Turunnya Tindakan/Resolusi: Bandung Bondowoso marah dan mengutuk Roro Jonggrang menjadi patung.Â
Contoh: Saat matahari mulai terbit, Bandung Bondowoso menyadari bahwa ia hampir saja kalah. Dalam kemarahannya, ia mengutuk Roro Jonggrang menjadi arca yang melengkapi seribu candi yang telah dibangun.
Penutup: Cerita berakhir dengan kisah tragis Roro Jonggrang yang terukir menjadi patung di Candi Prambanan.
Contoh: Roro Jonggrang pun menjadi arca candi yang indah, namun ia harus menanggung penyesalan atas kesombongannya. Kisah cinta yang tragis ini menjadi legenda yang abadi dan candi-candi yang dibangun menjadi saksi bisu atas kisah cinta yang berakhir menyedihkan.
Analisis Struktur: Cerita Roro Jonggrang sangat sesuai dengan struktur cerita klasik. Eksposisi memperkenalkan tokoh dan latar, konflik muncul dari keinginan Bandung Bondowoso untuk mempersunting Roro Jonggrang, klimaks terjadi saat Roro Jonggrang berusaha menggagalkan rencana Bandung Bondowoso, dan resolusi adalah kutukan yang menimpa Roro Jonggrang. Struktur ini memberikan kepuasan bagi pembaca karena konflik terselesaikan dengan jelas dan meninggalkan kesan mendalam.
Struktur Cerita Klasik Panji
Kisah Panji memiliki banyak versi dengan berbagai variasi. Kita akan mengambil salah satu kisah Panji yang populer, yaitu kisah Panji Asmarabangun dan Dewi Sekartaji.
Struktur Cerita Klasik
Eksposisi/Pendahuluan/Pengenal n: Cerita memperkenalkan Panji Asmarabangun, pangeran yang gagah berani dan ahli bela diri.Â
Contoh: Di Kerajaan Jenggala, hiduplah seorang pangeran tampan bernama Raden Panji Asmarabangun. Ia dikenal karena kecerdasannya dan keberaniannya. Sementara itu, di Kerajaan Kediri, hiduplah Dewi Sekartaji, seorang putri yang cantik jelita dan memiliki hati yang baik. Keduanya jatuh cinta pada pandangan pertama saat bertemu dalam sebuah perlombaan.
Meningkatnya Tindakan/Konflik: Panji menghadapi berbagai rintangan, seperti kehilangan kekasihnya, Candra Kirana, yang diculik oleh raja raksasa.Â