seluruhnya kamu juduli “aku mencintaimu”.
.
meski aku masih dan tetap sama
: seperti sekumpulan keras cerita tanpa kepala,
tertusuk oleh tajuk-tajuk tanpa mampu menggambarinya.
hingga tiba sendiri kutemukan aku
begitu kuyu kehabisan tinta
.
akhirnya layung kita berseteru jingga,
merapu lukisnya di gelaran senja.
kanvasku tak lagi sanggup menampung rupa duka
saat kasih luruh menyerpih,
hilang dilamun luka nganga.
aku letih.
“apakah aku mencintaimu?”
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!