Simpulannya bahwa stres, kecemasan, dan penurunan motivasi secara langsung berdampak pada produktivitas kerja. Kita sulit berkonsentrasi, seringkali melakukan kesalahan, dan merasa sulit untuk menyelesaikan tugas-tugas yang ada.
Stres, kecemasan, dan penurunan motivasi---tiga musuh utama produktivitas. Ketiga hal ini seringkali berjalan beriringan, menciptakan lingkaran setan yang sulit diputus. Ketika kita merasa tertekan, konsentrasi menjadi buyar, pikiran kacau, dan kesalahan pun tak terelakkan. Akibatnya, tugas-tugas yang seharusnya dapat diselesaikan dengan cepat menjadi terasa begitu berat.
Tenggat waktu yang mendesak, konflik interpersonal di kantor, beban kerja yang melebihi batas, atau ketidakpastian masa depan---semua situasi ini dapat memicu stres yang signifikan. Stres semacam ini seringkali membuat kita sulit berkonsentrasi, pikiran menjadi kalut, dan akhirnya berdampak pada kualitas pekerjaan. Misalnya, saat deadline menumpuk, kita mungkin merasa tertekan untuk menyelesaikan semuanya sekaligus, sehingga kesalahan-kesalahan kecil menjadi lebih sering terjadi. Konflik dengan rekan kerja juga dapat menciptakan suasana kerja yang tidak nyaman, menghambat kolaborasi, dan menurunkan produktivitas.
Sulit Beradaptasi dengan Lingkungan Baru
Butuh waktu yang cukup lama untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan kerja yang baru tanpa kehadiran rekan kerja yang sudah pergi. Kita harus membangun hubungan baru, memahami dinamika kelompok yang berbeda, dan menyesuaikan diri dengan cara kerja yang mungkin berbeda.
Perpindahan seorang rekan kerja seringkali memicu berbagai tantangan psikologis, salah satunya adalah kesulitan beradaptasi dengan lingkungan kerja yang baru. Kehilangan sosok yang telah menjadi teman kerja sekaligus sumber dukungan sosial dapat menimbulkan perasaan kesepian dan terisolasi. Individu mungkin merasa kesulitan untuk berbagi perasaan atau meminta bantuan kepada rekan kerja yang baru dikenal.Â
Selain itu, ketidakpastian tentang masa depan dan kemampuan untuk mengatasi tantangan pekerjaan tanpa dukungan rekan sebelumnya dapat memicu rasa tidak aman dan kecemasan. Perubahan dinamika kelompok yang terjadi akibat kepergian rekan kerja juga menjadi faktor yang memperumit proses adaptasi. Individu perlu menyesuaikan diri dengan cara kerja yang baru, hierarki yang berbeda, atau gaya kepemimpinan yang baru. Terlebih lagi, jika hubungan dengan rekan kerja yang pindah sangat dekat, individu mungkin mengalami perasaan kehilangan yang mendalam.Â
Sebagai contoh, dalam sebuah tim proyek, kepergian seorang pemimpin yang karismatik dapat membuat anggota tim merasa kehilangan arah dan motivasi. Sementara itu, dalam sebuah departemen pemasaran, hilangnya sosok penengah konflik dapat memicu perselisihan yang semakin sering terjadi, sehingga menciptakan suasana kerja yang tidak nyaman. Dampak psikologis lainnya yang mungkin muncul akibat perpindahan rekan kerja antara lain stres, kecemasan, hingga depresi. Stres dapat muncul akibat tuntutan untuk beradaptasi dengan lingkungan baru, sementara kecemasan dapat dipicu oleh ketidakpastian tentang masa depan. Dalam kasus yang lebih serius, kehilangan rekan kerja yang sangat dekat dapat memicu gejala depresi.
Apa saja mekanisme coping yang digunakan oleh karyawan untuk mengatasi perpisahan rekan kerja?
Perpindahan atau kepergian rekan kerja seringkali memicu berbagai emosi, mulai dari kesedihan hingga kecemasan. Untuk mengatasi situasi ini, karyawan biasanya akan menerapkan berbagai mekanisme coping. Mekanisme coping adalah cara-cara yang kita gunakan untuk mengatasi stres dan emosi negatif.
Mekanisme coping yang umum digunakan di antaranya sebagai berikut.Â