"Kamu ... apakan Haikal?" tanyanya lirih.
"Hanya ingin bermain."
Keterlaluan! Bagaimana mungkin pria itu mengatakan hanya bermain, sedangkan Haikal sudah hampir mati. Wajah Disa panas menahan amarah. Saat akan melangkah tangannya ditahan. Disa menatap penuh kebencian.
"Pulanglah!"
Disa menghempaskan tangan itu dengan kuat, tetapi pria itu kembali menarik dan menggenggam erat dengan satu tangan. Sedangkan tangan satunya membuka kaca mata tebal dan rambut kusutnya. Wajah tampan dengan setuju pesona itu pastinya mampu menghipnotis para gadis. Namun, Disa yang masih dalam kungkungan tangannya itu malah meludah jijik.
"Pengecut! Tidak punya hati nurani! Iblis!" umpat Disa.
Tangannya perih, terasa seperti ada yang mengalir membuat gadis itu melirik. Cutter hijau itu berhasil menyayat lengannya. Susah payah Disa menahan, menaikkan pandangan. Cairan bening mengalir deras di pipi itu.
"Kenapa? Apa salahku?"
Dehaman lelaki itu seolah menandakan dia sedang berpikir. "Kamu tidak salah. Kekasihnya yang jelek itu yang memulai masalah. Lalu kamu datang. Aku menyukaimu saat pertama kali bertemu, tapi ... pisauku nakal ingin menjelajah wajahmu juga," ungkap pria itu dengan seringai.
"Namaku Dewalangit, penguasa kegelapan," tambahnya.
Disa terkekeh kecil. "Kamu pembunuh! Psikopat!" teriak Disa lantang.