Mohon tunggu...
Siti Andriana
Siti Andriana Mohon Tunggu... Guru - Guru / Enterpreneur / Penulis

Dunia Sementara, Akhirat Selamanya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku, Yatim Piatu

20 Mei 2024   14:00 Diperbarui: 20 Mei 2024   18:20 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"ya Allah, selamatkan... Ayah."Doaku tak henti dalam hati.

"Jika Ayah pergi, pada siapa segala cerita dan gemuruh tak menentu ini akan kukuakkan, aku tidak memiliki siapa-siapa lagi. Ah, Ayah ... Engkau pasti sudah lelah ya. Istirahatlah, Ayah."Batinku terus berbicara lirih.

Malam ini terasa begitu dingin sekali, Aku terbangun pukul 02.10 WIB dan kulihat Ayah mengedipkan mata dan tangan ringkihnya meraih kepalaku.

"Ayah... Alhamdulillah Ayah sudah sadar.Aku panggil Dokter ya.."Senyumku mulai mengembang seketika.

"Jangan Nak, Ayah ingin istirahat ditemani Syuhada. Pelita Ayah dalam hidup. Syuhada yang kelak memberi syurga untuyk Ayah dan Ibu. Syuhada sudah besar dan dewasa. Jangan lagi menangis dan takut jika mati lampu ya. Jangan lupa sarapan setiap pagi. Jangan lagi makan selalu diingatkan. Ingat pesan Ayah pada Syuhada. Celengannya dipecah ketika Syuhada masuk kuliah. Syuhada harus bisa mengambil peluang beasiswa di kampus impian Syuhada. Syuhada ingatkan, saat kita bermain ayunan dulu di teras rumah. Lagu kebahagiaan kita, Lagu tentang betapa Ayah sangat menyayangi Syuhada. Harapan Ayah begitu besar untuk melihat Syuhada sukses. Suatu saat Syuhada akan menjadi dosen dan bisa membuka usaha butik. Syuhada...."Ucapan Ayah ngelantur dan lembut sekali terdengar di telingaku.

"Ayah...Ayah bicara apa ? Ayah baik-baik aja kan ? Syuhada panggilkan dokter ya." Kataku lagi

Kembali tangan Ayah meraihku.

"Jangan Syu....."Kudengar suaranya lebih lirih dan ringkih.

Tiba-tiba Ayah berkata.

"Syuhada, Ayah pulang ya. Syuhada jaga diri baik-baik. Jaga nama baik keluarga dan nama baik Syuhada...."terputus dan seketika aku reflek menuntun ayah berucap.

"Laaaa illa hailla allah, Muhammad darosululloh ... "Suara Ayah terakhir terdengar pelan dan menghilang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun