Pernahkah Anda merasa ingin berteriak frustrasi di tengah rapat karena beban kerja yang menumpuk? Atau mungkin Anda pernah mendengar rekan kerja mengeluh tentang atasan yang tidak adil?Â
Mengeluh di tempat kerja adalah hal yang lumrah terjadi. Namun, di balik keluhan-keluhan tersebut, tersimpan potensi bahaya yang mengancam. Dalam tulisan ini, kita akan mengupas mengapa mengeluh menjadi masalah serius dan bagaimana kita dapat menemukan solusinya.
Penyebab Mengeluh di Tempat Kerja
Bayangkan Anda bekerja di sebuah kapal yang perlahan-lahan tenggelam. Setiap hari, Anda harus berjuang keras untuk tetap bertahan, tetapi upaya Anda terasa sia-sia. Frustasi dan putus asa mulai menghampiri, dan Anda pun tak kuasa menahan diri untuk tidak mengeluh. Metafora ini menggambarkan situasi yang sering dialami oleh banyak karyawan yang merasa terjebak dalam lingkungan kerja yang tidak kondusif. Apa yang menyebabkan kapal ini tenggelam? Ini gambaran dimana kondisi yang pada akhirnya karyawan ingin mengeluhkan kondisi yang mereka alami.Â
Ada beberapa penyebab orang mengeluh, di antaranya sebagai berikut.Â
1. Beban Kerja yang Berlebihan
Beban kerja yang berlebihan bagaikan kargo tambahan yang terus menumpuk di lambung kapal, membuat kapal semakin sulit bergerak. Ini juga seperti seorang desainer grafis yang harus merampungkan lima proyek besar dalam waktu seminggu, sementara atasannya terus menuntut hasil yang sempurna. Tekanan seperti ini bagaikan badai yang menghempas kapal. Karyawan sering merasa tertekan ketika mereka harus menyelesaikan tugas yang tidak realistis dalam waktu yang singkat.
Beban kerja yang berlebihan bagaikan jam pasir yang terus berputar, menghitung mundur waktu hingga detik terakhir. Seorang programmer di sebuah startup seringkali harus bergadang hingga larut malam untuk menyelesaikan kode program yang kompleks sebelum deadline yang sangat ketat. Tekanan untuk terus berinovasi dan memenuhi ekspektasi klien yang tinggi membuat ia merasa seperti mesin yang terus bekerja tanpa henti. Setiap kali ada bug atau kesalahan dalam program, ia merasa seperti gagal memenuhi harapan timnya.
Contoh lain misalnya seorang sekretaris yang harus mengelola jadwal rapat, menjawab telepon, membuat laporan, dan menerima tamu secara bersamaan. Beban kerja yang multitasking seperti ini bagaikan mencoba menari di atas tali sambil menyeimbangkan bola. Setiap kesalahan kecil dapat berakibat fatal dan menyebabkan kekacauan. Tekanan untuk melakukan semuanya dengan sempurna membuatnya merasa kewalahan dan frustasi.
Seorang guru di sekolah swasta yang kekurangan tenaga pengajar harus mengajar beberapa mata pelajaran sekaligus dengan jumlah siswa yang banyak. Beban mengajar yang berat ini bagaikan mendaki gunung yang curam tanpa peralatan yang memadai. Ia harus membagi waktu dan perhatiannya untuk banyak siswa, sehingga kualitas pembelajaran menjadi terpengaruh. Selain itu, ia juga harus menghadapi tuntutan dari orang tua siswa yang menginginkan anaknya mendapatkan nilai yang tinggi.