Mohon tunggu...
Siti FaridaNurhasanah
Siti FaridaNurhasanah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dia Menangis Ingin Pulang

12 Mei 2022   07:34 Diperbarui: 12 Mei 2022   07:41 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ayo minum dan kita kita dengerin nasyid ini bareng-bareng, yuk!" Seruku sambil memberinya air minum yang diambilkan salah satu santri putri agar ia lebih tenang. 

Aku memutar lagu nasyid aku ingin jadi hafizh Qur'an kepada semua santri agar mereka semakin kuat dan sabar menahan rindu yang menggebu. Alhamdulillah ananda kembali ceria dan bercanda bersama teman-temannya. 

Hari ini hari ahad, 21 Juni 2021. Juga hari liburku, artinya aku bisa membersamai mereka seharian penuh. Alhamdulillah mereka semua ceria ditandai dengan saling canda dan tertawa bersama. Aku ikut tertawa melihat tingkah mereka yang lucu, sambil mengurusi bunga-bungaku yang kurang terawat. Bahagiaku sederhana, bukan?

Perlahan namun pasti mereka mulai menikmati kebersamaan bersama teman-teman baru dan tempat baru yang pasti jauh berbeda dengan di rumah. Fasilitas yg biasanya hanya buat sendiri atau berbagi dengan adik atau kakak, kini belajar berbagi dengan teman, berbagi waktu , makanan, bahkan berbagi sunyi dan riuh bersama. Semua berubah 360'. Disini semua serba terbatas dan terikat aturan, makan sederhana namun insya Allah gizi tetap diperhatikan. Walaupun aku yakin di rumah juga ada aturan yang di terapkan orang tua namun biasanya mereka masih suka banyak toleransi, langgar sana-sini. Karena tidak tega kepada anak-anak jika terlalu keras. 

Semoga mereka bisa kuat menahan rindu pada orang tuanya seiring bertambahnya kedewasaan mereka. Begitupun orangtua agar terasa ringan dalam menjalani perpisahan indah ini, akan ada saat bahagia tak terhingga kala bertemu nanti, tak ada orang tua yang ingin jauh dengan anak-anak mereka, baik buruknya andai bisa memastikan mereka akan sesholeh yang diharapkan tak mungkin mereka akan lepas dari pelukan. Sesaknya merindukan sang buah hati yang sedari kecil berada dalam asuhan dan buaian tak mungkin terhindarkan. 

Yang tadinya di rumah ada suara anak-anak kini sepi tak ada yang mampu menggantikan. Kamar dan rumah yang berantakan kini selalu rapi dan bersih karena tak ada yang mengacak-ngacak. Pasti lebih menyakitkan menahan kerinduan kepada anak kesayangan. Namun karena kasih sayang itulah setiap orang tua rela posisi amanahnya tergantikan oleh yang seharusny, demi masa depan yang utama dan kekal adanya.

Aku percaya mereka lebih kuat dan ikhlas, karena keyakinan mereka akan hari ini pendidikan di pesantren adalah pendidikan yang terbaik. Mereka memilih lebih baik kita menangis hari ini daripada kelak dibuat menangis oleh anak karena durhaka. Di setiap hati terlemah mereka berkata, 

"Ayah Ibu relakan kita berpisah, nak! Namun kelak kita akan bersama kembali di surgaNya."

Itu adalah kalimat sakti yang menguatkan para Ayah dan Bunda dimanapun. Allah ada di balik setiap do'a hamba yang ridha dengan semua upaya taat syariatNya. Telah banyak fakta anak durhaka kepada orangtua mereka, penyebabnya karena pola asuh dan pola pendidikan yang keliru serta kurang ilmu, baik di rumah maupun di lingkungan masyarakat. Maka dibutuhkan rasa ikhlas melepas anak dari pangkuan ke Pondok demi kebaikan dunia dan akhirat. 

Inilah kelebihan apabila anak-anak kita di masukan pondok pesantren. 

1. ayah ibunya akan tenang dalam mencari nafkah 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun