Menjadi ibu, berarti harus memiliki sabar seluas samudera.
Begitupun saat menerima perlakuan kasar dari pasangannya. Perempuan menjadi tidak berdaya dan menutup mulutnya rapat-rapat karena pembicaraan seputar KDRT masih tabu di masyarakat.
Apabila seorang istri diperlakukan secara kasar oleh suaminya, beredar anggapan yang "mewajarkan" tindakan suami.
Mungkin nggak pernah masak di rumah.
Mungkin rumahnya selalu berantakan.
Mungkin pengeluarannya boros.
Selalu peran ibu yang ujungnya disalahkan. Padahal, KDRT terjadi karena komunikasi dalam rumah tangga sudah memburuk.Â
Bahkan, sebelum terjadi kekerasan fisik, biasanya selalu ditandai dengan lumrahnya kekerasan verbal yang dilakukan suami terhadap istrinya.
Kewajaran-kewajaran tersebut yang akhirnya menepis "rasa bersalah" suami saat memukul atau menganiaya istrinya.
***
Sebagai generasi yang setiap harinya dibanjiri pemberitaan kekerasan dalam hubungan dua insan, bukankah sudah saatnya kita saling introspeksi diri?