Mohon tunggu...
Siti Hamida
Siti Hamida Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar

Halo! Nama saya Siti Hamida Imi, seorang pelajar SMA di kelas XII di SMA Plus Al-Fatimah. Saya sangat menyukai dunia menulis dan seringkali menuangkan ide-ide saya dalam bentuk artikel dan cerita pendek di blog ini. Melalui blog ini, saya berharap dapat berbagi pemikiran dan pengalaman saya tentang berbagai topik, mulai dari buku yang saya baca hingga isu-isu sosial terkini. Terima kasih sudah berkunjung, dan semoga tulisan-tulisan saya bisa menginspirasi kalian!!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perjuangan Meraih Mimpi Besar

17 September 2024   06:32 Diperbarui: 17 September 2024   06:34 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah berbicara seperti itu, ibu nya sudah tidak sadarkan diri,  Aulia sudah tidak berbicara dengan ibu nya, dia hanya bisa berdoa, dan dia berharap tidak akan terjadi kejadian 1 tahun yang lalu yaitu ayahnya meninggal. Aulia selalu melihat kondisi ibu nya, di sepertiga malam Aulia sholat tahajjud di sebelah ibu nya yang masih tak sadarkan diri. Dia tidak lupa mendoakan ibu nya, semoga ibu nya bisa sehat kembali. Setelah sholat tahajjud, dilanjut sholat subuh, ibu nya masih terlihat pucat dengan suara monitor berbunyi normal. Aulia tidak nafsu makan melihat kondisi ibu nya yang masih tidak stabil.

Dokter memeriksa kondisi ibu nya, namun kondisi ibu nya semakin menurun. Ibunya sempat sadar dan mengajak Aulia untuk sholat maghrib berjamaah. Disaat itu Aulia sangat lega ibu nya bisa mengajak sholat berjamaah. Tetapi setelah melaksanakan sholat maghrib tiba-tiba ibu nya menggigil, tubuhnya kembali normal namun tidak sadarkan diri. Aulia melaksanakan sholat isya sendiri sembari berdoa dan berharap ibu nya bisa sehat kembali.

Namun ketika Aulia membacakan Al-Qur'an untuk ibunya. Tiba-tiba monitor yang awalnya berbunyi normal, lalu berbunyi tittt....Aulia terkejut lalu mendekati ibunya menuntun syahadat di ikuti oleh ibu nya hingga nafas terakhir dan ibu nya sudah tertidur untuk selamanya, wajahnya pucat membiru, Aulia tidak sadar bahwa ibu nya sudah tiada. Aulia memeluk ibunya, melihat wajah ibu nya,  Aulia hanya sendiri.

Tepat pukul 21.00 ibunya sudah tiada. Aulia sudah tidak bisa berkata-kata lagi, diri nya hancur, sehancur hancurnya, bidadari yang sangat berjasa, ternyata merindukan pangeran yang berada di surga. Aulia menangis dia hanya termenung, melihat ibu nya di lepas alat-alat yang membuat tubuh ibu nya sakit. Dan sekarang ibunya sudah bahagia dan akan  bertemu sang pangeran yang di rindukan nya.

Setelah pemakaman ibunya Aurel baru datang dan memeluk Aulia. Aurel tidak pernah menangis, ketika ayahnya tiada aurel hanya diam. Aurel menangis ketika semua orang pulang, aurel berlari ke kamar tempat dia tidur dengan ibu nya, tanpa sepengetahuan Aulia, Aurel menangis di pojok kamar. Aulia mengetahui sifat Aurel yang tidak mau menunjukkan sedih nya ke siapapun. Aulia menghampiri Aurel, tatapannya kosong. Seorang anak berumur 7 tahun sudah tidak mendapat kasih sayang dari ayah dan ibu nya. Dia hanya berjuang bersama kakak satu-satu nya.

Disinilah mimpi Aulia dimulai, Aulia tidak boleh sedih berlarut-larut.  Aulia akan meununjukkan ke ayah dan ibu nya yang ada di surga, bahwa dia bisa berjuang dan Aulia akan membimbing Aurel hingga Aurel bisa meraih mimpinya. Aurel di titipkan bersama kakek dan neneknya. Aulia kembali ke pondok bersama om nya. Dia melanjutkan untuk mengurus data-data kuliah, aulia mendapat beasiswa penuh di universitas yang ia inginkan dengan jurusan fakultas kedokteran.

Saat hari wisuda datang, menjadi wisuda paling mengharukan. Seorang remaja yang sudah di tinggal oleh kedua orang tua nya untuk selamanya dan harus mengurus adiknya. Aulia mendatangi wisuda bersama om nya, membawa dua foto ayah dan ibu nya. Seluruh siswa lainnya menangis melihat hal tersebut. Dan aulia mendapatkan penghargaan wisudawan terbaik, karena dia bisa membawa nama sekolahnya, menjadi sekolah terkenal.

Setelah lulus SMA, aulia berangkat kuliah di antar oleh om nya. Semua biaya kost bahkan uang saku di tanggung oleh pemerintah. Karena uang saku yang sangat banyak, jadi aulia menabung lalu di transfer untuk adiknya di rumah. Aulia sering di undang untuk menjadi narasumber dan aulia sering mendapat penghargaan dan lulus lebih cepat karena prestasinya. Setelah kuliah S1 kedokteran, aulia melanjutkan untuk sekolah dokter spesialis penyakit dalam dan dia mendapat IPK sempurna, di hari wisuda nya dia tidak memberitahu siapapun, padahal dia mendapat kesempatan sambutan karena lulusan terbaik. Aulia mendapat beasiswa untuk sekolah dokter di luar negeri selama 2 tahun. 

            Seringkali aurel videocall aulia karena aurel sangat merindukannya, aulia tidak bertemu aurel kurang lebih 7 tahun, hanya pulang ketika hari raya. Aurel tumbuh besar dengan uang tabungan aulia dan uang peninggalan ayah dan ibunya. Aurel pun berprestasi, setelah lulus SMP mendapat beasiswa SMA favorit yang hanya sekolah 2 tahun. Aulia menyempatkan datang di wisuda adiknya dan menjadi lulusan terbaik. Setelah SMA aurel kuliah, mereka jarang sekali bertemu, mungkin aulia menjenguk aurel di kost dan itu hanya bertemu sebentar  karena aulia pasti ada jadwal panggilan untuk operasi.

            Ketika aurel kuliah, aulia diam-diam membangun rumah sakit yang akan dinamakan "Perrmata Aulia". Itu adalah mimpi besar aulia yang akan ditunjukkan kepada ayah dan ibunya.

Rumah sakit tersebut mendapat banyak dukungan dari pemerintah, sehingga Pembangunan lebih cepat selesai. Aulia tidak memberitau aurel, aulia berencana menjadikan aurel kepada rumah sakit dan yang akan mengurus semua tentang farmasi, karena aurel adalah lulusan S3 Farmasi. Karena aurel juga mendapat nilai IPK tertinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun