Mohon tunggu...
Siti Khoirnafiya
Siti Khoirnafiya Mohon Tunggu... Lainnya - Pamong budaya

Antropolog, menyukai kajian tentang bidang kebudayaan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Antropologi Kebijakan: Menjembatani Ilmu dan Praktik, Sebuah Pengantar

6 Agustus 2024   06:00 Diperbarui: 6 Agustus 2024   06:02 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Antropologi kebijakan merupakan bidang interdisipliner yang menggabungkan perspektif antropologi dengan proses pengambilan kebijakan. Bidang ini bertujuan untuk memahami bagaimana kebijakan publik dibentuk, diterapkan, dan berdampak pada masyarakat. 

Antropologi mempelajari kebijakan karena kebijakan memiliki dampak yang besar pada kehidupan manusia, dan antropologi bertujuan untuk memahami kehidupan manusia dalam semua kerumitannya. 

Berikut beberapa alasan mengapa antropologi mempelajari kebijakan:

  •  Memahami konteks sosial dan budaya: Antropologi membantu kita memahami bagaimana kebijakan dibentuk dan diterapkan dalam konteks sosial dan budaya tertentu. Ini penting untuk memastikan bahwa kebijakan efektif dan adil.

  •  Menghindari bias: Antropologi membantu kita menghindari bias dalam pembuatan kebijakan dengan memberikan perspektif yang holistik dan multi-dimensi.

  •  Meningkatkan partisipasi masyarakat: Antropologi dapat membantu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pembuatan kebijakan dengan memahami kebutuhan dan perspektif mereka.

  •  Mengevaluasi dampak kebijakan: Antropologi dapat membantu mengevaluasi dampak kebijakan terhadap masyarakat, baik positif maupun negatif.

Contoh Penerapan Antropologi Kebijakan:

  •  Program Kesehatan: Memahami praktik kesehatan tradisional dan kepercayaan masyarakat dalam merancang program kesehatan yang efektif.

  •  Program Pembangunan: Mengidentifikasi kebutuhan dan aspirasi masyarakat lokal dalam merancang program pembangunan yang berkelanjutan.

  •  Kebijakan Lingkungan: Memahami hubungan masyarakat dengan lingkungan dan budaya dalam merumuskan kebijakan lingkungan yang efektif.

Sejarah Antropologi kebijakan

Antropologi telah terlibat dalam studi kebijakan sejak awal abad ke-20. 

  • Awal abad ke-20: Antropologi digunakan untuk memahami budaya masyarakat pribumi dan membantu pemerintah kolonial dalam mengelola mereka.

  •  Pasca Perang Dunia Ke-2: Antropologi mulai digunakan untuk memahami dan mengatasi masalah sosial seperti kemiskinan, kesehatan, dan pendidikan.

  •  Tahun 1960-an dan 1970-an: Antropologi menjadi semakin terlibat dalam gerakan hak sipil dan gerakan anti-perang.

  •  Tahun 1980-an dan 1990-an: Antropologi mulai digunakan untuk memahami dan mengatasi masalah global seperti perubahan iklim, perdagangan internasional, dan migrasi.

Selain pentingnya antropologi kebijakan dan sejarah antropologi kebijakan. Bidang ini juga diminati oleh beberapa tokoh antropologi. Tokoh antropologi kebijakan adalah antropolog yang menerapkan pengetahuan dan metode antropologi untuk memecahkan masalah sosial dan kebijakan publik. Mereka bekerja dengan pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan lembaga internasional untuk memahami konteks sosial, budaya, dan perilaku manusia yang memengaruhi kebijakan. 

Berikut beberapa tokoh antropologi kebijakan dan gagasannya:

1. Nancy Scheper-Hughes:

  • Gagasan: Scheper-Hughes dikenal karena penelitiannya tentang kematian anak di Brasil dan kritiknya terhadap kebijakan kesehatan global. Dia berpendapat bahwa kebijakan kesehatan harus mempertimbangkan konteks sosial dan budaya, dan tidak hanya berfokus pada aspek medis. 

  •  Karya: "Death Without Weeping: The Violence of Everyday Life in Brazil" (1992)

2.  James Ferguson:

  • Gagasan: Ferguson mengkritik pendekatan pembangunan yang berpusat pada Barat dan berpendapat bahwa kebijakan pembangunan seringkali mengabaikan konteks lokal dan budaya. Dia menekankan pentingnya memahami perspektif lokal dalam merumuskan kebijakan.

  •  Karya: "The Anti-Politics Machine: 'Development', Depoliticization, and Bureaucratic Power in Lesotho" (1990)

3.  Lila Abu-Lughod:

  • Gagasan: Abu-Lughod berpendapat bahwa kebijakan luar negeri Amerika Serikat seringkali didasarkan pada pemahaman yang dangkal tentang budaya dan masyarakat lain. Dia menekankan pentingnya memahami perspektif lokal dan budaya dalam merumuskan kebijakan luar negeri.

  • Karya: "Do Muslim Women Really Need Saving? Anthropological Reflections on Cultural Relativism and Its Others" (2002)

4.  David Graeber:

  • Gagasan: Graeber adalah seorang antropolog yang dikenal karena kritiknya terhadap kapitalisme dan sistem ekonomi global. Dia berpendapat bahwa kebijakan ekonomi harus mempertimbangkan kebutuhan manusia dan bukan hanya keuntungan perusahaan.

  •  Karya: "Debt: The First 5,000 Years" (2011)

5.  Michael Taussig:

  •  Gagasan: Taussig adalah seorang antropolog yang dikenal karena penelitiannya tentang budaya dan politik di Amerika Latin. Dia berpendapat bahwa kebijakan harus mempertimbangkan bagaimana budaya dan politik saling terkait.

  •  Karya: "The Devil and Commodity Fetishism in South America" (1980)

6.  Renato Rosaldo:

  •  Gagasan: Rosaldo adalah seorang antropolog yang dikenal karena penelitiannya tentang budaya dan politik di Filipina. Dia berpendapat bahwa kebijakan harus mempertimbangkan bagaimana budaya dan politik saling terkait.

  •  Karya: "Culture and Truth: The Remaking of Social Analysis" (1989)

7.  Sherry Ortner:

  1.  Gagasan: Ortner adalah seorang antropolog yang dikenal karena penelitiannya tentang budaya dan gender. Dia berpendapat bahwa kebijakan harus mempertimbangkan bagaimana gender memengaruhi kehidupan manusia.

  2.  Karya: "Theory in Anthropology Since the Sixties" (1984)

Di atas hanyalah beberapa contoh tokoh antropologi kebijakan dan gagasan mereka. Ada banyak antropolog lain yang bekerja di bidang ini, dan mereka semua memiliki perspektif dan kontribusi yang unik.  Penting untuk dicatat bahwa antropologi kebijakan adalah bidang yang berkembang, dan gagasan dan pendekatannya terus berkembang. 

Pada prinsipnya, antropologi terus berkembang dan memainkan peran penting dalam memahami dan membentuk kebijakan yang lebih adil, efektif, dan berkelanjutan. Dengan memahami konteks lokal, menghindari bias, dan melibatkan masyarakat, antropologi kebijakan dapat membantu menciptakan masa depan yang lebih baik bagi semua.

Referensi yang bisa dibaca lebih lanjut: 

 "The Anthropology of Policy: A Critical Introduction" oleh David Nugent dan John  Harcourt (2019)

 "Policy Anthropology: Engaging with the State" oleh  Sarah  A.  Berry (2017)

 "The Anthropology of Policy: A Handbook" oleh  David  Nugent  dan  John  Harcourt (2017)

 "The Anthropology of Policy: A Critical Introduction" oleh  David  Nugent  dan  John  Harcourt (2019)

 "Policy Anthropology: Engaging with the State" oleh  Sarah  A.  Berry (2017)

 "The Anthropology of Policy: A Handbook" oleh  David  Nugent  dan  John  Harcourt (2017)

 Daftar referensi ini hanya sebagian kecil dari literatur yang tersedia tentang antropologi kebijakan. Anda dapat menemukan lebih banyak referensi dengan mencari di Google Scholar atau database akademis lainnya. Anda juga dapat menemukan informasi lebih lanjut tentang antropologi kebijakan di situs web organisasi seperti American Anthropological Association (AAA) dan Society for Applied Anthropology (SfAA).

Semoga bermanfaat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun