Mohon tunggu...
Siti Khodijah
Siti Khodijah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

Tidak ada suatu proses tanpa ada usaha dan strategi.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sejarah dan Hakikat Perkembangan Filsafat Ilmu dari Zaman Yunani Kuno hingga Kontemporer

8 Januari 2023   14:30 Diperbarui: 8 Januari 2023   14:31 2008
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Philosophia berarti cinta pada kebijaksanaan atau cinta pada kebenaran. Maksudnya, setiap orang yang berfilsafat akan menjadi bijaksana. Orang yang cinta kepada pengetahuan disebut philosofer, dalam bahasa Arabnya farlasuf Pencinta pengetahuan ialah orang yang menjadikan pengetahuan sebagai tujuan hidupnya, atau dengan perkataan lain, mengabdikan dirinya pada pengetahuan. Segi praktis: dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat berarti “alam pikiran” atau “alam berpikir”. Berfilsafat artinya berpikir. Namun, tidak semua berpikir berarti berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Sebuah semboyan mengatakan bahwa “setiap manusia adalah filsuf”. Semboyan ini benar juga, sebab semua manusia berpikir. Akan tetapi, secara umum semboyan itu Tidak benar, sebab tidak semua manusia yang berpikir adalah filsuf. Filsuf hanyalah orang yang memikirkan hakikat segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam. Tegasnya: Filsafat adalah hasil akal seorang manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalamdalamnya. Dengan kata lain: Filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguhsungguh hakikat kebenaran segala sesuatu. Karena luasnya lingkungan pembahasan ilmu filsafat, maka tidak mustahil kalau banyak di antara para ahli filsafat memberikan definisinya secara berbeda-beda. ( Fuad Ihsan, 2010 : 9).

Bagian struktur-struktur ilmu menurut Jujun.Suriasumantri (2015: 5) menyebut bahwa tiaptiap ilmu pengetahuan memiliki 3 komponen yang merupakan tiang penyangga tubuh pengetahuan yang disusunnya. (Suhardi, 2021 : 47).Komponen tersebut yaitu; pertama Komponen Ontologi, membahas tentang apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin mengetahui ilmu tersebut. Kedua Komponen Epistemologi, membahas secara mendalam segenap proses yang terlihat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuan. Ketiga Komponen Axiologi, membahas tentang tujuan dari ilmu pengetahuan itu sendiri. Dengan dasar penyangga tersebut, ilmu pengetahuan membentuk sebuah kestrukturan dan ketersistematisan secara logis. Sehingga dapat dijadikan sebagai landasan ilmiah atas pengetahuan yang tersusun.

Menurut Ahmad Warson (19984 : 1036) Kata ilmu berasal dari bahasa Arab, “alima, ya’lamu, ilman dengan wazan fa’tla, yafulu yang berarti mengerti , memahami benar-benar. Adapun pengertian ilmu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah, “Pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara secara bersistematis menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang pengetahuan. Dapat disimpulkan bahwa Filsafat merupakan prinsip mencari Kebenaran, serta berfikir secara rasional dan logis, mendalam dan bebas, sehingga dapat dimanfaatkan untuk membantu menyelesaikan berbagai problematika Kehidupan manusia. Dan kedudukannya berada diatas ilmu-ilmu lainnya.( Heris Hermawan, 2011 : 14).

3.Objek Kajian Filsafat

Dalam Pandangan alam Islam (Islamic Worldview) yang membentuk epistimologi Islam, secara ontologis terdapat dua alam yang dikenal dan disebutkan dalam Al-Qur’an, yaitu alam metafisik (alam al-qayb) dan alam fisik atau yang tampak (alam al-sahadah). Alam metafisik atau alam absolut tersebut tidak dapat diketahui manuisa kecuali melalui wahyu karena hanya Allah SWT, yang mengetahui yang ghaib.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Al-An-aam’ ayat 57 dalam tafsir Ibn Katsir disebutkan bahwa kunci vang gaib hanya diketahui Allah SWT, Bahkan Rasulullah sendiri bersabda tidak mengetahui hal gaib tersebut kecuali apa yang dikabarkannya melalui wahyu. Kedua jenis alam tersebut menyebabkan ada dua jenis ilmu (knowladge) yang disebutkan dalam Al-Qur’an, yaitu ilmu tentang alam metafisik (alam qal-ghayb) dan ilmu tentang alam fisik (alam al-shadah) Alam metafisik atau alam absolut tersebut tidak dapat diketahui manusia kecuali wahyu karena Allah SWT.

Oleh karena itu, ‘ilm dan mia’rifah bukanlah jenis ilmu yang sama, ilm dapat berupa praktek dan / teori yang disebut dengan sains, sedangkan ma'rifah } Merupakan jenis ilmu yang _ dicapai melaluj pengalaman hati atau fakultas internal yang dibimbing oleh wahyu dalam mencapai kepuasaan (al-nafs al-mutma’inah). Kedua jenis alam tersebut menyebabkan ada dua jenis objek ilmu (knowladge). Yaitu ; ilmu tentang metafisik dan ilmu tentang alam fisik. Meskipun Al-Qur’an menyebutkan perbedaan antara alam metafisik dan fisik, namun keduanya tidak dapat dilepaskan satu dengan lainnya. Kerena tujuan untuk mempelajari alam fisik (viseble universe) adalah menunjukkan kepada ilmu tentang metafisik. Sedangkan alam fisik dapat dirasakan secara Jangsung melalui akal. Melalui penjelasan tersebut disimpulkan bahwa objek ilmu dalam islam tidak semata-mata berkaitan dengan objek fisik atau yang tampak pada indra manusia.Kebenaran ilmu atau hal-hal yang mengandung nilai ilmiah dalam islam tidak hanya mencakup fakta Empiris atau logika mata. Namun, juga kebenaran Objek ilmu yang bersifat gaib menurut epistemologi Islam. (Suhardi, 2021 : 48)

Lepas dari semua definisi yang pernah dinisbatkan pada kata filsafat, kajian filsafat meranah dalam tiga cabang utama; ontologis, epistemologis dan aksiologis. Tetapi berdasarkan medan penggunaannya, filsafat dapat diklasifikasi menjadi filsafat teoritis dan filsafat praksis. Secara teoritis, tujuan filsafat adalah membantu manusia menemukan Kebenaran (dengan K kapital yang berarti benar dalam tingkat tertinggi), sedangkan tujuan praksisnya adalah membantu manusia dalam menyesuaikan diri dengan kebenaran. (Heris Hermawan, 2011 : 25).

Filsafat ilmu sebagaimana halnya dengan bidang-bidang ilmu yang lain, juga memiliki objek material dan objek formal tersendiri.

a.Objek Material Filsafat Ilmu Objek material adalah objek yang dijadikan sasaran penyelidikan oleh suatu ilmu atau objek yang dipelajari oleh suatu ilmu itu. Objek material filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara umum.

b.Objek Formal Filsafat Ilmu : Objek formal adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek materialnya. Setiap ilmu pasti berbeda dalam objek formalnya. Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu pengetahuan, artinya filsafat ilmu lebih menaruh. ( Fuad Ihsan, 2010 :15).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun