"Pembohong!" pekik Ara sembari menarik tangannya kembali.
"Ara ... dia Mita, adikku." Wisnu mulai menceritakan semua rencana awal yang ingin memberikan kejutan dalam bentuk lamaran. Dia pura-pura memutuskan hubungan atas ide sang adik. Katanya, sih agar mengejutkan Ara. Namun, ponselnya rusak, hingga rencana mereka berantakan.
"Iya, Kak. Maafkan aku. Setelah itu Bang Wisnu mencoba menghubungi Kakak melalui nomorku, tetapi tak ada jawaban, Oleh karena itu, kami memutuskan datang ke sini untuk meluruskan semua."
"Aku udah tau apa yang kamu lakukan. Maafkan aku, tapi untuk sekarang aku hanya ingin memelukmu. Rindu. Apa boleh?" Wisnu menatap penuh harap.
Ara mengangguk. "Aku mau, tapi ... nanti setelah menikah."
Tawa Mita meledak, Ara terkekeh kecil. Sedangkan Wisnu mengerucutkan bibir.
"Jadi nikahan, nih?" Ibu datang sembari merentangkan tangan, Ara langsung menghambur, memeluknya erat.
"Ibu ...." Ara memoyongkan bibir. Tawa mereka meledak.
Semua kejadian ada hikmahnya. Hadapi semua dengan lapang dada, jangan sampai putus asa. Ara tersenyum sembari menatap Wisnu. Dia tak menyangka selama ini telah digeluti kesalahpahaman. Bahkan, dia hampir mengakhiri hidup karena merasa sia-sia. Cinta, terima kasih.
Selesai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H