Mohon tunggu...
siti rubaiah al adawiyah
siti rubaiah al adawiyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

perempuan yang menyukai makanan manis dan hal-hal imut

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ruang Sesal

7 Januari 2025   14:43 Diperbarui: 7 Januari 2025   14:43 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah dikaruniai seorang anak, pernikahanku dengan Dinda perlahan mulai membaik. Aku sedikit demi sedikit merubah sikapku pada Dinda. Sekarang, mata Dinda lebih bersinar dibandingkan beberapa waktu yang lalu. Senyumnya terlihat lebih indah sejak kami dikaruniai seorang anak. Anak perempuan yang cantik, pintar, dan baik. Ia ku beri nama Diah, artinya cantik.

Kebahagiaan mengelilingi keluarga kecil kami sepanjang hari. Namun, ia tidak ingin berlama-lama. Ketika Rahmi tiba-tiba mendirikan cabang bisnisnya di kota yang sama dengan kota yang kami tinggali, yaitu Kota Bandung. Satu pertanyaan Rahmi yang membuat semua hal berubah.

"Mas, aku tahu aku tidak berhak menanyakan ini. Tapi, aku ingin kejelasan untuk hubungan kita. Mas masih mencintaiku?"

"Tentu, Rahmi. Mari kita kembali menjadi sepasang kekasih."

Aku kembali menjalin kasih dengannya tanpa sepengetahuan Dinda. Padahal saat itu Diah baru saja berusia tiga tahun. Kami selalu berpura-pura bahwa kami adalah teman karib. Bahkan, seiring berjalannya waktu, Diah sangat dekat dengan Rahmi begitupun Dinda. Aku semakin menikmati hubungan antara keluarga kecilku dengan Rahmi. Keluarga kecil yang sempurna dan kekasih lama yang kembali hadir. Dinda tak pernah protes tentang hal ini. Sejak awal pernikahan kami, Dinda selalu diam dan tak pernah protes terhadap apapun. Ia adalah isteri yang penurut dan tidak banyak berbicara. Jika saja kehidupan kedua ada, aku akan berdoa pada Tuhan untuk memberikan lelaki terbaik untuknya di kehidupannya setelah ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun