MELUKIS DALAM LUKISAN
Penulis : Naim Ali + Etyastari Soeharto (Nomer 161)
.
benarkah harus kulukis suamnya kasihmu mengeram
sekujurku yang kaku, sementara telah tak terbilang
berapa masa di mana aku benar-benar matang
dalam lukisanmu?
.
haruskah kubentang detak waktu saat wujudmu memantik
suri, dan aku bersenyawa dengan bekuku sendiri?
terlanjur kugores sketsaku dalam gradasi kelabu
tak terbaca, lamur, luntur.
.
namun kamu masih juga selalu begitu
: melumuri kanvasmu dengan wewarna riah.
bersemarak dengan matahari, beradu pelangi,
beraroma bunga, bernuansa angkasa.
kamu luasi samudera yang berufuk jingga dan
seluruhnya kamu juduli “aku mencintaimu”.
.
meski aku masih dan tetap sama
: seperti sekumpulan keras cerita tanpa kepala,
tertusuk oleh tajuk-tajuk tanpa mampu menggambarinya.
hingga tiba sendiri kutemukan aku
begitu kuyu kehabisan tinta
.
akhirnya layung kita berseteru jingga,
merapu lukisnya di gelaran senja.
kanvasku tak lagi sanggup menampung rupa duka
saat kasih luruh menyerpih,
hilang dilamun luka nganga.
aku letih.
“apakah aku mencintaimu?”
.
bentanglah lukisan cakrawala
pada fajar dan senja, pada terik dan gulita,pada gugur dan semi bunga
di sana cinta menyoja
===========================================================================
gambar : simpleajahh.blogspot.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H