Mohon tunggu...
Siti Khoirnafiya
Siti Khoirnafiya Mohon Tunggu... Lainnya - Pamong budaya

Antropolog, menyukai kajian tentang bidang kebudayaan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Wani Ngalah Luhur Wekasane di Dunia Kerja

10 September 2024   15:08 Diperbarui: 10 September 2024   15:09 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wani Ngalah Luhur Wekasane: Sebuah Perspektif Positioning dalam Membangun Keunggulan Kompetitif

Pepatah Jawa "Wani Ngalah Luhur Wekasane" mengandung makna mendalam tentang pentingnya kerendahan hati dan sikap legowo dalam mencapai tujuan. Dalam konteks bisnis dan persaingan, prinsip ini dapat diinterpretasikan sebagai strategi positioning yang efektif untuk membangun keunggulan kompetitif. 

Positioning: Membangun Citra yang Berbeda

Positioning, menurut Al Ries dan Jack Trout, adalah proses membangun citra yang unik dan berkesan di benak konsumen.  Strategi ini menekankan pada diferensiasi produk atau layanan dari pesaing, sehingga konsumen dapat dengan mudah mengenali dan memilihnya.

 "Positioning: The Battle for Your Mind" oleh Al Ries dan Jack Trout (1981). Al Ries dan Jack Trout berargumen bahwa dalam pasar yang semakin padat dan kompetitif, memenangkan hati dan pikiran konsumen bukanlah sekadar tentang kualitas produk, tetapi lebih kepada bagaimana sebuah merek diposisikan di benak konsumen. Setiap merek perlu memiliki posisi yang unik dan bermakna dalam pikiran konsumen. Posisi ini bukan sekadar klaim, melainkan persepsi yang terbentuk di benak konsumen melalui berbagai pesan pemasaran. Beberapa konsep kunci yang dibahas meliputi:

  • Pertempuran untuk mendapatkan ruang di benak konsumen: Dalam dunia yang penuh informasi, setiap merek berjuang untuk mendapatkan perhatian dan ingatan konsumen.

  • Pentingnya menjadi yang pertama: Merek yang pertama kali berhasil menciptakan kategori atau menduduki posisi tertentu dalam benak konsumen cenderung memiliki keunggulan kompetitif yang kuat.

  • Positioning bukanlah apa yang Anda tambahkan pada produk, tetapi apa yang Anda kurangkan dari pesan: Fokus pada pesan yang sederhana, jelas, dan mudah diingat.

  • Repositioning: Terkadang, merek perlu mengubah posisinya untuk tetap relevan dan kompetitif.

Wani Ngalah: Sebuah Strategi Positioning yang Unik

"Wani Ngalah" dalam konteks positioning dapat diartikan sebagai:

  • Bersikap rendah hati:  Tidak memaksakan diri untuk menjadi yang terbaik, tetapi fokus pada nilai tambah yang ditawarkan kepada konsumen.

  • Memprioritaskan kebutuhan konsumen:  Menempatkan kebutuhan dan keinginan konsumen di atas kepentingan sendiri.

  • Bersikap fleksibel dan adaptif:  Bersedia mengubah strategi dan pendekatan untuk memenuhi kebutuhan yang terus berkembang.

  • Membangun kolaborasi:  Bersedia bekerja sama dengan pihak lain untuk mencapai tujuan bersama.

Luhur Wekasane: Mencapai Keunggulan Kompetitif

"Luhur Wekasane" dalam konteks positioning dapat diartikan sebagai:

  • Membangun reputasi yang kuat:  Keberhasilan dalam jangka panjang didasarkan pada kepercayaan dan loyalitas konsumen.

  • Membangun hubungan jangka panjang:  Membangun hubungan yang kuat dengan konsumen dan mitra bisnis.

  • Menciptakan nilai tambah yang berkelanjutan:  Menawarkan produk atau layanan yang terus berkembang dan memenuhi kebutuhan konsumen.

Meskipun pada pandangan pertama kedua konsep ini tampak berbeda, namun terdapat beberapa titik temu yang menarik untuk didiskusikan.

"Positioning: The Battle for Your Mind" lebih menekankan pada persaingan pasar, di mana setiap merek berjuang untuk mendapatkan posisi yang paling menguntungkan di benak konsumen. Ini adalah sebuah "pertempuran" untuk mendapatkan perhatian dan preferensi konsumen. Sementara itu, "Menang ngalah luhur wekasane" memiliki nuansa yang lebih filosofis dan menekankan pada kebijaksanaan dalam mencapai tujuan. Konsep ini mengajarkan kita bahwa kemenangan yang sejati tidak selalu harus dengan cara mengalahkan lawan secara langsung, tetapi bisa juga dengan cara yang lebih halus dan bijaksana.

Kaitannya:

  • Kemenangan yang Lebih Besar: Baik dalam dunia bisnis maupun dalam kehidupan sehari-hari, kemenangan yang sejati bukanlah sekadar memenangkan persaingan saat ini, tetapi juga membangun reputasi yang baik dan hubungan yang kuat dengan pelanggan atau masyarakat. Ini sejalan dengan konsep "luhur wekasane" yang menekankan pada hasil jangka panjang.

  • Fokus pada Kekuatan Sendiri: Dalam positioning, sebuah merek perlu menemukan keunikan dan kekuatannya sendiri untuk membedakan diri dari pesaing. Ini mirip dengan konsep "menang ngalah" yang mendorong kita untuk mengembangkan potensi diri tanpa harus menjatuhkan orang lain.

  • Adaptasi dan Fleksibilitas: Dalam dunia bisnis yang dinamis, positioning sebuah merek harus terus disesuaikan dengan perubahan pasar dan perilaku konsumen. Ini membutuhkan fleksibilitas dan kemampuan untuk beradaptasi, yang juga merupakan nilai penting dalam filosofi Jawa.

Penerapan Menang Ngalah Luhur Wekasane 

"Wani Ngalah Luhur Wekasane" merupakan filosofi Jawa yang dapat diterapkan dalam strategi positioning untuk membangun keunggulan kompetitif. Dengan bersikap rendah hati, fokus pada kebutuhan konsumen, dan membangun hubungan jangka panjang, bisnis dapat mencapai kesuksesan yang berkelanjutan. 

Penerapan konsep "menang ngalah luhur wekasane" dalam dunia bisnis modern sangat relevan dan memiliki potensi yang besar untuk membawa kesuksesan yang berkelanjutan. 

Relevansi dalam Dunia Bisnis Modern:

  • Persaingan yang Semakin Ketat: Dalam era globalisasi, persaingan bisnis semakin ketat. Konsep "mengalah" bukan berarti menyerah, melainkan mencari solusi win-win yang menguntungkan semua pihak. Dengan mengalah pada beberapa hal yang tidak terlalu signifikan, bisnis dapat membangun hubungan yang lebih kuat dengan mitra, pelanggan, dan pemangku kepentingan lainnya.

  • Reputasi Merek: Merek yang memiliki reputasi baik akan lebih mudah menarik pelanggan dan mitra bisnis. Sikap "menang ngalah" dapat membantu membangun reputasi yang positif karena menunjukkan bahwa perusahaan peduli dengan kepentingan orang lain dan tidak hanya mengejar keuntungan semata.

  • Inovasi dan Adaptasi: Dunia bisnis terus berubah dengan cepat. Perusahaan yang terlalu keras kepala mempertahankan posisinya akan sulit beradaptasi dengan perubahan. Sikap "mengalah" dalam hal tertentu dapat membuka peluang untuk inovasi dan pengembangan bisnis yang lebih baik.

  • Keberlanjutan: Bisnis yang berkelanjutan tidak hanya fokus pada keuntungan jangka pendek, tetapi juga memperhatikan dampak sosial dan lingkungan. Konsep "luhur wekasane" mengajarkan kita untuk berpikir jangka panjang dan membangun bisnis yang berkelanjutan.

Contoh Penerapan:

  • Kemitraan Strategis: Dalam menjalin kemitraan, perusahaan yang menerapkan konsep "menang ngalah" akan lebih mudah mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan. Mereka bersedia mengalah pada beberapa hal yang tidak terlalu penting demi membangun hubungan jangka panjang.

  • Pelayanan Pelanggan: Perusahaan yang memberikan pelayanan pelanggan yang sangat baik seringkali bersedia mengalah pada beberapa tuntutan pelanggan yang wajar. Hal ini dapat meningkatkan kepuasan pelanggan dan loyalitas merek.

  • Tanggung Jawab Sosial: Banyak perusahaan besar saat ini menjalankan program tanggung jawab sosial. Ini adalah contoh konkret dari penerapan konsep "menang ngalah", di mana perusahaan mengorbankan sebagian keuntungannya untuk memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.

Tantangan dan Pertimbangan:

  • Menentukan Kapan Harus Mengalah: Tidak semua situasi memerlukan sikap "mengalah". Penting untuk dapat membedakan antara situasi di mana kita perlu mengalah dan situasi di mana kita harus tetap berjuang.

  • Menjaga Keseimbangan: Sikap "mengalah" yang berlebihan dapat membuat perusahaan menjadi terlalu lunak dan mudah dimanfaatkan oleh pihak lain. Penting untuk menjaga keseimbangan antara sikap tegas dan fleksibel.

  • Budaya Perusahaan: Penerapan konsep ini membutuhkan perubahan budaya perusahaan. Membangun budaya yang menghargai kerja sama, empati, dan keberlanjutan membutuhkan waktu dan komitmen yang kuat dari seluruh anggota organisasi.:

Konsep "menang ngalah luhur wekasane" adalah sebuah filosofi yang sangat relevan dalam dunia bisnis modern. Dengan menerapkan konsep ini, perusahaan dapat membangun reputasi yang baik, menjalin hubungan yang kuat dengan mitra dan pelanggan, serta mencapai keberhasilan jangka panjang. Namun, penerapan konsep ini membutuhkan kehati-hatian dan pemahaman yang mendalam tentang konteks bisnis yang spesifik.

Ada beberapa contoh perusahaan yang bisa dikaitkan dengan menerapkan " memang ngalah luhur wekasane", meski ini memang perlu diteliti atau dikaji lebih dalam, di antaranya: 

  1. The Body Shop: Perusahaan kosmetik ini sejak awal telah berkomitmen pada etika bisnis yang baik, tidak melakukan pengujian pada hewan, dan menggunakan bahan-bahan alami. Meskipun ada banyak pesaing yang menawarkan produk serupa, The Body Shop tetap memiliki basis pelanggan yang setia karena nilai-nilai yang mereka yakini.

  2. IKEA: Raksasa furnitur asal Swedia ini dikenal dengan desain yang sederhana, fungsional, dan harga yang terjangkau. IKEA juga sangat memperhatikan keberlanjutan, menggunakan bahan-bahan yang ramah lingkungan dan mendorong daur ulang. Dengan pendekatan ini, IKEA berhasil menjadi pemimpin pasar furnitur global.

Contoh perusahaan tersebut  memiliki beberapa karakteristik umum:

  • Nilai-nilai yang kuat: Mereka memiliki nilai-nilai inti yang menjadi pedoman dalam setiap keputusan bisnis.

  • Fokus pada jangka panjang: Mereka tidak hanya mengejar keuntungan jangka pendek, tetapi juga membangun bisnis yang berkelanjutan.

  • Kemitraan yang kuat: Mereka membangun hubungan yang kuat dengan pemasok, pelanggan, dan komunitas.

  • Inovasi yang berkelanjutan: Mereka terus berinovasi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang terus berubah.

Tantangan dalam Menerapkan Konsep "Menang Ngalah Luhur Wekasane"

  • Tekanan untuk Menang Cepat: Dalam lingkungan bisnis yang serba cepat, seringkali ada tekanan untuk menghasilkan hasil yang instan. Konsep "luhur wekasane" yang menekankan pada jangka panjang bisa bertentangan dengan tuntutan segera ini.

  • Ego dan Gengsi: Terkadang, ego dan gengsi dapat menghalangi seseorang untuk mengalah. Terutama dalam negosiasi atau persaingan, keinginan untuk menang bisa mengalahkan pertimbangan jangka panjang.

  • Kurangnya Kepercayaan: Membutuhkan tingkat kepercayaan yang tinggi untuk berani mengalah. Jika tidak ada kepercayaan bahwa pihak lain akan menghargai sikap tersebut, maka sulit untuk menerapkan konsep ini.

  • Kultur Perusahaan: Jika budaya perusahaan sangat kompetitif dan individualistis, akan sulit untuk mengubah mindset menjadi lebih kolaboratif dan berorientasi pada kepentingan bersama.

Strategi untuk Menerapkan Konsep "Menang Ngalah Luhur Wekasane"

  • Fokus pada Nilai-Nilai Jangka Panjang: Mulai dengan mengidentifikasi nilai-nilai inti perusahaan yang sejalan dengan konsep "luhur wekasane". Komunikasikan nilai-nilai ini secara jelas kepada seluruh karyawan.

  • Bangun Kepercayaan: Ciptakan lingkungan kerja yang terbuka, jujur, dan saling menghormati. Dorong komunikasi yang efektif dan kolaborasi antar tim.

  • Latihan Empati: Ajak karyawan untuk memahami perspektif orang lain, baik itu pelanggan, mitra bisnis, maupun rekan kerja.

  • Berikan Contoh: Pemimpin perusahaan harus menjadi role model dalam menerapkan nilai-nilai ini. Tunjukkan bahwa mengalah dalam situasi tertentu dapat membawa hasil yang lebih baik dalam jangka panjang.

  • Ukur Keberhasilan: Jangan hanya mengukur keberhasilan berdasarkan keuntungan finansial jangka pendek. Pertimbangkan juga faktor-faktor lain seperti kepuasan pelanggan, loyalitas karyawan, dan dampak sosial.

Simpulnya menerapkan konsep "menang ngalah luhur wekasane" membutuhkan kesabaran, komitmen, dan perubahan budaya yang mendalam. Namun, manfaat jangka panjang yang diperoleh jauh lebih besar dibandingkan dengan keuntungan jangka pendek yang diperoleh dengan cara yang tidak etis. Dengan menerapkan konsep ini, perusahaan tidak hanya akan mencapai kesuksesan finansial, tetapi juga akan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.

Semoga bermanfaat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun