Mohon tunggu...
Siti Andriana
Siti Andriana Mohon Tunggu... Guru - Guru / Enterpreneur / Penulis

Dunia Sementara, Akhirat Selamanya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku, Yatim Piatu

20 Mei 2024   14:00 Diperbarui: 20 Mei 2024   18:20 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Semua serasa mimpi dan tak percaya ini semua. Aku berlari mewncari dokter pukul 03.15 Wib pagi.

Setelah dokter masuk ruangan, aku masih tergopoh-gopoh panic tak menentu.

"Innalillahi Wainna Ilaihi Rojiuun, Bapak Sastro sudah tiada. Semoga adik dan keluaga lebih sabar dan ikhlas."Dokter Vena mengelus pundakku.

Aku terduduk lesu di pinggir ranjang Ayah. Mengapa terlalu cepat Ayah pergi? Mengapa Ayah biarkan aku sendiri ? pertanyaan berkecamuk di benakku.

"Allah ... kuatkan dan ikhlaskan aku. Innalillahi wainnailaihi rojiuun Ayah ..."Tangisku menelusuri lorong rumah sakit hendak ke meja administrasi.

Pagi itu tepat pukul 08.15 Wib proses penguburan jenazah Ayah telah usai. Aku pulang ke rumah dengan jalan kaki, beberapa tetangga dan warga menyampaikan belasungkawa dan turut prihatin padaku. Teman-teman sekolahku juga beberapa ada yang dapat ikut berduka di pemakaman tadi.

Sesampainya di rumah, aku berusaha mengingat pesan Ayah sebelum pulang padanyA. Kutuliskan dalam diary dan aku ingin mewujudkan mimpi dan harapan Ayah.

Waktu berjalan sangat cepat, 6 tahun telah berlalu. Sekarang aku baru saja menyelesaikan tesis S2 ku. Alhamdulillah enam tahun ini aku berusaha keras menyelesaikan studiku daan sudah bisa membuka butik. Ini semua tidak terlepas dukungan sahabat terbaik Ayah, Pak Maman Haryanto. Seorang pebisnis ulung dibidang property.

Alhamdulillah aku diterima bekerja di salah satu perguruan tinggi di kota Pekanbaru.Alhamdulillahnya lagi Pak Maman dan istrinya support system di belakang layar keberhasilan usahaku membuka butik.

"Ayah.. Ibu. Kini aku sudah menyandang yatim piatu sejak enam tahun telah berlalu hingga saat ini. Aku masih ingin membahagiakanmu di syurga kelak. Ayah dan Ibu jangan khawatir, Syuhada sudah hijrah menutup aurat dan masih rajin mengikuti kajian sampai saat ini. Sungguh, Syuhada mencintai Ayah dan Ibu karena Allah."Tangisku pecah saat memeluk istri Pak Maman yaitu Bu Mira Handayani ketika wisuda pasca sarjanaku di Yogyakarta.

Kenangku tak henti ingin terus melihat kebaikan-kebaikan Ayah dan Ibu. Ratap tangis yatim piatu ini terus Allah dengarkan doa dan usahanya.Proses yang dimulai dengan niat yang baik akan memberikan hasil yang lebih baik pula.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun