Mohon tunggu...
Siti Nuraini
Siti Nuraini Mohon Tunggu... Diplomat - Hanya seorang hamba

Baru belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Heritage

27 September 2019   18:41 Diperbarui: 27 September 2019   18:50 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bisa tidak kamu berhenti bermain basket, Sarah?"

"Ya, kamu benar, Tesa." Sarah melempar hampir sepuluh kali tiga poin dengan cekatan berlarian ke sepanjang garis yang membahu lapangan basket. "Di sini dingin. Setidaknya aku akan menemukan sekotak donat hangat dan cokelat panas."

"Ke kamarku..."

Sarah tersenyum. "Kamu bukan seorang lesbian, kan? Tesa mengangguk. Seketika itu Sarah tertawa terbahk-bahak. "Siapa yang tidak akan mengira kamu seorang perempuan? Rambut pendek, tubuh tegap seperti satpam, makananmu pun ukurannya jumbo. Aneh banget deh..."

***

Kematian tidaklah sakit. Aku mencintaimu, Sarah... Namun, entahlah... Doni adalah pujaan hatiku selama ini. Ia mampu mengingatkanku, kalau ternyata aku masih bisa bahagia dengan pria yang mencoba mengingatkanku, bahwa dicintai lebih indah dibandingkan mencintai orang yang salah...

Tuhan, ingin aku berubah...

Kematian...

Nusa Dua, Bali

2004

"Anak Anda ditabrak, Pak!" Teriak salah seorang perempuan tua dari balik kaca rumah. Semua orang menjatuhkan apa yang mereka genggam. Kaca minuman anggur bertumpahan dengan pecahan gelasnya. Ibu Doni langsung berwajah masam. Ia hanya mengarahkan pikirannya pada Tesa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun