Singkatnya, pelaku usaha mendapatkan insight dalam menjalankan usahanya. Tetapi pelaku usaha pun berhati-hati terhadap review, karena bisa memberi dampak positif sekaligus negatif terhadap usahanya.
Dari review, Pengusaha bisa memajukan dan mengembangkan usahanya. Mengatur harga. Diversifikasi dan spesifikasi produk. Dan lain-sebagainya. Di mata pengusaha, meminta pendapat dalam apapun bentuknya, menjadi langkah wajib yang harus ditempuh, karena banyak benefit yang bisa didapatkan.
Terlebih, review mulai melibatkan video atau multimedia lain dan kian menarik. Banyaknya orang memberi review barang dan jasa secara sukarela tanpa pengusaha minta, menunjukkan tren review masih dicari calon pembeli dan pengguna. Mereka ini butuh kemantapan diri untuk mengeluarkan uangnya dan waktu terhadap barang dan jasa tersebut. Sehingga review pun menjadi salah satu rujukan sebelum mereka memutuskan.
Review yang berisi ulasan negatif saja, akan berdampak buruk pada usaha. Yang sudah beli bisa tidak kembali membeli. Yang belum membeli tambah tidak mau beli. Yang baru mau beli, jadi urung membeli. Kesempatan reviewer untuk dapat bekerjasama dengan pengusaha lain-yang bertebaran tim mata-matanya di internet-bisa tertutup, misalnya karena pemilihan bahasa yang tidak tepat, bukannya memberi ulasan seimbang malah terkesan menjatuhkan.
Kalau isi ulasannya positif saja, pengusaha melihat itu sebagai ulasan yang tak cukup informatif, sebab tak ada masukan sebagai perbaikan yang bisa dikembangkan bagi usahanya. Reviewer dirasa kurang kreatif karena tak bisa memunculkan sesuatu untuk di kritik. Bagi pembaca atau penonton review, ulasan seperti itu bersifat melebih-lebihkan, pura-pura, mengada-ada karena dibayar-walaupun misalnya review itu bukan pelaku usaha yang meminta-bahkan, bisa disangka 'lagi sibuk ngode' pengusaha agar dikirim barang gratis atau di-endorse.
Makanya ulasan dengan tulisan Honest Review, atau bila sosok reviewer itu dikenal jujur, blak-blakan, lebih dicari dan dipercaya daripada yang ada tulisan jelas-jelas Sponsored Content.
Jika pelaku usaha merasa tetap tidak ada yang memberi review sesuai dengan yang mereka ingin dan butuhkan, mereka bisa menghubungi beberapa orang yang sudah di analisa dulu, untuk memberi review produk mereka. Itu juga kenapa sering ada di deskripsi review tulisan maupun video review "barang ini dikirim dari brand A, tetapi pendapatku tetap honest review". Semata, untuk menjaga kepercayaan informasi.
Pemberitaan yang berimbang dan penggunaan bahasa, adalah kunci.
Sebuah review seharusnya memiliki informasi positif dan negatif. Komposisi persen yang berimbang disini, bukan 50:50. Tapi 85 positif, 15 negatif.
Contoh: review popok bayi. Semuanya bagus, kurangnya cuma satu-tapi krusial: popok sekali pakai bukan sampah yang mudah diurai. Jeng jeng! Strateginya, sebut kekurangannya diawal baru hujani dengan hal positif. "meskipun popok sekali pakai kurang bisa diurai tapi aku tetap pakai karena memberi waktu lebih untuk bermain bersama anak, bla bla bla"
Contoh lain: Review skincare. Klaim, bahan, kemasan, efek bagus semua, nyaris ga ada kurangnya, dicari-cari pun ga ada. Reviewer bisa menulis  "yang aku kurang suka sih, stoknya cepet habis, jadi susah mau dapetnya". Nah bisa masuk tuh kemudian rekomendasi toko segala, kode referral, undangan, semua masuk disana. Hahahaha.