Mohon tunggu...
Siti Rohmah
Siti Rohmah Mohon Tunggu... Penulis - Penulis buku Derai Hujan Tak Lerai dan Bukan Sekadar Nama.

Menulislah karena dirimu bukan karena orang atau hal lainnya. Maka, kamu akan menemukan hal-hal yang menakjubkan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jin yang Bersemayam dalam Jiwa

30 Juli 2020   01:15 Diperbarui: 30 Juli 2020   01:09 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu mitos  Jawa mengatakan bahwa setiap manusia yang lahir di bumi akan memiliki penjaganya, biasanya berupa jin atau gendruwo yang akan bersemayam dalam jiwa atau raga. Tak hanya satu jin, sebab raga manusia ibarat hardisk yang bisa dimasuki ratusan atau bahkan ribuan mahluk tak kasat mata.

Namaku Irmawati, aku sedang melalukan pendidikan strata satu di salah satu universitas Kota Semarang. Tak banyak orang yang mengenalku, sebab aku orang yang pendiam dan penakut.

Di kampus, aku memiliki dua sahabat bernama Wenda dan Nita, bagiku mereka adalah segalanya. Aku tanpa mereka bukan apa-apa. Kebetulan mereka sekeles, seorganisasi dan seasrama denganku. Mereka selayaknya saudara beda ibu dan ayah.

*****

"Aku penjagamu, jangan takut". suara mahluk hitam setengah merah.

"Pergiiiiiiiiiii......"

Lagi-lagi aku terbangun, keringat mengalir di sekujur tubuh disertai dengan nafas yang terengah-engah. Tak lama kemudian kudapati pergerakan dari sampingku. Di sana kudapati Nita menatapku penuh khawatir.

"Mimpi itu lagi Mah?" Ujar Nita seraya mengusap bahuku dengan lembut.

Aku mengangguk sekilas. Lalu mengusap wajahku dengan lembut. Aku masih terbayang dengan mimpiku tadi.

"Aku kan udah bilang, jangan dipikirkan terus. Nanti malah keinget dan mimpiin lagi"

Selalu seperti ini, sejak kecil aku selalu mimpi dikejar-kejar hantu dan selalu berakhir meloncat ke air. Aku sendiri tidak tahu apa artinya. Tapi mimpi itu selalu berlanjut, hingga sekarang aku masih sering bermimpi dikejar jin atau hantu, mereka selalu berkata menjagaku, tapi anehnya mereka menyerangku. Mereka berhenti mengejar ketika aku loncat ke dalam air.

Aku selalu ketakutan dalam mimpiku, bahkan ketika kau tengah terbangun, untung saja  ada Nita yang selalu menemaniku saat aku terbangun karena mimpi-mimpi itu.

Dua tahun kemudian, ada yang berbeda dari Nita dan Wenda. Mereka menjauh dariku. Nita pindah kamar dengan alasan ingin kamar lebih luas. Wenda selalu membentak dan mencari kesalahanku. Bahkan yang paling menyakitkan Wenda merayakan ulang tahunnya tanpa memberi tahuku, padahal jauh-jauh hari aku sudah mengjak merayakan bersama.

Entah ada maasalah apa sebenarnya. Aku juga tidak bisa berbuat apapun, sudah satu bulan ini mereka berdua tidak mau berbicara denganku. 

Berangkat kuliah pun mereka duluan, di kelas mereka seperti orang yang tidak mengenalku. Ingin rasanya  aku bertanya langsung, tapi aku tidak tahu caranya.

Setiapkali aku mendekat mereka menjauh, aku menyapa mereka tak mau mendengar.  Aku benar-benar sendirian sekarang.

Ternyata tak hanya kedua sahabatku yang berubah, beberapa orang temanku juga berubah. Mereka seperti menatap sinis namun penuh ketakutan padaku. Sebenarnya ada apa? Apa yang terjadi?

Suatu hari aku makan di kantin, biasanya aku makan bersama Nita dan Wenda namun kali ini aku makan sendiri. Entah ada dimana kedua sahabatku, aku sudah seminggu tidak bertemu mereka berdua.

"Irmah.....ikut gue sekarang." Bentak Ratna, salah seorang teman kelasku.

"Kenapa Naa?" aku bingung, kenapa tiba-tiba Ratna menemuiku dan langsung berkata keras.

BIYUUUURRRRRR.....Suara segelas air yang diguyurkan ke mukaku. Tak lama Nita dan Wenda datang menghampiri aku dan Ratna.

"Diiihhhhhhhhh, ada masalah apa sih Na sampek  kamu guyur si Irmah," Ujar Wenda dengan sinisnya.

"Mah, lebih baik kamu pergi aja deh.....nggak enak dilihatin anak-anak soalnya." Perintah Nita seraya melangkahkan kakinya meninggalkanku.

Aku tidak tahu kenapa Ratna Semarah itu, dan kenapa  sikap  Nita dan Wenda secuek itu. kejadian di kantin membuatku ngerih, aku memutuskan untuk pergi ke perpus saja. Kebetulan buku  koleksi baru sedang datang. Namun, tak sesuai harapan sebelum aku masuk ke perpus aku melihat Nita, Ratna, dan Wenda Sedang berbincang. Nyaliku mendadak ciut, aku beranjank pergi namun terhenti ketika mendengar namaku disebut-sebut.

"Kamu hati-hati saja sama si Irmah, beberapa waktu lalu pacarku juga berpaling ke dia, pacarnya si Wenda juga. Kita uda curiga kalo dia tuh pake susuk atau pelet mangkanya semua orang suka sama dia. Jadi aku dan Wenda datang ke dukun buat cari tahu kebenarannya" Ujar Nita menjelaskan.

"Terus dukunnya bilang apa?" Ratna antusias menanggapi cerita Nita.

"Dukunnya bilang, kalo Irmah itu bersih dari susuk, cuman Irmah punya empat tempelan. Tiga baik, satunya jahat. Katanya sih, jin itu uda bersemayam sejak Irmah lahir jadi susah misahinnya. Besoknya lagi pas kita mau nanya ke dukun itu, dukunnya cerita kalo semalam dia diganggu sama Jinnya Irmah, semua ayamnya juga pada mati. 

Terus dukunnya bilang kalo dia nggak mau lagi berurusan sama si Irmah. Aku dan Wenda mikir, dukun aja kapok, apalagi kita....jadinya kita nyari aman aja, aku juga uda bilang ke anak-anak yang lain supaya cari aman"

"berarti aku harus ikhlasin gebetan aku dunk?"

"iya Ratna....ikhlasin aja,  daripada kamu mati kayak ayamnya dukun itu" timpah Wenda meyakinkan Ratna.

Suaraku serak, kakiku menjadi lemas. Aku diam dalam beberapa detik kemudian berlari.  Sejak aku medengar percakapan Nita dan Ratna aku faham, mengapa Wenda dan Nita menjauh dariku. Mengapa beberapa orang sinis menatapku.

Aku memutuskan kembali ke  kampung halaman, dan bertanya masalah Jin kepada nenek ku. Nenek mengajak ku menemui sesepuh desa, banyak hal yang dijelaskan, asal muasal Jin-jin itu.

Aku akhirnya tahu, ada jin yang bersemayam dalam jiwaku. Setiap mimpiku dikejar jin atau hantu adalah wujud dari penampakan jin yang ada dalam diriku. Tapi tidak benar jika Jin itu membuat orang menyukaiku, sebab tugas Jin yang bersemayam dalam jiwa seseorang hanya melindungi. Satu hal lagi, Jin tidak bisa menyakiti jadi jika ada ayam yang mati dibantai oleh Jin, itu bohong.

Berbicara penjaga, setiap orang memiliki penjaganya. Begitu juga Nita dan Wenda atau bahkan kalian semua. Jika penasaran silakan bangun pukul jam dua belas malam. Pejamkan matamu, dan Tarik nafas dan tanyakan pada dirimu. Bisa jadi Jin-Jin itu selalu di sampingmu, atau bahkan menemani stiap tidurmu. Selamat malam dan selamat mencoba.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun