Mohon tunggu...
Siti Fatimah
Siti Fatimah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Menulis membaca dan menonton

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Nyanyian Langit yang Tak Berkesudahan

10 Desember 2024   23:24 Diperbarui: 11 Desember 2024   16:36 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hujan menderu di langit yang kelabu,  

Menitip rindu pada tanah yang kelu.  

Dingin menusuk di sela angin basah,  

Membawa cerita tentang hati yang lelah.  

Awan menangis tanpa jeda waktu,  

Menyelimuti bumi dalam kabut pilu.  

Rintik yang jatuh seperti rahasia,  

Menyimpan harap dalam sunyi yang hampa.  

Jendela berkaca oleh embun yang sendu,  

Menatap hujan seperti cermin rindu.  

Ada gema di balik gemericik air,  

Seakan memanggil jiwa untuk berkhayal lirih.  

Namun hujan tak juga menemukan akhir,  

Menyatu dalam malam yang kian mungkir.  

Apakah ini tangis alam yang abadi,  

Atau hanya pengingat bahwa luka pun suci?  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun