Mohon tunggu...
Siti Khoirnafiya
Siti Khoirnafiya Mohon Tunggu... Lainnya - Pamong budaya

Antropolog, menyukai kajian tentang bidang kebudayaan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Stuart Hall dan Eksposur Pangan: Sebuah Tinjauan

23 Januari 2025   15:39 Diperbarui: 23 Januari 2025   15:39 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain itu, aroma adalah salah satu indera yang paling kuat dalam mempengaruhi selera makan. Saat Anda memasuki gerai makanan cepat saji, aroma harum kentang goreng yang baru digoreng atau aroma daging yang membahana langsung menggelitik indra penciuman Anda. Ini bukanlah kebetulan, aroma ini sengaja disebar untuk menciptakan kesan bahwa makanan yang disajikan sangat segar dan menggugah selera.

Tidak hanya itu, musik yang diputar di dalam gerai makanan cepat saji juga memiliki peran yang penting. Musik yang ceria dan bertempo cepat dapat membuat Anda merasa lebih bersemangat dan cenderung menghabiskan waktu lebih lama di dalam restoran. Selain menciptakan suasana yang menyenangkan, musik juga dapat membuat Anda merasa lebih santai.

Lebih lanjut, gambar makanan yang ditampilkan pada menu atau kemasan selalu terlihat lebih besar, lebih mengilap, dan lebih lezat dari aslinya. Ini adalah salah satu trik encoding yang paling umum digunakan. Dengan melihat gambar makanan yang menarik, Anda akan membayangkan betapa nikmatnya rasanya dan tidak sabar untuk mencobanya.

Tidak hanya visual dan aroma, tetapi juga kata-kata yang digunakan dalam menu atau iklan makanan cepat saji sangat diperhatikan. Kata-kata seperti "lezat", "nikmat", "sempurna", dan "menggugah selera" sering digunakan untuk menggambarkan produk. Kata-kata ini menciptakan kesan positif di benak konsumen dan membuat mereka semakin tertarik untuk membeli.

Terakhir, iklan makanan cepat saji seringkali mengaitkan produk mereka dengan gaya hidup yang diinginkan oleh konsumen. Misalnya, iklan burger seringkali menampilkan orang-orang muda yang aktif dan energik. Hal ini bertujuan untuk menciptakan kesan bahwa dengan mengonsumsi burger tersebut, konsumen akan merasa lebih muda dan berenergi.

Proses encoding, atau penyandian pesan, memiliki pengaruh yang sangat signifikan dalam membentuk opini publik. Melalui pemilihan kata, gambar, dan sudut pandang yang cermat, media dapat mengarahkan persepsi masyarakat terhadap suatu isu. Agenda setting, misalnya, memungkinkan media untuk menentukan isu mana yang dianggap penting dan layak diberitakan. Dengan terus-menerus menyoroti isu tertentu, media secara tidak langsung membentuk opini publik bahwa isu tersebut adalah masalah yang mendesak. Selain itu, framing juga memainkan peran penting dalam membentuk opini. Media dapat membingkai suatu peristiwa dengan cara yang positif atau negatif, tergantung pada tujuan yang ingin mereka capai. Priming, di sisi lain, adalah teknik yang digunakan untuk menghubungkan suatu ide atau produk dengan nilai-nilai tertentu, sehingga dapat memicu respons emosional yang positif atau negatif pada audiens. Stereotipe juga sering dimanfaatkan dalam proses encoding untuk memperkuat atau menantang pandangan masyarakat terhadap kelompok sosial tertentu. Terakhir, emosi menjadi alat yang ampuh untuk mempengaruhi opini publik. Iklan yang menyentuh hati atau kampanye politik yang menggugah semangat dapat dengan mudah membujuk orang untuk mengambil tindakan tertentu. Dengan demikian, encoding menjadi sebuah alat yang sangat kuat dalam membentuk persepsi dan opini masyarakat.

Berdasarkan gagasan Stuart Hall, memahami proses encoding adalah kunci untuk mengungkap lapisan-lapisan makna yang tersembunyi di balik pesan media. Encoding, sebagai proses penyusunan pesan, tidaklah netral. Produsen media, dengan segala kepentingan dan ideologinya, menyisipkan makna-makna tertentu ke dalam pesan yang mereka produksi. Dengan kata lain, apa yang kita lihat, dengar, dan baca di media bukanlah cerminan objektif dari realitas, melainkan konstruksi sosial yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Beberapa peran pemahaman encoding di antaranya sebagai berikut. 

Memahami proses encoding memungkinkan kita untuk menjadi konsumen media yang lebih kritis. Kita tidak lagi menerima pesan media secara mentah, melainkan berusaha menggali lebih dalam untuk memahami makna yang terkandung di dalamnya. Pertanyaan-pertanyaan seperti "Siapa yang diuntungkan dengan pesan ini?", "Adakah sudut pandang lain yang tidak disampaikan?", dan "Nilai apa yang coba ditanamkan?" menjadi hal yang wajar untuk kita tanyakan.

Dengan memahami encoding, kita dapat mengembangkan kemampuan literasi media yang kuat. Kita dapat mengidentifikasi bias, stereotipe, dan propaganda yang seringkali disisipkan dalam pesan media. Kemampuan ini sangat penting dalam era informasi yang serba cepat seperti sekarang, di mana kita dibombardir dengan berbagai jenis pesan setiap hari.

Memahami encoding tidak hanya membuat kita menjadi konsumen yang cerdas, tetapi juga mendorong kita untuk menjadi produsen media yang lebih bertanggung jawab. Dengan kesadaran bahwa setiap pesan yang kita produksi mengandung makna tertentu, kita dapat menggunakan media untuk menyampaikan pesan-pesan positif dan konstruktif. Kita dapat menjadi bagian dari perubahan sosial dengan menciptakan konten yang inklusif, beragam, dan bermakna.

Decoding

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun