Mohon tunggu...
Siti Andriana
Siti Andriana Mohon Tunggu... Guru - Guru / Enterpreneur / Penulis

Dunia Sementara, Akhirat Selamanya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Guruku Idolaku

10 Juni 2024   14:15 Diperbarui: 10 Juni 2024   14:25 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku juga pernah membantu beberapa temanku kirim-kiriman surat pada anak laki-laki di sekolah. Ya Allah, sebagai Buk pos juga aku pernah merasakannya. Betapa bandelnya aku saat itu. Sesuai peraturan sekolah dan pondok, besar kecilnya sebuah masalah memiliki poin dan sanksi masing-masing. Aku salah satu siswi yang sering kena sanksi. Miris, ya?

Bu Gemi adalah sosok guru idolaku. Setiap pagi hari, ketika kami sedang berbaris setoran mufrodat di depan kelas. Ia masuk ke pekarangan sekolah dengan sepeda ontel kesayangannya. Pada saat itu, aku berpikir karena beliau tidak pandai mengendarai sepeda motor. Ternyata, beliau memang tidak memiliki sepeda motor.

Meski ada beberapa temanku ada yang mencibir ini dan itu tentang beliau yang jadul. Aku selalu mengabaikan hal itu. Bagiku, ia sangat cerdas dalam menggunakan diksi berbahasa inggris. Ia juga sangat manis, puitis, berpenampilan sederhana, santun, ramah dan penyabar.

Aku adalah salah satu murid yang paling suka duduk di bangku belakang zaman SMP. Karena takut diminta maju duluan. Ternyata aku salah, teman-teman yang sering duduk di bangku depan malah lebih pintar dari yang di belakang. Bu Gemi satu-satunya guru yang pertama kali memindahkan tempat dudukku. Alhamdulillah, sejak saat itu sampai sekarang. Aku suka duduk di bangku depan.

Suatu hari sahabatku memberitahu, kalau bu Gemi sedang sakit. Namanya anak-anak ya, niat banget saat itu mau jenguk berdua aja naik motor (padahal baru bisa naik motor). Meskipun demikian, aku memberanikan diri meminta izin kepada salah satu ustad tempat perizinan anak asrama. Pulang dengan hati kecut dan kesal karena tidak mendapatkan izin menjenguk. Aku kembali melampiaskan rasa kesal ini pada buku harianku. Yah, memang aku hobi curhat ke buku dari pada teman.

Hari-hari berlalu tanpa bu Gemi masuk di jam bahasa inggris, apa mau dikata, digantikan dengan guru bidang studi bahasa inggris lain. Satu bulan setelah aku berusaha meminta izin menjenguk bu Gemi sakit. Akhirnya, di hari sabtu kami seluruh siswa dan siswi beserta majelis guru menjenguk bu Gemi. Senangnya hatiku, saat itu.

Kami berangkat bersama dengan jarak kurang lebih 10 kilometer dari sekolah. Kami mengendarai truk besar yang bisa menampung banyak siswa, masuk gang dan menyusuri persawahan. Di sana ada sebuah pondok panggung di area persawahan.

Aku diam. Hatiku mulai lirih dan tersenyum pahit. Aku menyiapkan mental untuk bertemu guru idolaku. Kami masuk ke rumah panggung, ada bu Gemi yang terbaring didampingi anak laki-lakinya berumur 4 tahunan di sana.

Tiba-tiba ustazah di sampingku mulai membantu bu Gemi yang hendak duduk. Ku dengar lambat, Ia kembali tersenyum melihat wajah anak didik yang mengerumuninya.

"Bu, masih ingat gak ini siapa?" Tanya ustazah wali kelas menunjukku. Mencairkan suasana siang hari itu.

" Andddreeee." Jawabnya panggilan khas nya ke aku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun