Mohon tunggu...
Siti Khoirnafiya
Siti Khoirnafiya Mohon Tunggu... Lainnya - Pamong budaya

Antropolog, menyukai kajian tentang bidang kebudayaan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lamaran dalam Tradisi Perkawinan Nusantara: Sebuah Tinjauan

11 Agustus 2024   15:17 Diperbarui: 11 Agustus 2024   15:28 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Lamaran merupakan tahap penting dalam prosesi perkawinan di berbagai budaya di Nusantara. Lebih dari sekadar pertukaran janji, lamaran menjadi simbol penghormatan, komunikasi antar keluarga, dan penegasan komitmen menuju pernikahan. Tulisan ini akan membahas secara mendalam mengenai peran lamaran dalam tradisi perkawinan di Nusantara, serta menyajikan tinjauan terhadap penelitian terbaru terkait topik ini.

Perbedaan Prosesi Lamaran di Berbagai Daerah di Indonesia: Kekayaan Budaya dalam Satu Negeri

Indonesia, dengan keberagaman budaya dan etniknya, memiliki kekayaan tradisi yang sangat menarik, termasuk dalam prosesi lamaran. Setiap daerah memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri dalam melaksanakan prosesi ini.

Ada beberapa pembeda dalam prosesi lamaran, di antaranya: 

  • Adat Istiadat: Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki adat istiadat yang berbeda-beda, termasuk dalam hal perkawinan. Adat istiadat ini sangat mempengaruhi tata cara dan simbol-simbol yang digunakan dalam prosesi lamaran.

  • Agama: Agama juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pelaksanaan prosesi lamaran. Tiap agama memiliki tata cara dan nilai-nilai yang harus dipenuhi dalam pernikahan.

  • Status Sosial: Status sosial kedua keluarga juga dapat mempengaruhi tata cara lamaran. Keluarga dengan status sosial tinggi cenderung memiliki prosesi lamaran yang lebih besar dan formal.

Contoh Perbedaan Prosesi Lamaran di Beberapa Daerah

  • Jawa: Prosesi lamaran di Jawa sangat kental dengan nilai-nilai sopan santun dan tata krama. Pihak pria biasanya membawa seserahan yang terdiri dari berbagai macam makanan, pakaian, dan perhiasan. Prosesi lamaran juga melibatkan perantara atau mak comblang.

  • Bali: Di Bali, prosesi lamaran disebut dengan ngaturang tirta. Pihak pria akan membawa air suci (tirta) sebagai simbol pembersihan dan permohonan restu. Prosesi ini dilakukan di pura keluarga.

  • Batak: Prosesi lamaran di Batak disebut dengan martupol. Pihak pria akan membawa ulos (kain khas Batak) sebagai tanda keseriusan. Prosesi ini juga melibatkan tukar cincin dan pemberian mahar.

  • Minangkabau: Pada tradisi Minangkabau, prosesi lamaran disebut dengan maradat. Uniknya, dalam masyarakat Minangkabau, pihak perempuan yang melamar pihak laki-laki. Prosesi ini juga melibatkan tukar cincin dan pemberian mahar.

  • Papua: Prosesi lamaran di Papua sangat beragam tergantung suku dan daerahnya. Umumnya, pihak pria akan membawa mas kawin berupa babi, kerang, atau benda-benda berharga lainnya. Prosesi ini juga melibatkan tarian dan nyanyian adat.

Simbolisme dan Peran dalam Prosesi Lamaran

Setiap benda atau tindakan dalam prosesi lamaran memiliki simbolisme tersendiri. Beberapa simbol yang umum ditemukan antara lain:

  • Seserahan: Melambangkan keseriusan pihak pria dan harapan agar kehidupan rumah tangga calon mempelai wanita menjadi lebih lengkap.

  • Cincin: Melambangkan keabadian cinta dan ikatan pernikahan.

  • Ulos: (Khas Batak) Melambangkan perlindungan, keberkahan, dan doa restu bagi pasangan yang akan menikah.

  • Air suci: (Khas Bali) Melambangkan penyucian dan permohonan berkah kepada Tuhan.

Perbedaan prosesi lamaran di berbagai daerah di Indonesia merupakan cerminan kekayaan budaya dan keberagaman masyarakat Indonesia. 

Tradisi perkawinan di Nusantara memiliki beragam bentuk dan makna, dengan lamaran sebagai salah satu tahapan penting yang menandai dimulainya prosesi pernikahan. Peran lamaran dalam tradisi perkawinan Nusantara tidak hanya sebatas menyampaikan niat untuk menikah, tetapi juga mengandung makna simbolis dan filosofis yang mendalam. 

Berikut beberapa peran lamaran dalam tradisi perkawinan Nusantara:

1. Menyatakan Niat dan Permohonan Restu:

  •  Lamaran menjadi momen formal bagi pihak pria untuk menyatakan niat dan keinginan untuk menikahi wanita pilihannya. 

  •  Prosesi ini juga menjadi kesempatan untuk meminta restu dan izin dari orang tua wanita, serta keluarga besarnya. 

  •  Hal ini menunjukkan rasa hormat dan penghargaan terhadap keluarga wanita, serta membangun pondasi yang kuat untuk hubungan pernikahan di masa depan.

2. Memperkenalkan Kedua Keluarga:

  •  Lamaran menjadi ajang pertemuan resmi antara kedua keluarga, baik dari pihak pria maupun wanita. 

  •  Pertemuan ini memungkinkan kedua keluarga untuk saling mengenal, membangun komunikasi, dan menyamakan persepsi mengenai pernikahan yang akan dilangsungkan. 

  •  Hal ini penting untuk membangun hubungan yang harmonis dan saling mendukung antara kedua keluarga, yang akan menjadi fondasi bagi keluarga baru yang akan dibentuk.

3. Menentukan Kesepakatan dan Syarat Pernikahan:

  •  Lamaran menjadi momen untuk membahas dan menyepakati berbagai hal terkait pernikahan, seperti tanggal pernikahan, mahar, dan lain sebagainya. 

  •  Proses ini melibatkan negosiasi dan diskusi antara kedua keluarga, yang bertujuan untuk mencapai kesepakatan yang adil dan saling menguntungkan. 

  •  Kesepakatan yang tercapai dalam lamaran menjadi dasar hukum dan moral bagi pernikahan yang akan dilangsungkan.

4. Menjalin Silaturahmi dan Mempererat Hubungan:

  •  Lamaran menjadi momen untuk mempererat hubungan silaturahmi antara kedua keluarga. 

  •  Acara ini biasanya diiringi dengan berbagai kegiatan sosial, seperti makan bersama, bernyanyi, dan bercanda. 

  •  Hal ini menciptakan suasana yang hangat dan akrab, serta memperkuat ikatan batin antara kedua keluarga.

5. Menandai Dimulainya Prosesi Pernikahan:

  •  Lamaran menjadi titik awal dari rangkaian prosesi pernikahan yang akan dilangsungkan. 

  •  Setelah lamaran diterima, kedua keluarga akan mulai mempersiapkan berbagai hal terkait pernikahan, seperti menentukan tanggal pernikahan, memesan gedung, dan lain sebagainya. 

  •  Lamaran menjadi momen penting yang menandai dimulainya perjalanan baru menuju pernikahan yang sakral dan penuh makna.

Peran lamaran dalam tradisi perkawinan  juga terkait dengan beberapa hal, di antaranya:

  • Penghormatan kepada Keluarga: Lamaran adalah bentuk penghormatan kepada keluarga calon mempelai wanita. Prosesi ini menunjukkan keseriusan pihak pria dalam menjalin hubungan dan meminta izin untuk mempersunting pujaan hatinya.

  • Komunikasi Antar Keluarga: Lamaran menjadi ajang pertemuan antara kedua belah keluarga untuk saling mengenal lebih dekat. Melalui perbincangan dan negosiasi, terjalin hubungan yang lebih erat antara kedua keluarga.

  • Penegasan Komitmen: Lamaran merupakan penegasan komitmen kedua calon mempelai untuk melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan. Prosesi ini juga menjadi tanda dimulainya persiapan pernikahan.

  • Pembawa Berkah: Dalam beberapa budaya, lamaran dianggap sebagai pembawa berkah bagi pasangan yang akan menikah. Upacara adat yang dilakukan selama prosesi lamaran diyakini dapat melindungi dan memberkati hubungan mereka.

  • Prestise Sosial: Di beberapa masyarakat, lamaran juga memiliki makna prestise sosial. Besar kecilnya acara lamaran dapat mencerminkan status sosial kedua keluarga.

Tinjauan Penelitian 

Penelitian terbaru mengenai lamaran dalam tradisi perkawinan di Nusantara menunjukkan beberapa temuan menarik:

  • Perubahan Fungsi Lamaran: Seiring dengan perubahan zaman, fungsi lamaran mengalami pergeseran. Jika dulu lamaran lebih bersifat formal dan kaku, kini banyak pasangan yang lebih memilih acara lamaran yang lebih santai dan sesuai dengan kepribadian mereka.

  • Pengaruh Budaya Populer: Budaya populer, seperti film dan sinetron, turut mempengaruhi cara pandang masyarakat terhadap prosesi lamaran. Banyak pasangan yang terinspirasi oleh adegan-adegan romantis dalam film untuk merencanakan lamaran mereka.

  • Peran Teknologi: Teknologi semakin memudahkan pasangan dalam merencanakan dan melaksanakan prosesi lamaran. Media sosial digunakan untuk berbagi momen spesial ini dengan keluarga dan teman-teman.

  • Tantangan Modernisasi: Modernisasi membawa tantangan tersendiri bagi tradisi lamaran. Konflik antara nilai-nilai tradisional dan gaya hidup modern seringkali muncul dalam perencanaan acara lamaran.

Dampak Modernisasi terhadap Tradisi Perkawinan

Modernisasi telah membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk dalam tradisi perkawinan. Perubahan ini dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, baik positif maupun negatif.

Dampak Positif

  • Egalitarianisme: Perkawinan modern semakin menjunjung tinggi kesetaraan gender. Perempuan memiliki hak yang sama dalam memilih pasangan, menentukan masa depan pernikahan, dan berperan dalam kehidupan rumah tangga.

  • Pilihan yang lebih luas: Pilihan pasangan hidup semakin beragam, tidak lagi terbatas pada lingkungan sekitar. Teknologi memungkinkan individu untuk bertemu dan menjalin hubungan dengan orang dari berbagai latar belakang.

  • Pernikahan berdasarkan cinta: Pernikahan modern lebih didasarkan pada cinta dan kesamaan minat, dibandingkan perjodohan yang diatur oleh keluarga.

  • Perencanaan yang matang: Pasangan modern cenderung lebih matang dalam merencanakan pernikahan, termasuk finansial, karir, dan kehidupan bersama.

Dampak Negatif

  • Hilangnya nilai-nilai tradisional: Beberapa nilai-nilai tradisional yang terkait dengan pernikahan, seperti pentingnya restu orang tua atau peranan keluarga besar, cenderung diabaikan.

  • Meningkatnya angka perceraian: Fleksibilitas dalam perkawinan modern dapat menyebabkan meningkatnya angka perceraian, karena pasangan merasa lebih mudah untuk mengakhiri hubungan jika menghadapi masalah.

  • Materialisme: Pernikahan modern seringkali diwarnai oleh tuntutan materialisme, seperti pesta pernikahan yang mewah dan hadiah-hadiah mahal.

  • Kurangnya komitmen: Konsep pernikahan seumur hidup mulai terkikis, dan banyak pasangan memilih untuk hidup bersama tanpa ikatan pernikahan yang resmi.

Tantangan dalam Melestarikan Tradisi Lamaran

  • Modernisasi: Perkembangan zaman dan pengaruh budaya asing membuat banyak generasi muda lebih memilih prosesi lamaran yang sederhana dan modern.

  • Globalisasi: Globalisasi mempertemukan berbagai budaya sehingga tradisi lamaran tradisional terkadang mengalami akulturasi.

  • Perubahan nilai: Perubahan nilai dalam masyarakat juga mempengaruhi cara pandang terhadap tradisi lamaran.

Tantangan dalam melestarikan tradisi dengan beberapa kondisi, di antaranya: 

  • Menerima perubahan: Generasi muda seringkali memiliki pandangan yang berbeda tentang pernikahan dibandingkan generasi sebelumnya.

  • Menemukan keseimbangan: Menemukan keseimbangan antara nilai-nilai tradisional dan modern adalah tantangan yang kompleks.

  • Adaptasi terhadap globalisasi: Pengaruh budaya asing dapat menggeser nilai-nilai lokal dalam pernikahan.

Pentingnya Melestarikan Tradisi

Melestarikan tradisi lamaran sangat penting untuk menjaga identitas budaya bangsa. Dengan memahami dan menghargai perbedaan budaya, kita dapat memperkaya khazanah budaya Indonesia

Solusi untuk Menjaga Kelangsungan Tradisi

  • Selektif dalam mengadopsi modernisasi: Tidak semua aspek modernisasi perlu diadopsi. Pilihlah nilai-nilai modern yang positif dan sesuai dengan nilai-nilai tradisional.

  • Pendidikan: Pendidikan tentang pentingnya menjaga tradisi perkawinan perlu diberikan kepada generasi muda.

  • Dialog antar generasi: Dialog yang terbuka antara generasi tua dan muda dapat membantu menemukan titik temu dan saling memahami.

  • Inovasi dalam tradisi: Tradisi perkawinan dapat diperbarui dengan cara yang kreatif, sehingga tetap relevan dengan zaman modern.

Modernisasi telah membawa perubahan yang signifikan terhadap tradisi perkawinan. Tantangannya adalah bagaimana kita dapat menjaga nilai-nilai luhur dalam tradisi perkawinan sambil tetap beradaptasi dengan perubahan zaman. Dengan sikap terbuka, saling pengertian, dan inovasi, kita dapat membangun masa depan pernikahan yang lebih baik.

Tantangan dalam Menggelar Pernikahan Lintas Budaya

Pernikahan lintas budaya semakin umum terjadi di era globalisasi ini. Namun, di balik keindahan cinta lintas batas, terdapat sejumlah tantangan yang perlu dihadapi oleh pasangan. Berikut adalah beberapa tantangan umum yang sering ditemui dalam menggelar pernikahan lintas budaya:

1. Perbedaan Budaya dan Tradisi

  • Tata Cara Upacara: Setiap budaya memiliki tata cara upacara pernikahan yang berbeda, mulai dari persiapan, prosesi, hingga makna simbol-simbol yang digunakan. Menemukan titik temu dan menggabungkan kedua tradisi dapat menjadi tantangan tersendiri.

  • Nilai dan Keyakinan: Perbedaan nilai dan keyakinan agama dapat memengaruhi keputusan-keputusan penting dalam pernikahan, seperti pemilihan tempat ibadah, makanan yang disajikan, hingga pakaian yang digunakan.

  • Peran Gender: Persepsi tentang peran gender dalam rumah tangga bisa berbeda antara kedua budaya. Mencapai kesepakatan mengenai pembagian tugas rumah tangga dan pengasuhan anak dapat menjadi tantangan.

2. Tekanan Keluarga

  • Ekspektasi Keluarga: Keluarga dari kedua belah pihak sering kali memiliki ekspektasi yang berbeda mengenai pernikahan. Mereka mungkin mengharapkan agar pernikahan dilakukan sesuai dengan tradisi keluarga masing-masing.

  • Penerimaan Keluarga: Tidak semua keluarga menerima pernikahan lintas budaya dengan terbuka. Ada kemungkinan muncul penolakan atau prasangka dari salah satu atau kedua belah pihak keluarga.

3. Komunikasi

  • Hambatan Bahasa: Jika kedua pasangan berasal dari latar belakang bahasa yang berbeda, komunikasi dapat menjadi kendala. Miskomunikasi dapat memicu konflik dan kesalahpahaman.

  • Perbedaan Gaya Komunikasi: Setiap budaya memiliki gaya komunikasi yang unik. Perbedaan dalam gaya komunikasi dapat menyebabkan kesalahpahaman dan konflik.

4. Lingkungan Sosial

  • Diskriminasi: Pasangan lintas budaya mungkin menghadapi diskriminasi dari lingkungan sekitar, baik dari keluarga, teman, maupun masyarakat luas.

  • Adaptasi: Menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang baru dapat menjadi tantangan, terutama jika salah satu pasangan harus pindah ke negara atau budaya yang berbeda.

5. Legalitas

  • Persyaratan Hukum: Setiap negara memiliki persyaratan hukum yang berbeda untuk pernikahan. Pasangan lintas budaya perlu memastikan bahwa mereka memenuhi semua persyaratan hukum yang berlaku di negara tempat mereka akan menikah.

  • Pengakuan Pernikahan: Pengakuan pernikahan lintas budaya di negara asal masing-masing pasangan perlu dipastikan, terutama terkait masalah warisan dan hak-hak anak.

Tips Mengatasi Tantangan

  • Komunikasi Terbuka: Komunikasi yang jujur dan terbuka adalah kunci untuk mengatasi perbedaan.

  • Saling Menghormati: Saling menghormati budaya dan tradisi masing-masing adalah hal yang sangat penting.

  • Mencari Bantuan Profesional: Jangan ragu untuk mencari bantuan dari konselor pernikahan atau mediator budaya untuk membantu menyelesaikan masalah.

  • Membuat Kompromi: Bersedia untuk membuat kompromi adalah kunci keberhasilan dalam pernikahan lintas budaya.

  • Membangun Jaringan Sosial: Membangun jaringan sosial yang suportif dapat membantu pasangan merasa lebih nyaman dan diterima.

Pernikahan lintas budaya adalah sebuah petualangan yang penuh tantangan, namun juga sangat kaya akan pengalaman. Dengan kesabaran, pengertian, dan komitmen yang kuat, pasangan dapat mengatasi segala rintangan dan membangun kehidupan bersama yang bahagia.

Prinsipnya, lamaran merupakan bagian tak terpisahkan dari tradisi perkawinan di Nusantara. Meskipun fungsi dan bentuknya terus berkembang seiring dengan perubahan zaman, makna mendasar dari lamaran tetap sama, yaitu sebagai simbol penghormatan, komunikasi, dan komitmen. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa lamaran masih menjadi momen yang sangat penting bagi pasangan dan keluarga, meskipun dengan nuansa yang lebih modern.

Referensi yang bisa dipelajari lebih lanjut: 

 Buku:

     "Tradisi Perkawinan di Indonesia" oleh Koentjaraningrat

     "Antropologi Budaya Indonesia" oleh Koentjaraningrat

     "Perkawinan dan Keluarga di Indonesia" oleh Selo Soemardjan

     "Peran Lamaran dalam Tradisi Perkawinan Jawa" oleh Suwardi Endraswara

     "Makna Simbolis dalam Tradisi Perkawinan Minangkabau" oleh Zulkarnain

     "Tradisi Perkawinan di Nusa Tenggara Timur" oleh Agustinus

 Website:

     Kementerian Agama Republik Indonesia

     Badan Pusat Statistik (BPS)

     Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Catatan: 

 Tradisi perkawinan di Nusantara sangat beragam, sehingga peran lamaran di setiap daerah mungkin berbeda.  Referensi yang diberikan di atas hanya sebagai contoh, dan masih banyak sumber lain yang dapat diakses untuk mempelajari lebih lanjut tentang tradisi perkawinan di Nusantara.

Semoga informasi ini bermanfaat!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun