" ini dengan om mu yang di lampung, HTI yang kasi nomorku kemarin malam" ungkapnya
" oh ye, om. " ungkapku..
Pembicaraan pun berlangsung selama 06 menit 32 detik. Pembicaraan pun seperti mengintrogasi aku dengan banyak pertanyaannya tentang aku mengenai umur, pendidikan, dan yang agak aneh aja soalnya dia seperti penebak-nebak juga sih orangnya karena tahu kalau aku itu pintar, pendiam dan sifat-sifat lainnya.. jadi sya pun hanya bilang ya, ya, dan ya,, soalnya orangnya juga agak cepat bicara dan masih tidak biasa ngobrol sama orang lampung jadi masih bicaranya agak dipikir dulu... dan juga menanyakan kabar bapak, nenek dan tante juga..
Ketika pembicaraan masih berlanjut adekku yang kecil malah menangis mau diambilkan sarum dan om ku pun mendengar hal itu dan bertanya. " itu adek kamu yang kecil yang menangis...?"
"ye, om... itu luthfi adik yang paling kecil baru berumur 3 tahun"... ungkapku..
" ya,, udah tahu juga, HTI yang kasi tahu, n fotonya juga ada di hpnya HTI, tapi kalau fotomu tidak ada jadi belum tahu kamu bagaimana", ungkapnya...
Adikk pun masih menangis dan akupun berusha untuk membawaku ke mama yang berda di samping rumah nenek dan disitu juga nayak keluarga yang ada. Jadi ketika masih berbicara sama om para keluarga bertanya-tanya siapa yang menelpon karena baru mungkin melihatku menelpon dengan orang yang mereka tidak ketahui... jadi suaranya agak ribut juga dan pembicaraan udah mulai agak tidak nyambung. Â Maka pembicaraan pun terhenti disitu dengan ungkpan dari om untuk lain kali nelponnya...
Pada siangnya aku langsung sms aja sama kakak sepupuku alias HTI, Â dengan menanyakan kepadanya siapa pemilik no. Ini +6285............,
"assalamu alaikum, kak tahu yang punya nomor ini nggak, soalnya tadi nelpon n bilangnya kamu yang kasi no.ku?" ungkapku.
Berlangsung 3 menit aja, dia langsung nelpon.
"kringg..... (bunyi telpon)....."