanding lurus dengan pelaksanaan tindakan yang dilakukan. Kelemahan yang dijumpai dalam hal pengelolaan kelas terjadi apabila peneliti kurang memberikan bimbingan langkah kegiatan yang mengakibatkan siswa kesulitan mengerjakan tugas.Pada siklus I (satu) beberapa siswa tampak mengalami kesulitan dalam membuat alat peraga, melakukan praktikum, melakukan pengamatan untuk pengambilan data, dan saat mengerjakan LKS.Sehingga diperlukan tindakan antisipasi berupa pemberian bimbingan dan intruksi langkah kegiatan secara terinci.Sementara kelemahan lainnya yang dijumpai pada siklus II yaitu siswamengalami kesulitan dalam kinerja ilmiah dan membuat mekanisme pernafasan, tindakan antisipasi yang dilakukan guru adalah pemberian LKS 1 hari sebelumnya,pengelompokan siswa jumlahnya lebih sedikit dan pemberian bimbingan,arahan lebih diintensifkan dalam melakukan praktikum dan pembuatan alat peraga.Disamping adanya kekurangan tersebut, namun memaksimalkan kegiatan praktek di laboratorium dengan alat peraga sederhana alternatif (Alpa Seal) dapat  meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa.Di samping itu penggunaan alat peraga melalui kegiatan laboratorium   membuat pembelajaran lebih kreatif, aktif, inovatif, efektif, dan menyenangkan.Berdasarkan analisis data kreatvitas siswa, menunjukkan adanya peningkatan kreativitas yang signifikan dari kondisi awal sampai siklus II. Hal ini dapat dilihat seperti gambar 1berikut :

1111-65c2f187c57afb6e900dbb82.png
1111-65c2f187c57afb6e900dbb82.png

Berdasarkan gambar 1 menunjukkan kreativitas siswa naik secara  siqnifikan dari keadaan awal sampai pada siklus II, yaitu mencapai 80,95% siswa dengan predikat baik. Hal ini karena proses pembelajaran dengan  alat peraga sederhana alternatif (Alpa Seal) menjadikan siswa secara aktif dan dinamis dalam mengorganisasikan kemampuan kognitif, psikomorik, dan afektifnya. Terutama ditunjukkan saat membuat model alat peraga dan praktikum sebagai aplikasi materi yang dipelajari.Di samping itu interaksi dengan lingkungan belajar yaitu berdiskusi, melakukan kinerja ilmiah, dan interaksi dengan alat peraga mampu mengembangkan kreativitas siswa.Hal ini membuktikan bahwa penggunaan alat peraga dapat menciptakan iklim kelas yang kreatif dan mampu menumbuhkan kreativitas siswa. Selain itu Pembelajaran melalui kegiatan melihat,meraba dan memanipulasi obyek/alat peraga ini dapat memberikan pengalaman-pengalaman nyata bagi siswa tentang konsep materi sistem pernafasan. Hal ini sesuai pernyataan Manzilatusita (2007) bahwa siswa dapat mencapai hasil belajar yang optimal jika dalam belajar siswa menggunakan sebanyak mungkin indera untuk berinteraksi dengan isi pembelajaran.Sehingga pembelajaran dengan menggunkan alat peraga tersebut sangat membantu pemahaman siswa.Materi yang bersifat abstrak dapat divisualisasikan dengan jelas sehingga mudah dipahami oleh siswa.Berdasarkan analisis data hasil belajar siswa menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan dari kondisi awal sampai siklus II. Hal ini dapat dilihat seperti gambar 2 sebagai berikut :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun