Mohon tunggu...
Siti Alfiyah
Siti Alfiyah Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Mengukir Cinta, Menggapai Asa, Membangun Peradaban Dunia~ "After Life Is Our Future"

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Diamku Riuh...

28 Februari 2022   14:22 Diperbarui: 28 Februari 2022   14:43 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok.Pribadi : Mt. Bromo

Tiada kehendak memegahkan diri menawarkan hati saat kehampaan mendera

Titipan pesan tak terbalas, bak bertepuk sebelah tangan, walau diam itu tetaplah memiliki arti. Berharap ujaran sebait kata lebih berarti saat membendung sunyi

Kala itu tak lagi dijawab kata, maka hampa membelenggu raga. Diam seribu bahasa, penuh tanya, sementara untaian sajak-sajaknya mengajak hasrat ucapkan salam dari nun jauh disana

Sajaknya mewakili sukma yang terhempas gelombang di lautan kehidupan fana

Rangkaian kata-kata indah beralaskan kesetiaan, seolah tegar tapi rapuh

Dari sajaknya tersirat makna akan perihnya dan mengajak hasrat hati kenalkan diri berbait sajak dan prosa

Sajak-sajak itu telah usai seiring senja berlalu dan rembulan menggantikan mentari. Ketika cahaya menemani dengan penuh damai, terangi bumi, makluk hidup mengintip dibalik rembulan, suasana terhibur

Namun, saat cahayanya meredup yang ada hanyalah gelap dan sunyi, angin meniup, suara burung-burung malam mencekam sunyi. Tiba-tiba bayang wajah itu teringat, saat musim semi melintasi setiap sudut kota, menjajaki setiap jalan

Buana saat itu memeluk damai, nyaman dan mengiringi langkah

Gejolak jiwa teredam, hati berpadu asa, berceloteh dan waktu terlalu singkat. Kini si penulis sajak ditanya lalu menjawab sekedar, kemudian berlalu seiring waktu. Tiada kehendak mengusik kesetiannya hingga jawaban sajaknya, hanya menitip pesan sebait puisi, berkisah hidup, nasihat dan perjuangan

Diam adalah cara tanpa wicara, tinggal sajaknya mewakili pesan tak terbalas, menitipkannya pada setiap waktu di kal suka dan sunyi

Tiada niat menambah luka, pun tiada daya membalutnya, hanya untaian kata semoga tak merawat perihnya

Tiada manusia yang sempurna sekalipun mata dapat melihat benda dalam kegelapan tanpa cahaya, pikiran setajam pisau putih anti karatan, pengetahuan melampaui batas tapi isi hati manusia dan kedalamannya tak akan dapat diselami_

Jika diam adalah cara maka kata mengandung makna, izinkanlah diri kembali menyapa walau tiada bersalut kata

Biarlah Sang Kuasa yang mendengarnya

Begitulah kutuliskan, ngalur ngidul memang sajaknya tapi cukup melegakan. Diri ini memang belum piawai dalam menulis, hanya sedikit demi sedikit ku tirehkan semoga bermakna

Bukankah memang sudah seharusnya kita menjaga apa yang telah Allah beri? Tak membiarkannya kecelakaan rasa lebih dulu

Wahai wanita, dirimu begitu berharga

Alangkah disangkan jika rasamu dibiarkan begutu saja merajalela hingga hilang marwahmu sebagai seorang muslimah

Jaga sebaik-baiknya. Aku tau bahwa setiap kita pasti pernah merasakan suka bukan? Tapi Allah tak akan menilai seberapa besar rasa yang kita iliki. Melainkan bagaimana kita menjaganya, mengemasnya dalam bingkai taqwa hingga menjemoutnya dengan penuh lapis-lapis keberkhan

Coba kembali menelisik kisah sang ibunda.

Wanita mulia yang Allah jaga. 

Ibunda Maryam yang begitu menjaga kesuciannya, yang mampu menjaga diri dan sabarnya ditengah fitnah yang melanda. 

Semoga kita semua Allah masukkan kedalam barisan para pejuang dan menjadi bagian keluarga Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun