Tiada kehendak memegahkan diri menawarkan hati saat kehampaan mendera
Titipan pesan tak terbalas, bak bertepuk sebelah tangan, walau diam itu tetaplah memiliki arti. Berharap ujaran sebait kata lebih berarti saat membendung sunyi
Kala itu tak lagi dijawab kata, maka hampa membelenggu raga. Diam seribu bahasa, penuh tanya, sementara untaian sajak-sajaknya mengajak hasrat ucapkan salam dari nun jauh disana
Sajaknya mewakili sukma yang terhempas gelombang di lautan kehidupan fana
Rangkaian kata-kata indah beralaskan kesetiaan, seolah tegar tapi rapuh
Dari sajaknya tersirat makna akan perihnya dan mengajak hasrat hati kenalkan diri berbait sajak dan prosa
Sajak-sajak itu telah usai seiring senja berlalu dan rembulan menggantikan mentari. Ketika cahaya menemani dengan penuh damai, terangi bumi, makluk hidup mengintip dibalik rembulan, suasana terhibur
Namun, saat cahayanya meredup yang ada hanyalah gelap dan sunyi, angin meniup, suara burung-burung malam mencekam sunyi. Tiba-tiba bayang wajah itu teringat, saat musim semi melintasi setiap sudut kota, menjajaki setiap jalan
Buana saat itu memeluk damai, nyaman dan mengiringi langkah
Gejolak jiwa teredam, hati berpadu asa, berceloteh dan waktu terlalu singkat. Kini si penulis sajak ditanya lalu menjawab sekedar, kemudian berlalu seiring waktu. Tiada kehendak mengusik kesetiannya hingga jawaban sajaknya, hanya menitip pesan sebait puisi, berkisah hidup, nasihat dan perjuangan
Diam adalah cara tanpa wicara, tinggal sajaknya mewakili pesan tak terbalas, menitipkannya pada setiap waktu di kal suka dan sunyi
Tiada niat menambah luka, pun tiada daya membalutnya, hanya untaian kata semoga tak merawat perihnya
Tiada manusia yang sempurna sekalipun mata dapat melihat benda dalam kegelapan tanpa cahaya, pikiran setajam pisau putih anti karatan, pengetahuan melampaui batas tapi isi hati manusia dan kedalamannya tak akan dapat diselami_
Jika diam adalah cara maka kata mengandung makna, izinkanlah diri kembali menyapa walau tiada bersalut kata
Biarlah Sang Kuasa yang mendengarnya
Begitulah kutuliskan, ngalur ngidul memang sajaknya tapi cukup melegakan. Diri ini memang belum piawai dalam menulis, hanya sedikit demi sedikit ku tirehkan semoga bermakna
Bukankah memang sudah seharusnya kita menjaga apa yang telah Allah beri? Tak membiarkannya kecelakaan rasa lebih dulu
Wahai wanita, dirimu begitu berharga
Alangkah disangkan jika rasamu dibiarkan begutu saja merajalela hingga hilang marwahmu sebagai seorang muslimah
Jaga sebaik-baiknya. Aku tau bahwa setiap kita pasti pernah merasakan suka bukan? Tapi Allah tak akan menilai seberapa besar rasa yang kita iliki. Melainkan bagaimana kita menjaganya, mengemasnya dalam bingkai taqwa hingga menjemoutnya dengan penuh lapis-lapis keberkhan
Coba kembali menelisik kisah sang ibunda.
Wanita mulia yang Allah jaga.Â
Ibunda Maryam yang begitu menjaga kesuciannya, yang mampu menjaga diri dan sabarnya ditengah fitnah yang melanda.Â
Semoga kita semua Allah masukkan kedalam barisan para pejuang dan menjadi bagian keluarga Allah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI