Mohon tunggu...
Siti Khoirnafiya
Siti Khoirnafiya Mohon Tunggu... Lainnya - Pamong budaya

Antropolog, menyukai kajian tentang bidang kebudayaan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Nilai Kerjasama pada Pertunjukan Tarekh Pukat dari SDN 1 Lhok Nibong, Aceh Timur

28 Mei 2024   16:24 Diperbarui: 28 Mei 2024   16:30 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pertunjukan Tarekh Pukat berisi beberapa gerakan dan bunyian, yaitu Surak (berteriak), Meulinggang (lenggang aceh), Meukayoh (mendayung), Peugot pukat (buat jaring), Tarek Pukat (tarik jaring ikan) (Fitriani, 2017). 

Pertunjukan Tarekh Pukat yang dipertunjukan siswa SDN Nibong juga mengikuti formula tarian Tarekh Pukat seperti yang disampaikan oleh Fitriani. 

  • Pertama, surak berarti teriak yang bersimbol tentang semangat para nelayan untuk mencari ikan dilaut dan memberi tanda bahwa para nelayan ingin berlayar kelautan yang luas untuk mencari ikan dilaut dengan semangat teriakan "kayoh" berarti.
  • Kedua, Meulinggang (lenggang aceh) yang berarti berlenggang dalam gerak ini menggambarkan suasana kemeriahan dan kecerian masyarakat pesisir Aceh di dalam aktivitas untuk membuat pukat (jaring) yang dilakukan oleh para wanita Aceh.
  • Ketiga, Meukayoh (mendayung) yaitu gerakan kayoeh atau mendayung sebagai konotasi bahwa masyarakat aceh selalu berusaha untuk tetap mencari dan pantang menyerah untuk melewati ombak lautan. Gerakan kayoeh memberi pesan bahwa sifat dan karakter masyarakat Aceh tidak pernah menyerah walaupun banyak rintangan yang dihadapi.
  • Keempat, Peugot pukat (buat jaring), yaitu gerakan membuat jaring ikan sebagai konotasi bagi masyarakat Aceh kegiatan ini menggambarkan kerja sama serta menjadikan alat untuk mata pencarian masyarakat pesisir Aceh. 
  • Keenam, Tarek Pukat (tarik jaring ikan) yaitu gerakan menarik jala ikan sebagai konotasi bahwa masyarakat Aceh selalu bekerja sama dalam kegiatan melaut atau mendapatkan hasil dari ikan yang nyangkut di jaring. Gerakan Tarek Pukat memberi pesan bahwa masyarakat pesisir aceh selalu bekerja sama dalam kegiatan melaut yang sebagai mata pencaharian masyarakat Aceh pesisir.

Nilai Budaya : Kerjasama

Menurut Kluckhohn, nilai merupakan sebuah konsepsi, eksplisit atau implisit, yang khas milik seseorang individu atau suatu kelompok, tentang yang seharusnya diinginkan yang mempengaruhi pilihan yang tersedia dari bentuk-bentuk, cara-cara, dan tujuan-tujuan Tindakan.

Nilai-nilai umumnya dianggap sebagai standar moral perilaku manusia dalam masyarakat. Ini adalah semacam kualitas manusia, yang diterapkan pada aktivitas manusia yang kemudian ditransmisikan.  Nilai dapat didefinisikan sebagai prinsip yang memandu kehidupan masyarakat. Nilai-nilai adalah inti dari kepribadian kita, dan mempengaruhi kita untuk membuat keputusan, mempercayai orang, dan mengatur waktu dan energi kita dalam kehidupan sosial kita. Nilai-nilai dapat diperlakukan sebagai kunci untuk memecahkan banyak masalah dunia. Nilai adalah struktur kognitif yang menggambarkan cita-cita kehidupan individu, preferensi, prioritas, prinsip, dan perilaku kognitif mereka. Nilai adalah elemen budaya yang efektif yang membentuk elemen di sekitar sudut pandang individu, anggota komunitas yang bersatu. Sejalan dengan perlindungan atau pengabaian nilai-nilai tersebut oleh individu-individu dalam suatu masyarakat, nilai-nilai tersebut akan hilang pada waktunya atau akan dilanjutkan bertahun-tahun dengan mentransfer. 

Dari keenam Gerakan Tarekh Pukat di atas kita dapat mengungkapkan bahwa Tarekh Pukat mengandung beberapa nilai semangat atau pantang menyerah dan kerja sama. Kerja sama menjadi nilai yang ingin diwujudkan dalam masyarakat Aceh yang tampak dari keberulangan tarian yang dilakukan secara bersama-sama termasuk dalam pembuatan pukat. Ini menyimbolisasi bahwa masyarakat Aceh menjunjung tinggi nilai kerja sama dalam masyarakatnya, khususnya masyarakat nelayan. Dalam nilai mengandung adanya sebuah kebutuhan yang direlasikan dengan nilai itu sendiri. Dengan demikian nilai kerja sama berfungsi atau sebagai kebutuhan dari masyarakat Aceh

Dalam masyarakat nelayan, kerja sama sangat diperlukan untuk keseharian mereka. Ini berkaitan erat dengan lanskap kehidupan mereka yang berada di laut dan mengandalkan laut sebagai mata pencaharian mereka. Ketika melakukan pekerjaan mereka, mereka menghadapi berbagai kondisi dan risiko. Gangguan yang tiba-tiba di tengah laut membuat nelayan kaget, kecewa, tertekan dan tidak berdaya karena badai, kapal bocor, mesin mati, jaring hilang atau rusak, tabrakan kapal atau perselisihan antar kru. Kejadian seperti itu membuat suasana  mengkhawatirkan. Nelayan memiliki cara untuk meminimalkan krisis (Nurdin, 2017). 

Tarekh Pukat menggambarkan kerja sama sekaligus solidaritas karena ingin menggambarkan nilai ketertiban dan keharmonisan dalam masyarakat nelayan Aceh seperti halnya karakteristik budaya masyarakat nelayan lainnya, diantaranya mempunyai etos kerja tinggi dan solidaritas sosial tinggi (Kusnadi, 2009 dalam Fargomeli, 2014). Merujuk Van Peurseun (1976), Fargomeli mengatakan bahwa pola interaksi masyarakat dengan kebudayaan melaut memiliki bentuk interaksi yang kuat, tidak hanya pada alam mereka tetapi kepada sesama mereka (Fargomeli, 2014). 

Masyarakat nelayan merupakan masyarakat yang kompak dalam pelaksanaan gotong royong dan kerjasama untuk memudahkan aktivitas mereka.  Masyarakat nelayan merupakan masyarakat yang memiliki tingkat kesatuan yang cukup tinggi, karena ada beberapa kegiatan atau kegiatan yang dilakukan dengan gotong royong atau dengan cara membantu. Pengertian solidaritas bagi masyarakat nelayan adalah rasa persatuan, rasa persaudaraan, gotong royong, gotong royong, membantu sesama yang merupakan praktik bersama yang masih ada di masyarakat. Solidaritas sosial di masyarakat yang dibangun karena mata pencaharian yang sama, yaitu di bidang nelayan. Solidaritas berdasarkan kesadaran bersama. (Amirullah, Sumilih, Ridha, Patahuddin, & Hamid, 2021). 

Laitinen & Pessi (2014) menjelaskan sebagai sebuah konsep, solidaritas bersifat deskriptif dan normatif. Solidaritas dapat digunakan untuk menggambarkan dan menjelaskan tatanan normal dan integrasi sosial normatif dalam masyarakat atau komunitas, sebagai lawan dari kekacauan dan konflik, dan sebagai lawan dari ketertiban berdasarkan paksaan atau maksimalisasi kepentingan pribadi. Misalnya, filsuf sosial Amerika Richard Rort menjelaskan konsep solidaritas tentang bagaimana menghasilkan tangkapan ikan khususnya dan kehidupan keseharian mereka. Untuk penangkapan ikan agar memperoleh hasil yang diharapkan banyak dengan ikan-ikan besar maka diperlukan cara-cara bersama. 

Merujuk pada August Comte, mile Durkheim, dan Larry May, Laitinen & Pessi (2014) mengacu konsep solidaritas yang berarti pada kerja sama mengacu pada situasi di mana kebaikan bersama dihasilkan dan menuju pada suatu keadilan. Keadilan mengacu pada situasi berbagi dan setiap orang manfaat dan beban dalam jumlah yang adil daripada berusaha memaksimalkan keuntungannya sendiri dan meminimalkan bebannya sendiri. Apa yang dituntut keadilan secara rinci tergantung pada norma-norma yang diterima kelompok. Dalam semua situasi ini perilaku solidaristik mungkin memerlukan pengorbanan, biaya untuk diri sendiri untuk kepentingan individu lain atau seluruh kelompok. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun