Mohon tunggu...
Siti Khusnul Khotimah
Siti Khusnul Khotimah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Penulis buku A Good Change: sebuah penerapan filosofi Kaizen bagi yang sedang berada di titik terendah. Menulis seputar Self-Improvement, Growth Mindset, dan Tips Penunjang Karir. Yuk berkawan di IG dan TT @sitikus.nl ✨ Salam Bertumbuh 🌻🔥

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Influencer Modal Exposure, Murni Bisnis atau Lagi Ngemis?

4 April 2023   18:58 Diperbarui: 4 April 2023   19:10 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia digital semakin akrab dengan keseharian kita. 

Bukan hanya menghadiri pertemuan atau pesan makanan, metode pembayaran juga kian memudahkan kita dalam melakukan transaksi.

Tidak hanya itu, membangun relasi dan berjejaring juga semakin mudah dengan adanya fitur insights pada platform sosial media. 

Dengan memperhatikan tingkat engagement pada postingan yang kita bagikan, tidak menutup kemungkinan peluang rezeki tambahan yang bisa menghasilkan cuan--turut meningkat! 

Keberhasilan dalam memperoleh hasil insight yang fantastis dapat mengantarkan kita selangkah lebih dekat menjadi seorang influencer. 

Influencer dapat diartikan sebagai orang yang mampu memberikan pengaruh atas pengambilan keputusan (decision making) orang lain. 

Kok bisa gitu, ya? 

Pasalnya, seorang influencer telah berhasil membangun personal branding dirinya atas suatu bidang yang diminati khalayak. 

Contohnya, di bidang kecantikan ada "Beauty-fluencer", lalu di bidang kuliner ada "Food-vlogger", dan yang gak kalah penting, di dunia per-subscriberan dikenal istilah "Youtuber". 

Sehebat itukah mereka? 

Di kalangan pengikutnya, influencer layaknya publik figur yang memberikan pengaruh besar dalam kehidupan orang banyak. 

Misalnya, pemilihan brand skincare yang sesuai dengan skin tone orang Asia, atau rekomendasi restoran yang menyajikan service terbaik dengan harga kaki lima. 

Imbasnya, para influencer ini merasa orang-orang akan bergantung pada apapun yang dikatakannya. 

Mau mengatakan brand A buruk, bisa. 

Mau mengomentari service brand B yang kurang kompeten, boleh. 

Mau mengapresiasi brand C sebagai karya anak bangsa, bisa banget. 

Jelasnya, apapun yang dikatakan "Si Pemberi Pengaruh" ini berdampak serius pada brand yang disasar.

Karena pengikut setianya akan mengamini setiap review yang dibuat oleh sang influencer. 

Meningkatnya tren vlogging di kalangan kita, mendorong setiap orang untuk jadi "influencer" kekinian.

Singkatnya, mereka menganggap, dengan mempengaruhi minat orang lain akan memudahkan mereka dalam "berbisnis".

Kunci keberhasilan seorang influencer adalah tingginya tingkat penjualan bagi pengusaha yang menggunakan jasa mereka, sebagai dampak dari promosi dan branding di media sosial. 

Semakin banyak pengusaha atau pedagang yang terbantu dengan konten endorsement yang diproduksi influencer, maka makin tinggi nilai ROI-nya atau Return of Investment bagi bisnis tersebut. 

Dalam hal ini, pengusaha dan influencer sama-sama mendapat keuntungan materi, berupa pelanggan baru dan portofolio untuk dijadikan exposure. 

Tetapi, semakin kesini makin banyak influencer yang bekerja dengan modal "Bayar Pakai Exposure".

Karena tingkat engagement-nya cukup tinggi, seorang influencer dengan penuh percaya diri--mempertaruhkan jumlah followers yang menyentuh angka jutaan sebagai ganti atas fasilitas yang harus diberikan oleh pengusaha secara cuma-cuma. 

Apakah lantas, hal itu jadi transaksi yang merugikan? 

Belum tentu. 

Kalau perusahaan menilai performa kerja dan profil si influencer itu bagus, maka dibayar 2M (Makasih Mas) bukan menjadi soal. 

Tetapi, kalau pemilik perusahaan tidak yakin apalagi tidak mengenal seluk-beluk si influencer yang tiba-tiba minta gratisan berkedok dibayar ngonten, maka tidak akan muncul kesepakatan kerja. 

Bilamana kamu seorang influencer, perlu kamu ketahui, bahwa target pasar perusahaan gak selalu relevan dengan cara berbisnis yang kamu tawarkan. 

Apalagi, kalau kamu menyasar ke bisnis-bisnis mikro dan menengah, dengan dalih bantu memasarkan dagangan melalui jutaan followers yang gak kamu kenali satu-persatu. 

Apakah mereka akan percaya, kalau kamu seorang pebisnis yang bisa mendatangkan keuntungan buat mereka juga? 

Atau, jangan-jangan, selama ini profesi sebagai influencer hanyalah modus untuk mendapatkan akses gratis di tempat-tempat yang kamu inginkan? 

Pikir-pikir lagi deh. 

Bijak gak sih, nolongin orang yang sudah keluar modal untuk bakar duit, justru kamu curi-curi peluang dengan bayar pakai exposure? 

Komen pendapat kamu di bawah, dan

Bagikan artikel ini ke sirkelmu :) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun