Mohon tunggu...
Siti Khodijah
Siti Khodijah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

Tidak ada suatu proses tanpa ada usaha dan strategi.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sejarah dan Hakikat Perkembangan Filsafat Ilmu dari Zaman Yunani Kuno hingga Kontemporer

8 Januari 2023   14:30 Diperbarui: 8 Januari 2023   14:31 2008
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SEJARAH DAN HAKIKAT PERKEMBANGAN FILSAFAT ILMU

Dr. Suhardi, S.Pd I. M.A. dan Siti Khodijah ( 2201040019 )

FITK IAIDU Asahan Kisaran, Manajemen Pendidikan Islam

-Q O U T E S -

Layaknya rules of government, tak semua kebijakan dapat dianggap benar. Halayak hanya diam tanpa mencari sejarah kebijakan yang tidak lepas dari suatu kebijaksanaan yang meronta-ronta ingin dikumandangkan.

-Siti Khodijah

PENDAHULUAN

Filsafat merupakan suatu ilmu pengetahuan yang bersifat ekstensial artinya sangat erat berhubungan dengan kehidupan kita sehari-hari. Bahkan, dapat dikatakan filsafatlah yang menjadi motor penggerak kehidupan kita sehari-hari sebagai manusia pribadi maupun sebagai manusia kolektif dalam bentuk suatu masyarakat atau bangsa. Filsafat ilmu merupakan refleksi secara filsafati akan hakikat ilmu yang tidak akan mengenal titik henti dalam menuju sasaran yang akan dicapai, yaitu kebenaran dan kenyataan. Memahami filsafat ilmu berarti memahami seluk-beluk ilmu pengetahuan sehingga segi-segi dan sendi-sendinya yang paling mendasar, untuk dipahami pula perspektif ilmu, kemungkinan pengembangannya, serta keterjalinannya antar cabang ilmu yang satu dengan yang lainnya. Pendekatan penulisan yang penulis gunakan dalam karya ilmiah ini adalah jenis penelitian kepustakaan atau library research. Dapat disimpulkan bahwa filsafat merupakan ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu. Ilmu merupakan metode berpikir secara obyektif dalam menggambarkan dan memberi makna terhadap dunia fuktual dan berprinsip untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan. Indikator ilmu yaitu: Bersifat akumulatif, kebenarannya bersifat tidak mutlak, bersifat obyektif.(Siti Mariyah, 2021, 4 (3) : 1).

Menjelaskan dinamika dan perkembangan filsafat ilmu merupakan tujuan penulisan ini. Metode penelitian normatif (doctrinal research) dengan menggunakan bahan hukum primer, sekunder dan tersier yang dikumpulkan melalui studi pustaka yang kemudian dianalisis dengan pendekatan sejarah (historical approach) dan filosofis (fhylosofy approach) dipergunakan untuk menemukan jawaban atas tujuan tersebut. Hasil penulisan dapat disimpulkan bahwa sejarah perkembangaan filsafat ilmu tidak dapat dilepaskan dengan sejarah filsafat itu sendiri, khususnya filsafat barat. Perkembangan filsafat barat dibagi menjadi 4 (empat) periodesasi yaitu: (a) zaman yunani kuno (b) zaman abad pertengahan (c) zaman abad moderen (d) zaman abad kontemporer. (Anwar, Khaidir,2014,7 (2) :1). Ilmu pada prinsipnya merupakan usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan suatu pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari – hari.

Pada hakikatnya filsafat ilmu adalah segenap pemikiran yang reflektif terhadap persoalanpersoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu. Dengan segala segi dari kehidupan manusia. Filsafat ilmu merupakan suatu telaah kritis terhadap metode yang digunakan oleh ilmu tertentu terhadap lambang-lambang dan struktur penalaran tentang sistem llambanyang digunakan. Filsafat ilmu adalah upaya untuk mencari kejelasan mengenai dasar-dasar konsep, sangka wacana dan postulat mengenai ilmu. Dapat disimpulkan bahwasanya filsafat ilmu merupakan studi gabungan yang terdiri atas beberapa studi yang beraneka macam yang ditunjukkan untuk menetapkan batas tertentu dalam melakukan suatu pembahasan. (Mohammad Adib, 2010:57). Oleh karena itu, penting dan sangat menarik untuk membahas lebih dalam mengenai sejarah perkembangan filsafat ilmu beserta hakikatnya, sebagai landasan berfikir kita demi mengembangkan ilmu pengetahuan. Penulis berharap dengan pembuatan karya tulis ini dapat memberikan wawasan lebih luas mengenai sejarah perkembangan filsafat ilmu beserta hakikatnya, serta dapat dijadikan pedoman dalam memperjelas bahasan tentang sejarah filsafat ilmu.

Cabang filsafat yang membahas masalah ilmu adalah filsafat ilmu. Tujuannya mengadakan analisis mengenai ilmu pengetahuan dan cara bagaimana pengetahuan ilmiah itu diperoleh. Jadi, filsafat ilmu: adalah penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara untuk memperolehnya. Pokok perhatian filsafat ilmu adalah proses penyelidikan ilmiah itu sendiri. Istilah lain dari filsafat Umu adalah theory of suzence (teori ilmu), dan sezence of suzence (ilmu tentang ilmu). Namun sebenarnya berbicara mengenai filsafat ilmu sulit untuk memberikan suatu batasan yang positif. Banyak pendapat yang memiliki makna serta penekanan yang berbeda tentang filsafat ilmu.4

Dengan demikian, filsafat ilmu sendiri mempunyai sejarah perkembangan yang cukup menarik untuk dibahas mulai dari zaman islam, Yunani, sampai kezaman modern. Perkembangan filsafat ilmu tidak muncul begitu saja, melainkan mempunyai sejarah yang panjang beserta tokoh-tokoh pengemuka teori-teori filsafat ilmu. Dan pembahasan selanjutnya mengenai Hakikat filsafat ilmu, dalam mempelajari hakikat filsafat ilmu harus dimulai dengan mengetahui pengertian filsafat, selanjutnya struktur ilmu itu sendiri, dan terakhir yaitu objek kajian dalam filsafat ilmu.

PEMBAHASAN

A.SEJARAH PERKEMBANGAN FILSAFAT ILMU

Sejarah filsafat adalah laporan suatu peristiwa yang berkaitan dengan pemikiran filsafat. Biasanya sejarah filsafat ini memuat berbagai pemikiran kefilsafatan (yang beraneka ragam) mulai dari zaman pra-Yunani hingga zaman modern. Juga, dengan mengetahui pemikiran filsafat par ahli pikir (filsuf) ini akan didapat berbagai ragam pemikiran dari dahulu hingga sekarang. Dalam sejarah filsafat akan diketahui pemikiran-pemikiran yang genius hingga pemikir tersebut dapat mengubah dunia, yaitu dengan ideide atau gagasan-gagasannya yang cemerlang.(Fuad Ihsan, 2010:44).

Filsafat ilmu sebagai bagian integral dari filsafat secara keseluruhan perkembangannya tidak bisa dilepaskan dari sejarah perkembangan filsafat itu sendiri secara keseluruhan. Menurut Lincoln Cuba, sebagai yang dikutip oleh Ali Abdul Azim, bahwa kita mengenal tiga babakan perkembangan paradigma dalam filsafat ilmu di Barat yaitu era prapositivisme, era positivisme dan era pasca modernisme. (Igusti Bagus Rai Utama,2013:15).

Firman Allah SWT untuk berfilsafat :

اَوَلَمۡ يَتَفَكَّرُوۡا فِىۡۤ اَنۡفُسِهِمۡ مَا خَلَقَ اللّٰهُ السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضوَمَا بَيۡنَهُمَاۤ اِلَّا بِالۡحَقِّ وَاَجَلٍ مُّسَمًّى‌ؕ وَ اِنَّ كَثِيۡرًا مِّنَالنَّاسِ النَّاسِ رَبِّهِمۡ لَـكٰفِرُوۡنَ

Artinya : “ Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan dalam waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar mengingkari pertemuan dengan Tuhannya. Q.S Ar-Rum : 8.

1.Filsafat Ilmu Zaman Kuno

a.Pra Yunani Kuno (Abad 15-7 SM)

Dalam sejarah perkembangan peradaban manusia. Yakni ketika belum mengenal peralatan seperti yang dipakai sekarang ini. Pada masa itu manusia masih menggunakan batu sebagai peralatan. Masa zaman batu berkisar antara 4 juta tahun sampai 20.000 tahun sebelum masehi. Sisa peradaban manusia yang ditemukan pada masa ini antara lain: alat-alat dari batu, tulang belulang dari hewan, sisa beberapa tanaman, gambar-gambar digua-gua, tempat-tempat penguburan, tulang belulang manusia purba. Evolusi ilmu pengetahuan dapat diruntut melalui sejarah perkembangan pemikiran yang terjadi di Yunani, Babilonia, Mesir, China, Timur Tengah dan Eropa.(Sumarto, 2017:20). Yunani Kuno filsafat dan ilmu merupakan suatu hal yang tidak terpisahkan. Keduanya termasuk dalam pengertian episteme yang sepadan dengan kata philosophia. Pemikiran tentang episteme ini oleh Aristoteles diartikan sebagai an organized body of rational konwledge with its proper object. Jadi filsafat dan ilmu tergolong sebagai pengetahuan yang rasional. Dalam pemikiran Aritoteles selanjutnya pengetahuan rasional itu dapat dibedakan menjadi tiga bagian yang disebutnya dengan praktike (pengetahuan praktis), poietike (pengetahuan produktif), dan theoretike (pengetahuan teoritis).

b.Yunani kuno (Abad-7-2 SM)

Zaman Yunani kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengeluarkan ide-ide atau pendapatnya, Yunani pada masa itu dianggap sebagai gudangnya ilmu dan filsafat. Bangsa Yunani juga tidak dapat menerima pengalaman-pengalaman yang didasarkan pada sikap menerima saja (receptive attitude) tetapi menumbuhkan anquiring attitude (senang menyelidiki secara kritis). Sikap inilah yang menjadikan bangsa Yunani tampil sebagai ahli-ahli pikir yang terkenal sepanjang masa. Salah satu tokoh Yunani yang terkenal pada waktu itu parmenides dengan pendapatnya ”hanya yang ada itu ada” menides tidak mendefinisikan apa itu “yang ada”, tetapi dia menyebutkan beberapa sifatnya yang meliputi segala sesuatu. Menurutnya, “yang ada” itu tidak bergerak, tidak berubah, dan tidak terhancurkan. (Sumarto, 2017:20). Pemikiran dan pandangan Aritoteles memberikan gambaran kepada kita bahwa dampaknya ilmu pengetahuan pada masa itu harus didasarkan pada pengertian dan akibatnya hanya dapat dilaksanakan bagi aspek-aspek realitas yang terjangkau pikiran. Lalu masuk akal saja kalau orang berpendapat bahwa kegiatan ilmiah tidak lain daripada menyusun dan mengaitkan pengertian-pengertian itu secara logis, yang akhirnya menimbulkan kesana bahwa setiap ilmu pengetahuan mengikuti metode yang hampir sama yaitu mencari pengertian tentang prima principia, lalu mengadakan deduksi-deduksi logis.(Gusti Bagus Rai Utama,2013:15).

2.Filsafat Ilmu Era Renaisance

Memasuki masa Rennaisance, otoritas Aritoteles tersisihkan oleh metode dan pandangan baru terhadap alam yang biasa disebut Copernican Revolution yang dipelopori oleh sekelompok sanitis antara lain Copernicus (1473-1543), Galileo Galilei (1564-1542) dan Issac Newton (1642-1727) yang mengadakan pengamatan ilmiah serta metode-metode eksperimen atas dasar yang kukuh.Selanjutnya pada Abad XVII, pembicaraan tentang filsafat ilmu, yang ditandi dengan munculnya Roger Bacon (15611626). Bacon lahir di ambang masuknya zaman modern yang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Bacon menanggapi Aristoteles bahwa ilmu sempurna tidak boleh mencari untung namun harus bersifat kontemplatif. Menurutnya Ilmu harus mencari untung artinya dipakai untuk memperkuat kemampuan manusia di bumi, dan bahwa dalam rangka itulah ilmu-ilmu berkembang dan menjadi nyata dalam kehidupan manusia. Pengetahuan manusia hanya berarti jika nampak dalam kekuasaan manusia; human knowledge adalah human power. Perkembangan ilmu pengetahuan modern yang berdasar pada metode eksperimental dana matematis memasuki abad XVI mengakibatkan pandangan Aritotelian yang menguasai Bacon mengatakan bahwa logika yang digunakan sejak zaman Aristoteles hingga sekarang (zamannya, pen.) lebih merugikan dari pada menguntungkan. Dalam perkembangan selanjutnya muncul John Locke (1632-1714) David Hume (1711-1776) dan Immanuel Kant (1724-1804). Ketiga filosof ini memberi pengaruh cukup besar terhadap perkembangan filsafat ilmu selanjutnya.Locke berpendapat bahwa ketika seorang bayi lahir akalnya seperti papan tulis yang kosong atau kamera yang merekam kesan-kesan dari luar. Pengetahuan hanya berasal dari indra yang dibantu oleh pemikiran, ingatan, perasaan indrawi diatur menjadi bermacam-macam pengetahuan. (Gusti Bagus Rai Utama,2013:18).

Zaman Renaissance ditandai sebagai era kebangkitan kembali pemikiran yang bebas dari dogma-dogma agama, Renaissanse adalah zaman peralihan ketika kebudayaan abad pertengahan mulai berubah menjadi suatu kebudayaan modern. Tokoh-tokohnya adalah: Roger Bacon,Copernicus, Tycho Brahe, yohanes Keppler, Galilio Galilei. Yang menarik disini adalah pendapat Roger Bacon, ia berpendapat bahwa pengalaman empirik menjadi landasan utama bagi awal dan ujian akhir bagi semua ilmu pengetahuan. Sedangkan Copernicus adalah tokoh gereja ortodok, yang menerangkan bahwa matahari berada di pusat jagat raya, dan bumi memiliki dua macam gerak, yaitu perputaran sehari-hari pada porosnya dan gerakan tahunan mengelilingi matahari(Sumarto, 2017:22). Teori ini disebut Heliosentrisme. Namun teorinya ditentang kalangan gereja yang mempertahankan prinsip Geosentrisme yang dianggap lebih benar dari pada prinsip Heliosentrisme. Setiap siang kita melihat semua mengelilingi bumi. Hal ini ditetapkan Tuhan, oleh agama, karena manusia menjadi pusat perhatian Tuhan, untuk manusialah semuanya, paham demikian disebut Homosentrisme. Dengan kata lain prinsip Geosentrisme tidak dapat dipisahkan dari prinsip Homosentrisme.

3.Filsafat Ilmu Era Positivisme

Memasuki abad XIX perkembangan Filsafat Ilmu memasuki Era Positivisme. Positivisme adalah aliran filsafat yang ditandai dengan evaluasi yang sangat terhadap ilmu dan metode ilmiah. Aliran filsafat ini berawal pada abad XIX. Pada abad XX tokoh-tokoh positivisme membentuk kelompok yang terkenal dengan Lingkaran Wina, di antaranya Gustav Bergman, Rudolf Carnap, Philip Frank Hans Hahn, Otto Neurath dan Moritz Schlick. Pada penghujung abad XIX (sejak tahun 1895), pada Universitas Wina Austria telah diajarkan mata kuliah Filsafat Ilmu Pengetahuan Induktif. Hal ini memberikan indikasi bahwa perkembangan filsafat ilmu telah memasuki babak yang cukup menentukan dan sangat berpengaruh terhadap perkembangan dalam abad selanjutnya (Gusti Bagus Rai Utama,2013:17).

Memasuki abad XX perkembangan filsafat ilmu memasuki era baru. Sejak tahun 1920 panggung filsafat ilmu pengetahuan didominasi oleh aliran positivisme Logis atau yang disebut Neopositivisme dan Empirisme Logis. Aliran ini muncul dan dikembangkan oleh Lingkaran Wina (Winna Circle, Inggris, Wiener Kreis, Jerman).Aliran ini merupakan bentuk ekstrim dari Empirisme. Aliran ini dalam sejarah pemikiran dikenal dengan Positivisme Logic yang memiliki pengaruh mendasar bagi perkem-bangan ilmu. Munculnya aliran ini akibat pengaruh dari tiga arah. Pertama, Emperisme dan Positivisme. Kedua, metodologi ilmu empiris yang dikembangkan oleh ilmuwan sejak abad XIX, dan Ketiga, perkembangan logika simbolik dan analisa logis.Secara umum aliran ini berpendapat bahwa hanya ada satu sumber pengetahuan yaitu pengalaman indrawi.(Gusti Bagus Rai Utama,2013:18).

4. Perkembangan Filsafat Zaman Modern (17-19 M)

Zaman ini ditandai dengan berbagai dalam bidang ilmiah, serta filsafat dari berbagai aliran muncul. Pada dasarnya corak secara keseluruhan bercorak sufisme Yunani. Paham–paham yang muncul dalam garis besarnya adalah Rasionalisme, Idialisme, dengan Empirisme. Paham Rasionalisme mengajarkan bahwa akal itulah alat terpenting dalam memperoleh dan menguji pengetahuan. Ada tiga tokoh penting pendukung rasionalisme, yaitu Descartes, Spinoza, dan Leibniz. Sedangkan aliran Idialisme mengajarkan hakikat fisik adalah jiwa, spirit. Para pengikut aliran/paham ini pada umumnya, sumber filsafatnya mengikuti filsafat kritisisismenya Immanuel Kant. Fitche (1762-1814) yang dijuluki sebagai penganut Idealisme subyektif merupakan murid Kant. Sedangkan Scelling, filsafatnya dikenal dengan filsafat Idealisme Objektif. Kedua Idealisme ini kemudian disintesakan dalam Filsafat Idealisme Mutlak Hegel. Pada Paham Empirisme mengajarkan bahwa tidak ada sesuatu dalam pikiran kita selain didahului oleh pengalaman. Ini bertolak belakang dengan paham rasionalisme. Mereka menentang para penganut rasionalisme yang berdasarkan atas kepastian-kepastian yang bersifat apriori. Pelopor aliran ini adalah Thomas Hobes Jonh locke, dan David Hume. (Sumarto, 2017:22).

5.Filsafat Ilmu Kontemporer

Perkembangan Filsafat Ilmu di zaman ditandai dengan munculnya filosoffilosof yang memberikan warna baru terhadap perkembangan Filsafat Ilmu sampai sekarang.Muncul Karl Raymund Popper (1902-1959) yang kehadirannya menadai babak baru sekaligus merupakan masa transisi menuju suatu zaman yang kemudian di sebut zaman Filsafat Ilmu Pengetahuan Baru. 15Hal ini disebabkan Pertama, melalui teori falsifikasi-nya, Popper menjadi orang pertama yang mendobrak dan meruntuhkan dominasi aliran positivisme logis dari Lingkaran Wina. Kedua, melalui pendapatnya tentang berguru pada sejarah ilmu-ilmu, Popper mengintroduksikan suatu zaman filsafat ilmu yang baru yang dirintis oleh Thomas Samuel Kuhn. (Gusti Bagus Rai Utama,2013:18).

Yang dimaksud dengan zaman kontemporer adalah dalam kontek ini adalah era tahun-tahun terakhir yang kita jalani hingga saat sekarang. Hal yang membedakan pengamatan tentang ilmu pada zaman sekarang adalah bahwa zaman modern adalah era perkembangan ilmu yang berawal sejak sekitar abad ke-15, sedangkan kontemporer memfokuskan sorotannya pada berbagai perkembangan terakhir yang terjadi hingga saat sekarang. Yakni dengan berkembang pesatnya ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang. Yang disebabkan oleh semakin kritisnya umat manusia era sekarang yang di bantu oleh adanya alat-alat yang canggih.Pada periode ini berbagai kejadian dan peristiwa yang sebelumnya mungkin dianggap sesuatu yang mustahil, namun berkat kemajuan ilmu dan teknologi dapat berubah menjadi suatu kenyataan. Bagaimana pada waktu itu orang dibuat tercengang dan terkagum-kagum, ketika Neil Amstrong benarbenar menjadi manusia pertama yang berhasil menginjakkan kaki di Bulan. (Gusti Bagus Rai Utama,2013:18).

6.Filsafat ilmu Zaman Islam

Perkembangan filsafat Islam sebagai bagian tidak terpisahkan dari sejarah panjang khazanah pemikiran Islam sesungguhnya bukan sesuatu yang sederhana. Ketidaktelitian dalam mencermati, memilah dan memilih persoalan inilah yang sering menyebabkan kita tidak tepat untuk menilai dan mengambil tindakan. Adanya sikap yang anti-filsafat di sebagian kalangan umat Islam atau anggapan bahwa filsafat Islam hanyalah berasal dari Yunani, salah satu sebabnya adalah karena adanya kekurang telitian tersebut. Pemikiran-pemikiran filsafat Yunani yang masuk dalam pemikiran Islam, diakui banyak kalangan telah mendorong perkem-bangan filsafat Islam menjadi makin pesat. Meski demikian, menurut ditulis Oliver Leaman (l. 1950 M), seorang orientalis asal Universitas Kentucky, USA, adalah suatu kesalahan besar jika menganggap bahwa filsafat Islam bermula dari proses penerjemahan teks-teks Yunani tersebut, atau hanya nukilan dari filsafat Aristoteles (384-322 SM) seperti dituduhkan Ernest Renan (1823-1893 M), atau dari Neo-Platonisme seperti disampaikan Pierre Duhem (1861-1916 M). (Sri Wahyuningsih, 2021, 7(1) :2).

B. HAKIKAT FILSAFAT ILMU

Pada hakikatnya filsafat ialah induk dari semua ilmu, yang mana filsafat mengkaji suatu penalaran untuk memperoleh kebenaran. Filsafat juga merupakan sikap atau pandangan seseorang dalam sebuah bidang terapan untuk mencapai suatu tujuan. Filsafat beriringan dengan ilmu pengetahuan, yang mana semua ilmu pengetahuan tidak terlepas dari adanya filosofi, oleh karena itu filsafat ilmu juga disebut upaya pemisah antara filsafat dan ilmu. ( Suhardi, 2021 : 42).

Untuk mendapatkan pemahaman yang komperhensif dari ruas pengertian filsafat ilmu, perlu dilakukan pelacakan atas pengertian filsafat yang seutuhnya dan pengertian itmu itu sendiri. Dari dua pengertian yang ada, akan ditemukan prinsip-prinsip logis yang mengukuhkan keberadaan filsafat iimu dan kategori-kategori yang khas milik filsafat ilmu. Ilmu merupakan pengetahuan rasional dalam kajian tertentu dengan argumentasi yang sistimatis dan memenuhi semua ketentuan yang beriaku dalam metode ilmiah. ( Heris Hermawan, 2011 : 8).

1.Pengertian Filsafat

 Pengertian filsafat dalam sejarah perkembangan pemikiran kefilsafatan antara satu ahli filsafat dan ahli filsafat lainnya selalu berbeda serta hampir sama banyaknya dengan ahli filsafat itu sendiri. Pengertian filsafat dapat ditinjau dari dua segi yakni secara etimologi dan terminologi. Secara Etimologi Menurut Suedi, (2015 ; 15) Kata filsafat dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah Falsafali dan dalam bahasa Inggris dikenal istilah Philosophy serta dalam bahasa Yunani dengan istilah Philosophia. Kata Philosoplia terdiri atas kata plilein yang berarti cinta (love) dan sophia yang berarti kebijasanaan (wisdon’) schingya secara etimologis istilah filsafat berarti cinta kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti vang sedalam-dalamnya. Dengan demikian, seorang filsuf adalah pencinta atau pencari kebijaksanaan. Kata filsafat pertama kali digunakan olch Phytagoras (582-486 SM). Arti filsafat pada waktu itu, kemudian filsafat itu diperjelas seperti yang banyak dipakai sekarang ini dan juga digunakan olch Socrates (470-390 SM) dan filsuf lainnya. Filsafat secara terminologi Secara terminologi adalah arti yang dikandung olch istilah filsafat. Hal ini disebabkan batasan dari filsafat itu sendiri banyak maka sebagai gambaran diperkenalkan beberapa batasan sebagai berikut;

a.Plato, berpendapat bahwa filsafat adalah pengetahuan yang mencoba untuk mencapaj pengetahuan tentang kebenaran yang asli karena kebenaran itu mutlak di tangan Tuhan.( Suhardi, 2021 : 44).

b.Aristoles, berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, dan estetika.

c.Prof. Dr. Fuad Hasan, filsafat adalah suatu ikhtiar untuk berpikir radikal, artinya mulai dari radiksnya suatu gejala, dari akaranya suatu hal yang hendak dipermasalahkan.

d.Immanuel Kant, filsuf barat dengan gelar raksasa pemikir Eropa mengatakan filsafat adalah ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan.

e.Rene Descartes, mengatakan bahwa_filsafat adalah ilmu (pengetahuan) tentang hakikat bagaimana alam maujud yang sebenarnya. b. Pengetahuan atau Ilmu

f.Menurut C. Verhaak dan R. Haryono (1995 : 5) ialah; Berlangsung dalam dua bentuk dasar yang berbeda yang sulit ditentukan mana yang asli, paling berharga dan paling manusiawi . Model yang pertama ialah mengetahui hanya untuk sekedar tahu, Yang kedua, pengetahuan yang digunakan, seperti melindungi diri memperbaiki tempat tinggal, mempermudah pekerjan, dan lainlain.

g.Menurut Ahmad (2006 : 2) Pengetahuan (knowladge) adalah bagian yang esensial dari eksistensi manusia, karena pengetahuan merupakan buah dan aktivitas berpikir yang dilakukan manusia berpikir (nathigiyyah) merupakan diferensia (al-fashl) yang memisahkan manusia dari lainnya seperti hewan.

Pythagoras (572-497 SM) adalah filosof yang pertama kali menggunakan kata filsafat, dia mengemukakan bahwa manusia dapat dibagi ke dalam tiga tipe: mereka yang mencintai kesenangan, mereka yang mencintal kegiatan, dan mereka yang mencintai kebijaksanaan. Tujuan kebijaksanaan dalam pandangannya menyangkut kemajuan menuju keselamatan dalam hal keagamaan (Ali Mudhafar, filsafat ilmu). Shopio mengandung arti yang lebih luas daripada kebijaksanaan, yaitu: a). Kerajinan, b). Kebenaran pertama, c). Pengetahuan yang luas, d). Kebajikan intelektual, e). Pertimbangan yang sehat, f). Kecerdikan dalam memutuskan hal-hal praktis. Dengan demikian asal mula kata filsafat itu sangat umum, yang intinya adalah mencari keutamaan mental (the pursuit of mental excellence).( Heris Hermawan, 2011 : 10).

The Liang Gie mendefinisikan filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia.

Filsafat ilmu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

a.Filsafat ilmu dalam arti luas: menampung permasalahan yang menyangkut hubungan ke luar dari kegiatan ilmiah, seperti: 1) implikasi ontologik-metafisik dari citra dunia yang bersifat ilmiah, 2) tata susila yang menjadi pegangan penyelenggara ilmu, 3) konsekuensi pragmatik-etik penyelenggara ilmu dan sebagainya.

b.Filsafat ilmu dalam arti sempit: menampung permasalahan yang bersangkutan dengan hubungan ke dalam yang terdapat di dalam ilmu, yaitu yang menyangkut sifat pengetahuan ilmiah, dan cara-cara mengusahakan serta mencapai pengetahuan ilmiah. (Beerling, 1988). ( Fuad Ihsan, 2010 : 13).

2.Struktur Ilmu

Philosophia berarti cinta pada kebijaksanaan atau cinta pada kebenaran. Maksudnya, setiap orang yang berfilsafat akan menjadi bijaksana. Orang yang cinta kepada pengetahuan disebut philosofer, dalam bahasa Arabnya farlasuf Pencinta pengetahuan ialah orang yang menjadikan pengetahuan sebagai tujuan hidupnya, atau dengan perkataan lain, mengabdikan dirinya pada pengetahuan. Segi praktis: dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat berarti “alam pikiran” atau “alam berpikir”. Berfilsafat artinya berpikir. Namun, tidak semua berpikir berarti berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Sebuah semboyan mengatakan bahwa “setiap manusia adalah filsuf”. Semboyan ini benar juga, sebab semua manusia berpikir. Akan tetapi, secara umum semboyan itu Tidak benar, sebab tidak semua manusia yang berpikir adalah filsuf. Filsuf hanyalah orang yang memikirkan hakikat segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam. Tegasnya: Filsafat adalah hasil akal seorang manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalamdalamnya. Dengan kata lain: Filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguhsungguh hakikat kebenaran segala sesuatu. Karena luasnya lingkungan pembahasan ilmu filsafat, maka tidak mustahil kalau banyak di antara para ahli filsafat memberikan definisinya secara berbeda-beda. ( Fuad Ihsan, 2010 : 9).

Bagian struktur-struktur ilmu menurut Jujun.Suriasumantri (2015: 5) menyebut bahwa tiaptiap ilmu pengetahuan memiliki 3 komponen yang merupakan tiang penyangga tubuh pengetahuan yang disusunnya. (Suhardi, 2021 : 47).Komponen tersebut yaitu; pertama Komponen Ontologi, membahas tentang apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin mengetahui ilmu tersebut. Kedua Komponen Epistemologi, membahas secara mendalam segenap proses yang terlihat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuan. Ketiga Komponen Axiologi, membahas tentang tujuan dari ilmu pengetahuan itu sendiri. Dengan dasar penyangga tersebut, ilmu pengetahuan membentuk sebuah kestrukturan dan ketersistematisan secara logis. Sehingga dapat dijadikan sebagai landasan ilmiah atas pengetahuan yang tersusun.

Menurut Ahmad Warson (19984 : 1036) Kata ilmu berasal dari bahasa Arab, “alima, ya’lamu, ilman dengan wazan fa’tla, yafulu yang berarti mengerti , memahami benar-benar. Adapun pengertian ilmu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah, “Pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara secara bersistematis menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang pengetahuan. Dapat disimpulkan bahwa Filsafat merupakan prinsip mencari Kebenaran, serta berfikir secara rasional dan logis, mendalam dan bebas, sehingga dapat dimanfaatkan untuk membantu menyelesaikan berbagai problematika Kehidupan manusia. Dan kedudukannya berada diatas ilmu-ilmu lainnya.( Heris Hermawan, 2011 : 14).

3.Objek Kajian Filsafat

Dalam Pandangan alam Islam (Islamic Worldview) yang membentuk epistimologi Islam, secara ontologis terdapat dua alam yang dikenal dan disebutkan dalam Al-Qur’an, yaitu alam metafisik (alam al-qayb) dan alam fisik atau yang tampak (alam al-sahadah). Alam metafisik atau alam absolut tersebut tidak dapat diketahui manuisa kecuali melalui wahyu karena hanya Allah SWT, yang mengetahui yang ghaib.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Al-An-aam’ ayat 57 dalam tafsir Ibn Katsir disebutkan bahwa kunci vang gaib hanya diketahui Allah SWT, Bahkan Rasulullah sendiri bersabda tidak mengetahui hal gaib tersebut kecuali apa yang dikabarkannya melalui wahyu. Kedua jenis alam tersebut menyebabkan ada dua jenis ilmu (knowladge) yang disebutkan dalam Al-Qur’an, yaitu ilmu tentang alam metafisik (alam qal-ghayb) dan ilmu tentang alam fisik (alam al-shadah) Alam metafisik atau alam absolut tersebut tidak dapat diketahui manusia kecuali wahyu karena Allah SWT.

Oleh karena itu, ‘ilm dan mia’rifah bukanlah jenis ilmu yang sama, ilm dapat berupa praktek dan / teori yang disebut dengan sains, sedangkan ma'rifah } Merupakan jenis ilmu yang _ dicapai melaluj pengalaman hati atau fakultas internal yang dibimbing oleh wahyu dalam mencapai kepuasaan (al-nafs al-mutma’inah). Kedua jenis alam tersebut menyebabkan ada dua jenis objek ilmu (knowladge). Yaitu ; ilmu tentang metafisik dan ilmu tentang alam fisik. Meskipun Al-Qur’an menyebutkan perbedaan antara alam metafisik dan fisik, namun keduanya tidak dapat dilepaskan satu dengan lainnya. Kerena tujuan untuk mempelajari alam fisik (viseble universe) adalah menunjukkan kepada ilmu tentang metafisik. Sedangkan alam fisik dapat dirasakan secara Jangsung melalui akal. Melalui penjelasan tersebut disimpulkan bahwa objek ilmu dalam islam tidak semata-mata berkaitan dengan objek fisik atau yang tampak pada indra manusia.Kebenaran ilmu atau hal-hal yang mengandung nilai ilmiah dalam islam tidak hanya mencakup fakta Empiris atau logika mata. Namun, juga kebenaran Objek ilmu yang bersifat gaib menurut epistemologi Islam. (Suhardi, 2021 : 48)

Lepas dari semua definisi yang pernah dinisbatkan pada kata filsafat, kajian filsafat meranah dalam tiga cabang utama; ontologis, epistemologis dan aksiologis. Tetapi berdasarkan medan penggunaannya, filsafat dapat diklasifikasi menjadi filsafat teoritis dan filsafat praksis. Secara teoritis, tujuan filsafat adalah membantu manusia menemukan Kebenaran (dengan K kapital yang berarti benar dalam tingkat tertinggi), sedangkan tujuan praksisnya adalah membantu manusia dalam menyesuaikan diri dengan kebenaran. (Heris Hermawan, 2011 : 25).

Filsafat ilmu sebagaimana halnya dengan bidang-bidang ilmu yang lain, juga memiliki objek material dan objek formal tersendiri.

a.Objek Material Filsafat Ilmu Objek material adalah objek yang dijadikan sasaran penyelidikan oleh suatu ilmu atau objek yang dipelajari oleh suatu ilmu itu. Objek material filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara umum.

b.Objek Formal Filsafat Ilmu : Objek formal adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek materialnya. Setiap ilmu pasti berbeda dalam objek formalnya. Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu pengetahuan, artinya filsafat ilmu lebih menaruh. ( Fuad Ihsan, 2010 :15).

PENUTUP

A. Kesimpulan

Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan yang mencari kebenaran melalui akal sampai kepada hakikatnya, berusaha menelaah ilmu_ secara filosofis dari sudut pandang ontologis, epistimologis maupun aksiologis. Adapun Objek kajian ilmu filsafat menurut islam yaitu ilmu tentang metafisik dan ilmu tentang alam fisik. Bahwa objek ilmu dalam islam tidak hanya mencakup fakta empiris atau logika mata. Dan dalam filsafat juga terdapat objek kajian yaitu objek kajian formal, yang berwujud fisik Dan objek formal dari mana hal atau bahan itu dipandang. Sejarah perkembangan filsafat ilmu dibagi menjadi beberapa babak yaitu: Filsafat Ilmu Zaman Kuno, Filsafat Ilmu Era Renaisance, Filsafat Ilmu Era Positivisme, Perkembangan Filsafat Zaman Modern, dan Filsafat Ilmu Kontemporer.

Pada hakikatnya filsafat ialah induk dari semua ilmu, yang mana filsafat mengkaji suatu penalaran untuk memperoleh kebenaran. Filsafat juga merupakan sikap atau pandangan seseorang dalam sebuah bidang terapan untuk mencapai suatu tujuan.

B. Saran

Penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan yang penulis miliki, baik dari tulisan maupun bahasan yang penulis sampaikan, oleh karena itu mohon di berikan sarannya agar penulis bisa membuat makalah lebih baik lagi, dan semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua, dan menjadi wawasan kita dalam memahami sejarah perkembangan dan hakikat filsafat ilmu.

PROFIL PENULIS

Penulis dilahirkan di kampung 50, tanggal 16 Januari 2004 sebagai anak ke-2 dari 2 bersaudara dari pasangan bapak Khomari dan ibu Rita Wati. Saat ini penulis bertempat tinggal di jln. Akasia, Kota Kisaran Barat Kecamatan Mekar Baru, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara, Indonesia. Penulis merupakan mahasiswi pendidikan strata 1 di Institut Agama Islam Daar Al Ulum Kisaran, semester 1 dengan pilihan prodi Manajemen Pendidikan Islam tahun ajaran 2022/2023.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun