"Dari mana kamu?" Wanita itu menatap Kaluna dengan tajam.
Kaluna menyembunyikan kedua tangannya di belakang. "Tadi ada kecelakaan, Bu."
"Kecelakaan?" Seisi kelas tersentak.
Kaluna menggaruk kepalanya tak sebenarnya tak gatal.
"Apa yang pecah?"
Kaluna mengerutkan dahi, tak paham dengan pertanyaan Bu Adisty. "Maksud ibu apa?"
Bu Adisty menghela napas berat. "Sudah duduk kamu sana, jangan buat saya emosi pagi-pagi."
"Siang, Bu," protes seluruh mahasiswa.
"Iya, siang juga."
Sahutan Bu Adisty membuat anak-anak menepuk jidat. Bu Adisty memang seunik itu, ia bisa berubah dari menakutkan menjadi lucu dalam waktu sekejap, begitupun sebaliknya. Para mahasiswa sering menyebutnya dosen sejuta warna.
***
Sejak beberapa bulan yang lalu, Abian menenggelamkan diri pada tumpukan buku dan kertas. Ia berusaha agar bisa memulai skripsi dengan judul yang telah diajukan ke dosen pembimbing. Judulnya sudah disetujui, dan sekaranglah masa dilemanya. Ia bingung harus memulai dari mana, bahkan setelah ia membaca ratusan referensi skripsi dengan judul yang mirip. Otaknya terasa panas setiap hari dan hari ini hampir pecah dibuat oleh seseorang yang tak dikenal.
Abian menyandarkan kepalanya di punggung kursi perpustakaan. Kepalanya terasa berputar. Lelaki itu memejamkan matanya dan melipat kedua tangan di depan dada. Perlahan, ia mulai terlelap dan mendengkur.