"Kila, dengerin Papa. Ini nggak seperti yang kamu lihat."
"Kila nggak nyangka, Papa tega khianati Mama. Papa jahat!" Suara Kila terdengar serak dengan air mata yang sudah membanjiri pipinya.
"Kila nggak tau nanti respons Mama gimana, saat tau Papa selingkuh," lanjut Kila sembari menyeka air matanya dengan kasar.
"Kila, dengerin du-"Â
"Kamu diam! Dasar jalang!" sela Kila cepat tanpa menunggu wanita itu menyelesaikan ucapannya. Wanita itu sontak terdiam mendengar ucapan Kila. Cairan bening mulai mengalir di sudut matanya.
Kila berdecih. "Gak usah sok nangis, drama banget si-"
Plakk!
Kila menyentuh pipi kirinya yang terasa perih. Satu tamparan telah dilayangkan oleh pria yang paling dicintainya. Dengan tatapan nanar, Kila mendekat ke arah pria paruh baya itu.
"Tampar lagi, Pa, tampar!" pekik Kila menyodorkan pipinya dengan air mata yang semakin deras. Bukan perih di pipi, tetapi perih di hati yang paling terasa. Pria yang selama ini dianggap Dewa, kini menamparnya.
"Sudahlah, Kila, pergi dari sini!" sentak Papanya sembari menarik tangan wanita itu untuk kembali duduk.Â
Kila tersenyum kecut. Dengan perlahan dia mulai melangkah keluar dari kafe. Seluruh tubuhnya terasa lemas, tetapi dia harus menahan agar tidak ambruk. Kila melihat kanan kiri untuk menunggu taxi, dia sudah tidak sanggup lagi untuk mengendarai motor. Selama perjalanan tak henti-henti dia terisak. Bagaimana perasaan sang mama saat tahu kejadian ini? Kila ingin keluarga mereka tetap utuh, tetapi Kila juga tidak ingin menyembunyikan hal ini dari mamanya.Â