***
Angin malam menembus kulit, Danai berjalan dengan santai di bawah gerimis malam. Di jalanan sepi, lelaki itu menghisap rokok dan mengembuskan ke udara hingga membentuk kepulan, lalu ia terkekeh kecil. Dari arah berlawanan, tiga orang preman menghampiri.Â
"Hei, minta duit lo!" Salah satu dari mereka menarik tangan Danai hingga rokoknya terjatuh di tanah.Â
Danai tak terima, ia mendorong pria itu. Hal itu membuat mereka marah dan langsung menyerang Danai habis-habisan. Danai tak bisa berkutik, tubuhnya lunglai di tanah. Namun, lelaki itu seolah tak merasakan sakit. Ia tertawa mengejek ketiga preman itu. "Dasar lemah, kalian cuma bisa melawan anak kecil, kan?"
"Lo rasain ini!" Preman yang berambut gondrong menusuk perut Danai.
Sementara di rumahnya, Karno sama sekali tak tenang karena Danai belum kunjung pulang. Pria itu mondar-mandir di depan rumah menunggu putranya datang.Â
"Danai, kamu di mana sekarang, Nak?" Kecemasan Karno kian menjadi ketika gerimis menyapa. Pria itu mengambil payung dari rumah dan bergegas mencari Danai.Â
Langkah kaki Karno lebar-lebar, ia berencana menuju sekolah atau ke rumah salah satu teman anaknya. Namun, kaki Karno mendadak berhenti ketika melihat seorang anak berseragam SMA dikeroyok oleh beberapa preman.
"Hei, apa yang kalian lakukan!?" Karno berlari ke arah mereka. Tubuhnya bergetar hebat ketika melihat anak lelaki yang babak belur dan tersungkur di tanah. Pria itu berteriak histeris. "Danai!"Â
Para preman itu satu persatu melarikan diri ketika Karno berteriak minta tolong. Pria itu memeluk erat tubuh anak lelakinya. "Danai. Nak ... kamu dengar suara ayah, kan?" Karno mengusap dan mencium kepala anaknya yang tak sadarkan diri.
Beberapa orang datang untuk membantu. Tubuh Danai diangkat ke mobil dan dilarikan ke rumah sakit.Â