Mohon tunggu...
Siti Khoirnafiya
Siti Khoirnafiya Mohon Tunggu... Lainnya - Pamong budaya

Antropolog, menyukai kajian tentang bidang kebudayaan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Belajar tentang Struktur Cerita Indonesia

13 Oktober 2024   14:47 Diperbarui: 13 Oktober 2024   15:48 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

"Struktur Cerita: Narasi dalam Cerita Roro Jonggrang dan Panji

Pernahkah kalian bertanya-tanya, mengapa cerita yang kita baca atau tonton selalu terasa begitu menarik? Ada bagian yang membuat kita penasaran, tertawa, atau bahkan menangis. Tahukah kalian, di balik sebuah cerita yang seru itu, ternyata ada rumus atau struktur yang membuatnya hidup? Sama seperti kita membangun rumah dari bata demi bata, sebuah cerita juga dibangun dari bagian-bagian yang saling terhubung. Yuk, kita belajar bersama tentang struktur cerita dan temukan rahasia di balik cerita favoritmu!"

 Bagaimana Penjelasan Struktur Cerita?

Struktur cerita adalah kerangka yang menopang alur, karakter, dan tema dalam sebuah narasi. Struktur yang kuat dapat membuat cerita mengalir dengan lancar, menarik perhatian pembaca, dan meninggalkan kesan mendalam. Berikut adalah beberapa struktur cerita yang umum digunakan:

1. Struktur Klasik:

Eksposisi: Pengenalan tokoh, latar, dan konflik awal.

Meningkatnya Tindakan: Konflik berkembang, ketegangan meningkat, dan tokoh menghadapi tantangan.

Klimaks: Titik puncak konflik, di mana ketegangan mencapai puncaknya.

Turunnya Tindakan: Konflik mulai terselesaikan, ketegangan mereda, dan tokoh menghadapi konsekuensi dari tindakan mereka.

Resolusi: Konflik terselesaikan, dan cerita berakhir dengan pesan atau makna yang tersirat.

Contoh Struktur Klasik:

Ande-Ande Lumut dan Roro Jonggrang: Cerita rakyat ini mengikuti struktur klasik dengan jelas. Eksposisi memperkenalkan dua tokoh utama, konflik muncul karena kesombongan Roro Jonggrang, klimaks terjadi saat Roro Jonggrang kalah dalam pertaruhan, dan resolusi adalah kutukan menjadi candi.

Cinderella: Dongeng klasik ini juga mengikuti struktur klasik. Cinderella diperkenalkan sebagai seorang gadis yang tertindas, konflik muncul dari perlakuan ibu tiri dan saudara tirinya, klimaks terjadi saat Cinderella pergi ke pesta dansa, dan resolusi adalah ketika dia menikah dengan pangeran.

2. Struktur Tiga Babak:

Babak Pertama: Pengenalan tokoh, latar, dan konflik awal.

Babak Kedua: Konflik berkembang, tokoh menghadapi tantangan, dan terjadi perubahan signifikan.

Babak Ketiga: Konflik mencapai puncaknya, tokoh menghadapi konsekuensi, dan cerita mencapai resolusi.

Contoh Struktur Tiga Babak: 

Romeo dan Juliet: Drama karya Shakespeare ini terbagi jelas dalam tiga babak. Babak pertama memperkenalkan kedua tokoh utama dan keluarga mereka, babak kedua menceritakan tentang cinta mereka yang terlarang dan konflik yang semakin rumit, dan babak ketiga berakhir dengan tragedi kematian mereka.

Hamlet: Drama Shakespeare lainnya ini juga mengikuti struktur tiga babak. Hamlet dihadapkan pada dilema moral setelah ayahnya meninggal, konflik meningkat dengan kematian ibunya dan pernikahan pamannya, dan babak ketiga berakhir dengan balas dendam Hamlet.

3. Struktur Monomyth (Perjalanan Pahlawan):

Dunia Biasa: Tokoh diperkenalkan dalam kehidupan normalnya.

Panggilan untuk Berpetualang: Tokoh menerima panggilan untuk meninggalkan dunia biasa.

Penolakan Panggilan: Tokoh ragu-ragu untuk menerima panggilan.

Pertemuan dengan Mentor: Tokoh bertemu dengan mentor yang membantunya dalam perjalanannya.

Menyeberangi Ambang Batas: Tokoh meninggalkan dunia biasa dan memasuki dunia baru.

Ujian, Sekutu, dan Musuh: Tokoh menghadapi tantangan, bertemu sekutu, dan berhadapan dengan musuh.

Pendekatan ke Gua Terdalam: Tokoh menghadapi ujian terakhir sebelum mencapai tujuannya.

Penghargaan: Tokoh mencapai tujuannya dan mendapatkan hadiah.

Jalan Kembali: Tokoh kembali ke dunia biasa dengan membawa pelajaran baru.

Kebangkitan: Tokoh mengintegrasikan pelajaran baru ke dalam hidupnya.

Contoh Struktur Monomyth (Perjalanan Pahlawan):

Harry Potter: Seri novel karya J.K. Rowling ini merupakan contoh klasik dari struktur monomyth. Harry Potter, sebagai tokoh utama, memulai perjalanan dari seorang anak yatim piatu menjadi seorang penyihir yang kuat.

Star Wars: Saga Star Wars mengikuti pola perjalanan pahlawan dengan jelas. Luke Skywalker, sebagai tokoh utama, meninggalkan kehidupan di planet asalnya untuk melatih kekuatan Jedi dan melawan kegelapan.

4. Struktur Non-Linear:

Cerita Bercabang: Cerita memiliki beberapa alur yang saling berhubungan.

Cerita Berulang: Cerita memiliki pola berulang yang menciptakan efek tertentu.

Cerita Fragmen: Cerita disusun dari potongan-potongan yang tidak berurutan.

Contoh Struktur Non-Linear:

Cloud Atlas: Novel karya David Mitchell ini menggunakan struktur non-linear yang kompleks. Cerita berpindah-pindah antara berbagai zaman dan tempat, dengan karakter yang saling terhubung dalam reinkarnasi.

Pulp Fiction: Film karya Quentin Tarantino ini juga menggunakan struktur non-linear. Cerita disajikan dalam urutan yang tidak kronologis, dengan berbagai alur cerita yang saling bersilangan.

5. Struktur Lainnya:

In Medias Res: The Iliad oleh Homer dimulai di tengah-tengah perang Troya.

Cerita Berulang: One Hundred Years of Solitude karya Gabriel Garca Mrquez menggunakan motif berulang untuk menggambarkan siklus kehidupan dan kematian dalam sebuah keluarga.

Cerita Fragmen: Ulysses karya James Joyce menggunakan gaya narasi yang sangat eksperimental, dengan fragmen-fragmen yang sulit dipahami jika dibaca secara linear.

Menjelajahi Struktur Cerita: Roro Jonggrang dan Panji

Struktur cerita adalah alat yang penting untuk membangun narasi yang menarik dan bermakna. Struktur cerita dapat dilihat dari beberapa contoh-contoh dari karya sastra terkenal untuk memperkaya penjelasan tentang struktur cerita. 

Struktur cerita merupakan kerangka yang menopang alur dan pengembangan cerita. Struktur yang baik akan membuat cerita mengalir dengan lancar, menarik perhatian pembaca, dan meninggalkan kesan mendalam. Dua cerita rakyat Indonesia, Roro Jonggrang dan Panji, menunjukkan bagaimana struktur cerita yang kuat dapat membangun narasi yang memikat.

Struktur Cerita Klasik Roro Jonggrang

Eksposisi: Cerita dimulai dengan memperkenalkan Roro Jonggrang, putri cantik yang sombong dan menolak lamaran Bandung Bondowoso. 

Contoh: Di suatu kerajaan bernama Prambanan, hiduplah seorang putri yang cantik jelita bernama Roro Jonggrang. Ayahnya, Prabu Baka, adalah seorang raja yang bijaksana. Namun, suatu ketika, kerajaan Prambanan diserang oleh Kerajaan Pengging yang dipimpin oleh Bandung Bondowoso, seorang panglima perang yang sakti mandraguna.

Meningkatnya Tindakan/Konflik: Konflik muncul ketika Roro Jonggrang menantang Bandung Bondowoso untuk membangun seribu candi dalam semalam. 

Contoh: Dalam pertempuran sengit, Prabu Baka gugur. Bandung Bondowoso berhasil menaklukkan Prambanan dan jatuh cinta pada kecantikan Roro Jonggrang. Ia pun melamar Roro Jonggrang, namun ditolak mentah-mentah oleh sang putri karena dendamnya. Bandung Bondowoso yang keras kepala diberikan syarat oleh Roro Jonggrang: jika Bandung Bondowoso dapat membangun seribu candi dalam semalam, ia akan menerima lamarannya.

Klimaks: Roro Jonggrang berusaha menggagalkan Bandung Bondowoso dengan menggunakan tipu daya meminta warga untuk memukul mukul dengan lesung agar ayam berkokok sebelum waktu subuh. 

Contoh: Roro Jonggrang menyetujui syarat tersebut, namun dalam hatinya ia merencanakan sesuatu. Ia meminta bantuan para bidadari untuk menyelesaikan candi-candi tersebut agar Bandung Bondowoso gagal. Namun, Bandung Bondowoso yang memiliki kekuatan gaib mengetahui rencana Roro Jonggrang.

Turunnya Tindakan/Resolusi: Bandung Bondowoso marah dan mengutuk Roro Jonggrang menjadi patung. 

Contoh: Saat matahari mulai terbit, Bandung Bondowoso menyadari bahwa ia hampir saja kalah. Dalam kemarahannya, ia mengutuk Roro Jonggrang menjadi arca yang melengkapi seribu candi yang telah dibangun.

Penutup: Cerita berakhir dengan kisah tragis Roro Jonggrang yang terukir menjadi patung di Candi Prambanan.

Contoh: Roro Jonggrang pun menjadi arca candi yang indah, namun ia harus menanggung penyesalan atas kesombongannya. Kisah cinta yang tragis ini menjadi legenda yang abadi dan candi-candi yang dibangun menjadi saksi bisu atas kisah cinta yang berakhir menyedihkan.

Analisis Struktur: Cerita Roro Jonggrang sangat sesuai dengan struktur cerita klasik. Eksposisi memperkenalkan tokoh dan latar, konflik muncul dari keinginan Bandung Bondowoso untuk mempersunting Roro Jonggrang, klimaks terjadi saat Roro Jonggrang berusaha menggagalkan rencana Bandung Bondowoso, dan resolusi adalah kutukan yang menimpa Roro Jonggrang. Struktur ini memberikan kepuasan bagi pembaca karena konflik terselesaikan dengan jelas dan meninggalkan kesan mendalam.

Struktur Cerita Klasik Panji

Kisah Panji memiliki banyak versi dengan berbagai variasi. Kita akan mengambil salah satu kisah Panji yang populer, yaitu kisah Panji Asmarabangun dan Dewi Sekartaji.

Struktur Cerita Klasik

Eksposisi/Pendahuluan/Pengenal n: Cerita memperkenalkan Panji Asmarabangun, pangeran yang gagah berani dan ahli bela diri. 

Contoh: Di Kerajaan Jenggala, hiduplah seorang pangeran tampan bernama Raden Panji Asmarabangun. Ia dikenal karena kecerdasannya dan keberaniannya. Sementara itu, di Kerajaan Kediri, hiduplah Dewi Sekartaji, seorang putri yang cantik jelita dan memiliki hati yang baik. Keduanya jatuh cinta pada pandangan pertama saat bertemu dalam sebuah perlombaan.

Meningkatnya Tindakan/Konflik: Panji menghadapi berbagai rintangan, seperti kehilangan kekasihnya, Candra Kirana, yang diculik oleh raja raksasa. 

Contoh: Cinta mereka terhalang oleh perbedaan status sosial dan pertentangan antara kedua kerajaan. Raja Kediri ingin menjodohkan Dewi Sekartaji dengan pangeran dari kerajaan lain. Panji dan Sekartaji pun harus menghadapi berbagai rintangan dan cobaan untuk mempertahankan cinta mereka.

Klimak: Panji berjuang untuk menyelamatkan Candra Kirana dan mengalahkan musuh-musuhnya. 

Contoh: Untuk menghindari perjodohan yang tidak diinginkan, Dewi Sekartaji menyamar sebagai seorang laki-laki dan mengikuti sayembara yang diadakan oleh Raja Kediri. Dalam sayembara tersebut, Panji dan Sekartaji bertemu kembali, namun keduanya tidak saling mengenal karena penyamaran Dewi Sekartaji.

Turunnya Resolusi: Panji berhasil menyelamatkan Candra Kirana dan mengalahkan musuh-musuhnya. 

Contoh: Setelah melewati berbagai petualangan dan rintangan, identitas Dewi Sekartaji akhirnya terungkap. Raja Kediri pun merestui hubungan mereka. Namun, muncullah ancaman baru dari musuh-musuh kerajaan yang ingin memisahkan mereka.

Resolusi/Penutup: Cerita berakhir dengan kebahagiaan Panji dan Candra Kirana yang bersatu kembali.

Contoh: Panji dan Sekartaji berhasil mengatasi semua rintangan dan ancaman. Mereka akhirnya menikah dan hidup bahagia bersama. Kerajaan Jenggala dan Kediri hidup dalam damai dan sejahtera di bawah kepemimpinan mereka.

Analisis Struktur: Kisah Panji Asmarabangun sangat sesuai dengan struktur cerita klasik. Eksposisi memperkenalkan tokoh utama dan latar, konflik muncul dari perbedaan status sosial dan pertentangan antara kedua kerajaan, klimaks terjadi saat identitas Dewi Sekartaji terungkap, dan resolusi adalah pernikahan mereka dan hidup bahagia bersama. Kisah Panji Asmarabangun adalah contoh klasik dari struktur cerita yang efektif. Dengan mengikuti struktur ini, cerita menjadi lebih menarik dan mudah diikuti. Kisah cinta antara Panji dan Sekartaji telah menjadi legenda yang abadi dan terus menginspirasi banyak orang.

Keterangan Struktur Cerita dalam Roro Jonggrang dan Panji:

Eksposisi: Kedua cerita memperkenalkan tokoh utama dan latar belakang cerita dengan jelas. 

Konflik: Konflik dalam kedua cerita merupakan penggerak utama alur. Konflik dalam Roro Jonggrang bersifat internal, yaitu konflik antara Roro Jonggrang dengan kesombongannya sendiri. Sementara konflik dalam Panji bersifat eksternal, yaitu konflik antara Panji dengan musuh-musuhnya.

Klimaks: Klimaks dalam kedua cerita merupakan titik puncak konflik. Dalam Roro Jonggrang, klimaks terjadi ketika Roro Jonggrang berusaha menggagalkan Bandung Bondowoso. Dalam Panji, klimaks terjadi ketika Panji berjuang untuk menyelamatkan Candra Kirana.

Resolusi: Resolusi dalam kedua cerita memberikan penyelesaian terhadap konflik. Dalam Roro Jonggrang, resolusi bersifat tragis, yaitu Roro Jonggrang diubah menjadi patung. Dalam Panji, resolusi bersifat bahagia, yaitu Panji dan Candra Kirana bersatu kembali.

Penutup: Penutup dalam kedua cerita memberikan pesan moral dan meninggalkan kesan mendalam bagi pembaca.

Struktur cerita yang kuat merupakan kunci untuk membangun narasi yang menarik dan berkesan. Roro Jonggrang dan Panji menunjukkan bagaimana struktur cerita yang baik dapat membangun alur yang mengalir, konflik yang menarik, dan resolusi yang memuaskan. Dengan memahami struktur cerita, kita dapat lebih memahami dan menikmati cerita rakyat Indonesia yang kaya dan penuh makna.

Referensi Jurnal yang bisa dibaca

"Narrative Structure and Reader Engagement: A Cognitive Perspective" oleh David Herman (2018)

"The Power of Story: The Transformative Narrative Structure" oleh Christoph

er Booker (2004)

"The Art of Storytelling: A Guide to Narrative Structure" oleh John Truby (2007)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun