Mentari membara, langit biru terbakar,Â
Udara panas membelah, keringat menetes tak terkira.Â
Kuterima dengan ikhlas, panasnya hari ini,Â
Sebagai ujian, sebagai cobaan, untuk diriku sendiri.
Bumi terik, dedaunan layu,Â
Namun hatiku tetap tenang, tak terburu-buru.Â
Kuterima dengan sabar, panasnya hari ini,
Sebagai tanda, bahwa hidup ini penuh dengan misteri.
Di balik panasnya hari, tersimpan makna,Â
Tentang kekuatan, tentang ketabahan, tentang rasa.Â
Kuterima dengan lapang dada, panasnya hari ini,Â
Sebagai pelajaran, untuk menjadi pribadi yang lebih tangguh lagi.
Kuterima dengan ikhlas, panasnya hari ini,Â
Sebagai bukti, bahwa hidup ini penuh dengan misteri.Â
Kuterima dengan sabar, panasnya hari ini,Â
Sebagai tanda, bahwa aku masih bisa bertahan dan berlari. .
Di Sabu Raijua, di bawah langit yang membara,
Kutemukan kekuatan dalam jiwa.
Panasnya mentari, menguatkan semangatku,
Untuk meraih mimpi, setinggi langit biru.
Di antara bebatuan karang dan ombak yang ganas,
Kutemukan kedamaian dalam hatiku yang keras.
Panasnya siang hari, menjadi saksi bisu,
Bahwa aku takkan menyerah, walau badai menerpa.
Sabu Raijua, tanah kelahiranku yang tercinta,
Engkau mengajarkanku arti kehidupan yang sebenarnya.
Panasnya mentari, mengajariku bersabar,
Dan mengajariku untuk selalu menghargai.
Siapa bangga menjadi anak Sabu Raijua,
Yang tumbuh kuat di bawah terik mentari.
Panasnya hari ini, menjadi semangatmu,
Untuk terus berkarya dan mengabdi.
Semoga panasnya Sabu Raijua,
Menginspirasi banyak orang.
Untuk selalu tegar dan pantang menyerah,
Menghadapi hidup dengan  segala rintangan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI