Mohon tunggu...
Siti Fatimah
Siti Fatimah Mohon Tunggu... Administrasi - Staff office

Pengembangan diri

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Latar Belakang Konflik Korea Utara dan Korea Selatan, Latar Belakang Runtuhnya Tembok Berlin

20 November 2024   22:44 Diperbarui: 21 November 2024   01:25 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

1. Latar belakang konflik korea utara dan korea selatan


Konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan berakar dari pembagian Semenanjung Korea setelah Perang Dunia II, yang kemudian diperparah oleh ketegangan ideologis, politik, dan militer. Berikut adalah latar belakang konflik tersebut:

1. Pembagian Korea (1945)

*Setelah Jepang menyerah pada Perang Dunia II, Semenanjung Korea yang sebelumnya berada di bawah kekuasaan Jepang (1910-1945) dibagi menjadi dua zona pendudukan.
*Di utara, Uni Soviet mendukung pembentukan rezim komunis, sementara di selatan, Amerika Serikat mendukung pemerintahan pro-demokrasi.
*Garis pembagian ditetapkan di Paralel 38 LU.

2. Pembentukan Dua Negara (1948)

*Pada 1948, dua pemerintahan yang saling bersaing terbentuk:
*Korea Utara (Democratic People's Republic of Korea) di bawah Kim Il-sung, yang mendapat dukungan dari Uni Soviet dan China.
*Korea Selatan (Republic of Korea) di bawah Syngman Rhee, didukung oleh Amerika Serikat dan sekutunya.
*Perbedaan ideologi antara keduanya (komunisme vs. demokrasi) menciptakan ketegangan yang semakin meningkat.

3. Perang Korea (1950-1953)

*Pada 25 Juni 1950, Korea Utara melancarkan invasi ke Korea Selatan dengan dukungan Uni Soviet dan China.
*Pasukan PBB, yang dipimpin oleh Amerika Serikat, membantu Korea Selatan, sementara China mendukung Korea Utara.
*Perang berakhir dengan gencatan senjata pada 27 Juli 1953, tetapi tidak ada perjanjian damai, sehingga kedua negara secara teknis masih berperang hingga sekarang.
*Garis Demiliterisasi Korea (DMZ) ditetapkan di dekat Paralel 38, sebagai zona penyangga.

4. Perang Dingin dan Eskalasi Ketegangan

*Selama Perang Dingin, Korea Utara dan Korea Selatan saling memusuhi. Korea Utara sering melakukan provokasi, termasuk serangan militer dan upaya sabotase di Selatan.
*Korea Utara mengembangkan ideologi Juche (kemandirian) dan fokus pada pembangunan militer, sementara Korea Selatan mengalami kemajuan ekonomi yang pesat dengan dukungan Barat.

5. Masalah Nuklir dan Modernisasi Militer

*Pada 1990-an, setelah runtuhnya Uni Soviet, Korea Utara menghadapi krisis ekonomi tetapi tetap fokus mengembangkan senjata nuklir.
*Program nuklir Korea Utara memicu kekhawatiran global, terutama dari Korea Selatan, Amerika Serikat, dan sekutu-sekutunya.
*Ketegangan meningkat dengan uji coba nuklir dan rudal balistik yang dilakukan oleh Korea Utara.

6. Upaya Perdamaian dan Ketegangan Berulang

*Ada beberapa upaya untuk meredakan konflik, seperti pertemuan puncak antara pemimpin Korea Utara dan Korea Selatan (contohnya pada 2000, 2018).
*Namun, hubungan sering kembali tegang karena kurangnya kepercayaan dan tindakan provokatif dari kedua belah pihak.

Kesimpulan

Konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan bersumber dari perpecahan ideologis dan geopolitik yang dipengaruhi oleh Perang Dingin. Hingga saat ini, meskipun ada upaya diplomatik, situasi tetap rapuh karena perbedaan politik, ketegangan militer, dan isu nuklir.

2. Latar belakang runtuhnya tembok berlin

Runtuhnya Tembok Berlin pada 9 November 1989 adalah salah satu peristiwa paling simbolis dalam sejarah modern, yang menandai berakhirnya Perang Dingin dan penyatuan kembali Jerman. Berikut adalah latar belakang peristiwa ini:

1. Pembagian Jerman dan Pembangunan Tembok Berlin

*Setelah Perang Dunia II (1945), Jerman dibagi menjadi dua wilayah:
*Jerman Barat (Republik Federal Jerman/RFG) yang didukung oleh Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis, dengan sistem kapitalis-demokratis.
*Jerman Timur (Republik Demokratik Jerman/RDG) yang didukung Uni Soviet, dengan sistem komunis.
*Berlin, ibu kota Jerman, meskipun berada di wilayah Jerman Timur, juga dibagi menjadi dua sektor (Barat dan Timur).
*Pada 13 Agustus 1961, pemerintah Jerman Timur, dengan dukungan Uni Soviet, membangun Tembok Berlin untuk menghentikan migrasi besar-besaran warga Jerman Timur ke Jerman Barat, yang mengancam stabilitas politik dan ekonomi Jerman Timur.

2. Ketegangan Ideologis Perang Dingin

*Tembok Berlin menjadi simbol nyata konflik ideologi antara blok Barat (kapitalis) dan blok Timur (komunis) selama Perang Dingin.
*Ketegangan antara NATO (dipimpin AS) dan Pakta Warsawa (dipimpin Uni Soviet) terus memperuncing perpecahan ini.

3. Krisis Ekonomi dan Ketidakpuasan di Jerman Timur

*Jerman Timur mengalami stagnasi ekonomi, kemiskinan, dan represi politik di bawah rezim komunis.
*Banyak warga Jerman Timur tidak puas dengan kurangnya kebebasan, rendahnya standar hidup, dan ketidakadilan sosial. Hal ini menyebabkan keinginan kuat untuk melarikan diri ke Jerman Barat yang lebih sejahtera.

4. Reformasi di Uni Soviet (1985-1989)

*Mikhail Gorbachev, pemimpin Uni Soviet, memperkenalkan kebijakan reformasi Perestroika (restrukturisasi ekonomi) dan Glasnost (keterbukaan politik).
*Uni Soviet mulai mengurangi kontrolnya atas negara-negara satelit di Eropa Timur, termasuk Jerman Timur. Dukungan untuk rezim otoriter di Eropa Timur melemah.

5. Gelombang Revolusi di Eropa Timur (1989)

*Pada akhir 1980-an, gerakan reformasi dan protes anti-pemerintah melanda banyak negara Blok Timur, termasuk Polandia, Hungaria, dan Cekoslowakia.
*Pemerintah Jerman Timur di bawah Erich Honecker menghadapi tekanan besar dari rakyat yang menuntut reformasi dan kebebasan.

6. Demonstrasi Damai dan Tekanan Internal di Jerman Timur

*Pada Oktober dan November 1989, demonstrasi besar-besaran terjadi di berbagai kota Jerman Timur, termasuk Leipzig. Gerakan ini menuntut kebebasan bepergian, pemilu yang adil, dan reformasi politik.
*Pemerintah Jerman Timur tidak mampu menekan gerakan ini karena tekanan internasional dan ketidakmampuan mempertahankan status quo.

7. Pengumuman Pembukaan Tembok

*Pada 9 November 1989, pejabat pemerintah Jerman Timur secara tidak sengaja mengumumkan bahwa warga Jerman Timur diizinkan melewati perbatasan ke Barat tanpa batasan.
*Ribuan orang segera bergegas ke Tembok Berlin, dan penjaga perbatasan, yang tidak siap menghadapi situasi tersebut, akhirnya membuka gerbang. Dalam beberapa jam, warga mulai merobohkan tembok dengan tangan mereka sendiri.

Dampak Runtuhnya Tembok Berlin

*Menandai berakhirnya Perang Dingin.
*Membuka jalan bagi reunifikasi Jerman pada 3 Oktober 1990.
*Simbol runtuhnya komunisme di Eropa Timur dan kebangkitan demokrasi.

Runtuhnya Tembok Berlin terjadi sebagai hasil dari kombinasi tekanan internal, pengaruh reformasi di Uni Soviet, dan gelombang demokratisasi di Eropa Timur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun