Mohon tunggu...
Siti Khoirnafiya
Siti Khoirnafiya Mohon Tunggu... Lainnya - Pamong budaya

Antropolog, menyukai kajian tentang bidang kebudayaan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Nilai Kerjasama pada Pertunjukan Tarekh Pukat dari SDN 1 Lhok Nibong, Aceh Timur

28 Mei 2024   16:24 Diperbarui: 28 Mei 2024   16:30 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Gambaran Pertunjukan Tarekh Pukat

Penggunaan pukat dalam masyarakat nelayan tidaklah asing. Misalnya pada masyarakat Desa Rambutan Masam Batanghari Jambi mengenal pukat sebagai teknologi tradisional. Pukat alat atau perangkap yang terbuat dari tangsi berbentuk jaring yang di gunakan untuk menangkap atau menjebak ikan yang lewat di area jaring tersebut, biasanya di gunakan masyarakat saat sungai Batanghari sedang dalam kondisi naek (air naik),dan ada juga masyarakat yang menggunakan pukat saat sungai Batanghari sedang surut (https://desabudaya.kemdikbud.go.id/admin/cultural/heritage, 2022).

Demikian juga bagi di Sebagian wilayah Aceh yang tinggal di pesisir yang bermata pencaharian nelayan yang menggantungkan hidupnya dari mencari ikan.  Menurut Yulhanis (2019) bahwa pukat merupakan teknologi yang sudah cukup lama digunakan oleh sebagian nelayan Aceh, berupa jaring atau jala besar dan panjang untuk menangkap ikan dalam jumlah banyak di laut dan dipandang tidak berbahaya bagi lingkungan sekitarnya, karena pukat ramah lingkungan penggunaannya dapat disesuaikan dengan target, lebar jaring dan dapat disesuaikan dengan ukuran jenis tangkapan. 

Pukat tidak diperuntukkan menyapu ikan-ikan kecil sekaligus, ada ukuran tertentu yang ditargetkan namun meloloskan ikan yang berukuran kecil atau tumbuh besar sehingga memberi kesempatan ikan tetap berkembang biak dengan baik dan produksi ikan juga dapat terjaga. Alat--alat yang dipergunakan untuk tarek pukat yaitu pukat yang terdiri atas beberapa bagian yang disambung-sambung sehingga membentuk huruf U. alat-alat tersebut terdiri dari awe (rotan) pada bagian permulaan, tali ijuk pada bagian kedua, dan untung (bagian ujung yang berbentuk perangkap tempat berkumpulnya ikan) Yulhanis (2019). 

Tradisi Tarekh Pukat tersebut menginspirasi seniman untuk membuat seni atau pertunjukan Tarekh Pukat. Tari tarek pukat menggambarkan aktivitas para nelayan yang menangkap ikan di laut. Tarek berarti "tarik", sedangkan pukat adalah sejenis jaring yang digunakan untuk menangkap ikan. Dengan demikian, tarekh pukat adalah tarian membuat jaring dan mendayung perahu. Gerakan tarian ini menggambarkan gerakan yang diperankan oleh pria yang sedang mendayung dan gerakan wanita yang seolah olah sedang membuat alat (pukat) yang digunakan. Jaring ikan yang digunakan nelayan berukuran besar dan lebar. Oleh sebab itu, dibutuhkan sejumlah nelayan untuk membuatnya. 

Bentuk, Isi, dan Fungsi Tarekh Pukat

Bentuk

Merujuk Vansina, Andriani, Harun, & Fitriani menyatakan bahwa Tarekh Pukat merupakan salah satu bentuk sastra lisan yang diwariskan secara turun temurun dan memiliki pengaruh kuat dalam pembentukan karakter anak. (Andriani, Harun, & Fitriani, 2018). Bentuk tradisi lisan dalam Tarekh Pukat yaitu pertunjukan, yang di dalamnya terdapat gerak dan bunyi- (nyanyian). 

Menurut Fitriani (2017) bahwa Tarekh pukat diiringi oleh musik serune kala serta tabuhan Gendrang dan Rapa'i dengan alunan musiknya yang sangat tradisional dan kental akan kebudayaan Aceh. Tarian Tarek Pukat biasanya di tarikan oleh 7 sampai 9 orang wanita dan 4 atau 5 orang pria. Tarek Pukat sebagai jenis pertunjukan kreativitas di dalam unsur geraknya yang mengandung keunikan dalam gerak, karena adanya simbol dalam gerak Tarek Pukat yang menggambarkan proses pembuatan pukat atau jaring. 

Isi dan fungsi Tarekh Pukat

Dalam pertunjukan Tarekh Pukat kita dapat melihat seseorang yang mengiringi lagu yang disebut pengiring vocal/pawang. Yang dimaksud pawang dalam tarian ini adalah yang memberi aba-aba tertentu yang sudah dimengerti oleh para nelayan. Saat menari, tempo gerakan penari juga harus disesuaikan dengan musik pengiring agar terlihat lebih indah. Setelah ada aba-aba dari pengiring musik kemudian para pria dan wanita yang menjadi penari kemudian bergegas masuk panggung dan menari. 

  • Pertama, penari wanita mengambil tempat duduk di lantai, sedangkan penari pria berdiri tegap di belakang penari wanita.            
  • Kedua, penari wanita dari kiri ke kanan membuat jala dengan cara merajut tali dari seorang penari kepada penari berikutnya.  penari pria menari dengan berbagai gerakan seperti mendayung (kayoeh), menarik pukat dan menjala ikan.
  • Ketiga, Dengan etmo yang cepat penari perempuan pada akhir lagu, serentak memperlihatkan jala yang sudah siap dirajut dalam posisi setengah berdiri, berdiri dan berjalan menyamping kedepan atau kebelakang sambil tetap memegang jala yang diangkat ke atas atau ke bawah sesuai dengan irama lagu, sedangkan penari laki-laki bergerak melingkar mengelilingi penari perempuan seakan-akan mengarungi ikan. 
  • Keempat, tari ini diakhiri dengan serentak, penari perempuan dengan posisi setengah jongkok sambil mengembangkan jala dan di belakangnya penari laki-laki dengan posisi berdiri sambil berpegang tangan yang diacungkan ke atas.

Pertunjukan Tarekh Pukat berisi beberapa gerakan dan bunyian, yaitu Surak (berteriak), Meulinggang (lenggang aceh), Meukayoh (mendayung), Peugot pukat (buat jaring), Tarek Pukat (tarik jaring ikan) (Fitriani, 2017). 

Pertunjukan Tarekh Pukat yang dipertunjukan siswa SDN Nibong juga mengikuti formula tarian Tarekh Pukat seperti yang disampaikan oleh Fitriani. 

  • Pertama, surak berarti teriak yang bersimbol tentang semangat para nelayan untuk mencari ikan dilaut dan memberi tanda bahwa para nelayan ingin berlayar kelautan yang luas untuk mencari ikan dilaut dengan semangat teriakan "kayoh" berarti.
  • Kedua, Meulinggang (lenggang aceh) yang berarti berlenggang dalam gerak ini menggambarkan suasana kemeriahan dan kecerian masyarakat pesisir Aceh di dalam aktivitas untuk membuat pukat (jaring) yang dilakukan oleh para wanita Aceh.
  • Ketiga, Meukayoh (mendayung) yaitu gerakan kayoeh atau mendayung sebagai konotasi bahwa masyarakat aceh selalu berusaha untuk tetap mencari dan pantang menyerah untuk melewati ombak lautan. Gerakan kayoeh memberi pesan bahwa sifat dan karakter masyarakat Aceh tidak pernah menyerah walaupun banyak rintangan yang dihadapi.
  • Keempat, Peugot pukat (buat jaring), yaitu gerakan membuat jaring ikan sebagai konotasi bagi masyarakat Aceh kegiatan ini menggambarkan kerja sama serta menjadikan alat untuk mata pencarian masyarakat pesisir Aceh. 
  • Keenam, Tarek Pukat (tarik jaring ikan) yaitu gerakan menarik jala ikan sebagai konotasi bahwa masyarakat Aceh selalu bekerja sama dalam kegiatan melaut atau mendapatkan hasil dari ikan yang nyangkut di jaring. Gerakan Tarek Pukat memberi pesan bahwa masyarakat pesisir aceh selalu bekerja sama dalam kegiatan melaut yang sebagai mata pencaharian masyarakat Aceh pesisir.

Nilai Budaya : Kerjasama

Menurut Kluckhohn, nilai merupakan sebuah konsepsi, eksplisit atau implisit, yang khas milik seseorang individu atau suatu kelompok, tentang yang seharusnya diinginkan yang mempengaruhi pilihan yang tersedia dari bentuk-bentuk, cara-cara, dan tujuan-tujuan Tindakan.

Nilai-nilai umumnya dianggap sebagai standar moral perilaku manusia dalam masyarakat. Ini adalah semacam kualitas manusia, yang diterapkan pada aktivitas manusia yang kemudian ditransmisikan.  Nilai dapat didefinisikan sebagai prinsip yang memandu kehidupan masyarakat. Nilai-nilai adalah inti dari kepribadian kita, dan mempengaruhi kita untuk membuat keputusan, mempercayai orang, dan mengatur waktu dan energi kita dalam kehidupan sosial kita. Nilai-nilai dapat diperlakukan sebagai kunci untuk memecahkan banyak masalah dunia. Nilai adalah struktur kognitif yang menggambarkan cita-cita kehidupan individu, preferensi, prioritas, prinsip, dan perilaku kognitif mereka. Nilai adalah elemen budaya yang efektif yang membentuk elemen di sekitar sudut pandang individu, anggota komunitas yang bersatu. Sejalan dengan perlindungan atau pengabaian nilai-nilai tersebut oleh individu-individu dalam suatu masyarakat, nilai-nilai tersebut akan hilang pada waktunya atau akan dilanjutkan bertahun-tahun dengan mentransfer. 

Dari keenam Gerakan Tarekh Pukat di atas kita dapat mengungkapkan bahwa Tarekh Pukat mengandung beberapa nilai semangat atau pantang menyerah dan kerja sama. Kerja sama menjadi nilai yang ingin diwujudkan dalam masyarakat Aceh yang tampak dari keberulangan tarian yang dilakukan secara bersama-sama termasuk dalam pembuatan pukat. Ini menyimbolisasi bahwa masyarakat Aceh menjunjung tinggi nilai kerja sama dalam masyarakatnya, khususnya masyarakat nelayan. Dalam nilai mengandung adanya sebuah kebutuhan yang direlasikan dengan nilai itu sendiri. Dengan demikian nilai kerja sama berfungsi atau sebagai kebutuhan dari masyarakat Aceh

Dalam masyarakat nelayan, kerja sama sangat diperlukan untuk keseharian mereka. Ini berkaitan erat dengan lanskap kehidupan mereka yang berada di laut dan mengandalkan laut sebagai mata pencaharian mereka. Ketika melakukan pekerjaan mereka, mereka menghadapi berbagai kondisi dan risiko. Gangguan yang tiba-tiba di tengah laut membuat nelayan kaget, kecewa, tertekan dan tidak berdaya karena badai, kapal bocor, mesin mati, jaring hilang atau rusak, tabrakan kapal atau perselisihan antar kru. Kejadian seperti itu membuat suasana  mengkhawatirkan. Nelayan memiliki cara untuk meminimalkan krisis (Nurdin, 2017). 

Tarekh Pukat menggambarkan kerja sama sekaligus solidaritas karena ingin menggambarkan nilai ketertiban dan keharmonisan dalam masyarakat nelayan Aceh seperti halnya karakteristik budaya masyarakat nelayan lainnya, diantaranya mempunyai etos kerja tinggi dan solidaritas sosial tinggi (Kusnadi, 2009 dalam Fargomeli, 2014). Merujuk Van Peurseun (1976), Fargomeli mengatakan bahwa pola interaksi masyarakat dengan kebudayaan melaut memiliki bentuk interaksi yang kuat, tidak hanya pada alam mereka tetapi kepada sesama mereka (Fargomeli, 2014). 

Masyarakat nelayan merupakan masyarakat yang kompak dalam pelaksanaan gotong royong dan kerjasama untuk memudahkan aktivitas mereka.  Masyarakat nelayan merupakan masyarakat yang memiliki tingkat kesatuan yang cukup tinggi, karena ada beberapa kegiatan atau kegiatan yang dilakukan dengan gotong royong atau dengan cara membantu. Pengertian solidaritas bagi masyarakat nelayan adalah rasa persatuan, rasa persaudaraan, gotong royong, gotong royong, membantu sesama yang merupakan praktik bersama yang masih ada di masyarakat. Solidaritas sosial di masyarakat yang dibangun karena mata pencaharian yang sama, yaitu di bidang nelayan. Solidaritas berdasarkan kesadaran bersama. (Amirullah, Sumilih, Ridha, Patahuddin, & Hamid, 2021). 

Laitinen & Pessi (2014) menjelaskan sebagai sebuah konsep, solidaritas bersifat deskriptif dan normatif. Solidaritas dapat digunakan untuk menggambarkan dan menjelaskan tatanan normal dan integrasi sosial normatif dalam masyarakat atau komunitas, sebagai lawan dari kekacauan dan konflik, dan sebagai lawan dari ketertiban berdasarkan paksaan atau maksimalisasi kepentingan pribadi. Misalnya, filsuf sosial Amerika Richard Rort menjelaskan konsep solidaritas tentang bagaimana menghasilkan tangkapan ikan khususnya dan kehidupan keseharian mereka. Untuk penangkapan ikan agar memperoleh hasil yang diharapkan banyak dengan ikan-ikan besar maka diperlukan cara-cara bersama. 

Merujuk pada August Comte, mile Durkheim, dan Larry May, Laitinen & Pessi (2014) mengacu konsep solidaritas yang berarti pada kerja sama mengacu pada situasi di mana kebaikan bersama dihasilkan dan menuju pada suatu keadilan. Keadilan mengacu pada situasi berbagi dan setiap orang manfaat dan beban dalam jumlah yang adil daripada berusaha memaksimalkan keuntungannya sendiri dan meminimalkan bebannya sendiri. Apa yang dituntut keadilan secara rinci tergantung pada norma-norma yang diterima kelompok. Dalam semua situasi ini perilaku solidaristik mungkin memerlukan pengorbanan, biaya untuk diri sendiri untuk kepentingan individu lain atau seluruh kelompok. 

Laitinen & Pessi (2014) merujuk filsuf sosial Jerman Andreas Wildt (1999, 217-218), suatu tindakan dapat diidentifikasi sebagai salah satu solidaritas ketika aktor 1) memiliki, bersama dengan penerima, perasaan simpati dan milik bersama, 2) sebagian dimotivasi oleh altruisme, 3) menganggap tindakan itu sebagai kasus membantu di saat kesusahan, 4) menganggap kesusahan sebagai masalah moral,  ketidakadilan, dan sumber kewajiban moral, 5) menyatakan dirinya berkewajiban untuk bertindak membantu, 6) tidak percaya penerima memiliki hak hukum atau moral untuk menuntut dan menerima darinya secara khusus, 7) mengasumsikan bahwa penerima mengevaluasi kesusahan dengan cara yang sama; 8) mengasumsikan bahwa penerima termotivasi untuk meringankan kesusahannya sendiri dan secara aktif berusaha melakukannya; dan 9) mengasumsikan setidaknya kemungkinan situasi analog di mana penerima bertindak, telah bertindak, atau akan bertindak dengan cara analog terhadapnya. 

Solidaritas seperti yang dirujuk dari Richard Rorty oleh Laitinen & Pessi (2014) mengandung nilai kepedulian etis dasar bagi orang lain yang disebut solidaritas moral atau kemanusiaan. Dalam isu kemanusian global, solidaritas menyentuh masalah simpati, altruisme, amal atau penghormatan terhadap hak asasi manusia. Solidaritas tidak hanya dalam skala mikro yang menyentuh perasaan kohesi, kesediaan untuk saling membantu, keyakinan bersama, dan sistem nilai dan norma. 

Pada level makro, solidaritas seluruh umat manusia dapat berupa segala jenis solidaritas (sosial, politik, moral) yang diberikan kepada seluruh umat manusia. Ini bisa berupa masalah solidaritas sosial yang diterapkan pada masyarakat global atau solidaritas universalistik ketika nilai-nilai dan praktik nilai kemudian dipromosikan dan ditransmisikan secara luas melintasi negara bangsa dan sebaliknya solidaritas yang kuat dalam suatu kelompok dapat dengan mudah disertai dengan ketidak solidaritasan dan ketidakadilan terhadap orang luar. 

Namun, jika solidaritas menyentuh keadilan karena cita-cita solidaritas dapat mempengaruhi isi prinsip-prinsip keadilan seperti kata John Rawls maka seperti yang dikatakan oleh Jrgen Habermas maka prinsip solidaritas yang seharusnya adalah menggabungkan kepedulian terhadap kesejahteraan orang lain dan seluruh kelompok. Baginya, solidaritas didasarkan pada wawasan bahwa semua individu harus bertanggung jawab satu sama lain karena sebagai anggota masyarakat yang sama mereka semua memiliki minat yang sama untuk menjaga konteks kehidupan mereka sendiri tetap utuh. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun