Suatu hari kami ada rapat agenda bulanan di pendopo kampus. Berbagai pembahasan sudah dishare dengan baik antara masing-masing bidang. Kami mulai berjalan pulang dengan hati yang lega, karena masalah -- masalah yang akan diagendakan tuntas.
"Mbak Fajriya, bagaimana kabarnya ?"sapanya ketika aku mulai berjalan pulang.
"Alhamdulillah, Farhan sehat ? tanyaku pula padanya.
"Alhamdulillah sehat Mbak Faj." Jawabnya
"Apa cerita Mbak, sudah lama tak ngobrol-ngobrol. Gimana kuliah?"Tanya Farhan padaku.
"Alhmdulillah lancar, sedang sibuk-sibuk di HMJ dan Rohis paling Farhan. Soalnya kalau tugas sudah makanan sehari-hari di jurusan Mbak." Jawabku pula
Perbincangan kami terus berlanjut melalui sosial media atau sekedar chatt BBM. Tanpa kami sadari kami mulai saling memberi titik tujuan kedekatan kami.
Farhan dikenal sebagai sosok yang serius, bersosial yang tinggi, rajin, disiplin dan temperamen dalam bersikap. Salah satunya yang membuat aku sering cek-cok mulut dengan Farhan jika beradu dan selisih argumen. Terkadang tak jarang diantara kami bersikukuh keras untuk mempertahankan argumen dan ide kami masing-masing. Tak jarang aku sering cerewet dengan masalah-masalah yang dianggap spele oleh Farhan. Meskipun, permasalahan kami adalah permasalahan publik untuk organisasi. Tetap saja menjadi bumerang bagiku jika tidak peka ataupun dianggap kecil suatu masalah yang kami hadapi. Bahkan, teman-teman se-alumni kami sering mengingatkan jika permusuhan kecil diantara kami akan berujung jodoh.
"Ah masa bodo, Allah maha melihat laki-laki yang pantas untukku." Pikirku demikian.
"Terkadang sikap Farhan ada sombong-sombongnya, gak tau ini candaan atau beneran. Geramnya ..." gumamku setiap menggerutu pasal Farhan.
Waktu demi waktu berlalu, kepengurusan organisasi kamipun berakhir di tahun 2015. Generasi kepengurusanpun kami digantikan oleh adik-adik kami yang masih fresh-fresh sebagai mahasiswa muda. Wah, ternyata kami sudah tua juga ya.