Mohon tunggu...
sitazakiyatussaadah
sitazakiyatussaadah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Jadikanlah setiap langkahmu sebagai pembelajaran!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

paradigma integrasi ilmu geologi dengan nilai epistemologi pada bidang sains

23 Desember 2024   00:38 Diperbarui: 23 Desember 2024   00:54 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Borbour dalam karyanya, When Science Meets Religion: Enemies, Strangers, or Partners? membuat suatu tipologi hubungan antara Sains dan Agama. Konteks keilmuan dalam Islam menurut Borbour itu ada empat yaitu, konflik, independen, dialog, dan integrasi. Dalam konteks konflik menjelaskan bahwa agama dan sains merupakan dua hal yang berbeda dan saling bertentangan, dalam artian agama tidak dapat membuktikan kepercayaan dan pandangan terhadap Tuhan secara jelas, sementara sains bisa. Dalam konteks independen menjelaskan bahwa agama dan sains itu mempunyai persoalan, wilayah, dan metode yang berbeda. Masing-masing memiliki tingkat kebenarannya sendiri-sendiri, sehingga tidak perlu adanya hubungan kerja sama atau konflik antar keduanya. Kemudian dalam konteks dialog menjelaskan bahwa kedanya itu bisa di dialogkan. Dan dalam konteks integrasi antara agama dan sains keduanya tidak dapat dipisahkan. Dalam konteks-konteks tersebut para tokoh ilmuwan sains lebih memfokuskan pada integrasi nya. Nah jadi pada artikel ini saya akan membahas mengenai "Paradigma integrasi dalam ilmu geologi dengan nilai epistemologi pada bidang sains".

Paradigma pertama kali dikemukakan oleh Thomas S. Kuhn dalam The Structure of Scientific Revolution. Kuhn mendefinisikan paradigma sebagai pandangan hidup (world-view atau weltanschauung) yang dimiliki oleh ilmuwan dalam suatu disiplin tertentu. Sedang Robert A.Friedrichs dalam Sociology of sociology mendefinisikan paradigma sebagai suatu gambaran yang mendasar mengenai pokok permasalahan yang dipelajari dalam suatu disiplin. Dan Muslih mengibaratkan paradigma sebagai sebuah jendela tempat orang mengamati dunia luar, tempat orang bertolak menjelajahi dunia dengan wawasannya (world-view) dan adapun sebagian masyarakat memahaminya sebagai hubungan antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu pengetahuan.

Ilmu Geologi sendiri adalah ilmu yang mempelajari tentang bumi beserta isinya, termasuk material, struktur, kerak bumi, serta sejarah evolusinya. Paradigma Integrasi adalah fungsi atau sifat dari ilmu pengetahuan sendiri baik secara teori atau pun konsep yaitu untuk menjelaskan, menjawab persoalan, dan memprediksi masa depan.

Sebagai khalifahnya Alloh, kita harus bisa menjaga, melestarikan alam dan membangun harmoni. Kita juga harus menjadi orang yang visioner (orang yg mimpinya jelas).  Di dunia ini tidak ada hal yang tidak mungkin. Kita itu harus memiliki positive action karena tindakan yang positif pasti akan kembali kepada hal yang positif juga, begitupun sebaliknya.

Implikasi Ilmu Geologi Dengan Nilai Epistemologi

Epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari sifat, asal, dan batasan pengetahuan. Dalam sains epistemologi membantu kita untuk memahami bagaimana pengetahuan itu dibangun, diuji, dan divalidasikan.

Menurut Muhammad Abid Al-Jabiri nilai epistemologi islam itu dibagi menjadi tiga yaitu, epistemologi bayani, epistemologi burhani, dan epistemologi irfani. Sedangkan menurut Al-Jabiri melihat epistemologi irfani itu tidak penting dalam perkembangan pemikiran islam. Dan menurut Amin Abdullah ketiga nilai epistemologi tersebut seharusnya bisa berjalan beriringan.

Dalam perspektif Bayani, Burhani, dan Irfani memahami struktur geologi dan proses alami yang terjadi di bumi sangat lah penting untuk pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan. Dengan memahami strategi dan prinsip-prinsip epistemologi, terutama di wilayah yang rawan terhadap bencana seperti gempa bumi dan letusan vulkanik. Maka keduanya dapat saling bekerja sama untuk membuat kebijakan yang lebih responsif dan adaptif terhadap tantangan lingkungan dan membantu pembangunan yang berkelanjutan.

Berikut landasan atau cara kita mengembangkan ilmu pengetahuan melalui relasi integrasi bukan dikotomi melalui beberapa ayat seperti,  Bayani ( berupa teks dari Al-Qur'an) , Burhani ( sumber pengetahuan adalah sebuah realitas contohnya bisa berupa manusia, langit, dan bumi sehingga memunculkan ilmu sains) dan Irfani ( diambil dari sisi nilai ataupun manfaatnya).

Berikut tiga macam nilai epistemologi:

1. Bayani

Konteks Bayani dalam geologi yaitu menggambarkan tentang penciptaan bumi dan fenomena alam yang dikaitkan dengan teks-teks Al-Qur'an.

Dapat diketahui dalan (QS. Al-Anbiya 21:30) yang bunyinya:

أَوَلَمْ يَرَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓا۟ أَنَّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَٰهُمَاۖ وَجَعَلْنَا مِنَ ٱلْمَآءِ كُلَّ شَىْءٍ حَىٍّۖ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ

 Artinya:

Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulunya menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya; dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapa mereka tidak beriman?

Ayat tersebut menjelaskan tentang penciptaan alam semesta, dimana Allah mengungkapkan bahwa langit dan bumi dulunya adalah satu, kemudian Allah memisahkan keduanya. Ayat ini juga menjelaskan bahwa Allah menciptakan segala sesuatu dari air, yang menunjukkan bahwa pentingnya air sebagai sumber kehidupan. Selain itu, ayat ini juga mengajak kita untuk merenungkan keajaiban ciptaan Allah dan mengingat bahwa segala sesuatu di alam semesta ini diciptakan dengan penuh hikmah. Ayat ini mengajak kita untuk menguatkan iman kepada Allah dan untuk menyadari akan kebesaran Allah sebagai pencipta alam semesta ini.

Contoh dalam kehidupan sehari-hari yaitu, Seorang petani yang memahami pentingnya menjaga tanah dan lingkungan untuk keseimbangan dan kesuburan tanahnya. Dengan hal tersebut, seorang petani dapat menyadari akan tanggung jawabanya sebagai makhluk ciptaan Allah.

2. Burhani

Konteks Burhani dalam Gelogi yaitu pengetahuan yang didapatkan melalui observasi dan penelitian ilmiah, seperti pengetahuan struktur bumi, prosesnya dan sejarahnya.

Dapat diketahui dalam (QS. Al-Hadid 57:25): 

لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِٱلْبَيِّنَٰتِ وَأَنزَلْنَا مَعَهُمُ ٱلْكِتَٰبَ وَٱلْمِيزَانَ لِيَقُومَ ٱلنَّاسُ بِٱلْقِسْطِۖ وَأَنزَلْنَا ٱلْحَدِيدَ فِيهِ بَأْسٌ شَدِيدٌ وَمَنَٰفِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ ٱللَّهُ مَن يَنصُرُهُۥ وَرُسُلَهُۥ بِٱلْغَيْبِۚ إِنَّ ٱللَّهَ قَوِىٌّ عَزِيزٌ

Artinya:

Sungguh, Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan bukti-bukti yang nyata dan kami turunkan bersama mereka kitab dan neraca (keadilan) agar manusia dapat berlaku adil. Dan Kami menciptakan besi yang mempunyai kekuatan, hebat dan banyak manfaat bagi manusia, dan agar Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya walaupun (Allah) tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Mahakuat, Mahaperkasa.

Ayat tersebut menjelaskan tentang pentingnya keadilan serta bagaimana Allah memberikan alat dan sumber daya seperti besi yang memiliki banyak manfaat, untuk membantu manusia dalam mencapai keadilan dan berbuat adil. Ayat ini mengajak kita untuk menyadari peran para rasul dan pentingnya mengikuti petunjuk Allah dalam kehidupan sehari-hari.

Contoh dalam kehidupan sehari-hari yaitu, Seorang mahasiswa geologi yang melakukan penelitian tentang gempa bumi di daerah rawan, kemudian menggunakan data historis dan teknologi untuk memprediksi kemungkinan bencana. Kemudian berupaya mitigasi bencana dengan mengedukasi masyarakat tentang tindakan yang perlu diambil sebelum, selama, dan setelah gempa tersebut terjadi.

3. Irfani

Konteks Irfani dalam Geologi yaitu tentang pengalaman mendalam dan refleksi diri terhadap keajaiban alam dan kekuasaan Allah.

Dapat diketahui dalam (QS. Al-Mulk 67:15):                        

 هُوَ ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلْأَرْضَ ذَلُولًا فَٱمْشُوا۟ فِى مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا۟ مِن رِّزْقِهِۦۖ وَإِلَيْهِ ٱلنُّشُورُ 

Artinya:

Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.

Ayat ini menjelaskan tentang pentingnya refleksi dan penghayatan terhadap kebesaran Allah. Dalam ayat ini Allah telah menciptakan bumi dan segala isinya dengan penuh hikmah dan keindahan. Ayat ini mengajak kita untuk menjelajahi bumi dan melihat tanda-tanda kebesaran Allah. Dan ayat ini mendorong kita untuk memperhatikan dan merenungkan ciptaan Allah, serta untuk menyadari bahwa segala sesuatu di alam semesta ini berfungsi dengan tujuan yang jelas. Dengan mengamati alam, kita diingatkan untuk bersyukur atas karunia yang telah diberikan dan untuk meningkatkan iman kita kepada Sang Pencipta.   

Contoh dalam Kehidupan Sehari-hari yaitu, ketika kita sedang melakukan perjalanan ketempat-tempat yang menakjubkan, seperti pantai, gunung berapi dan sebagainya, kita dapat merenungkan kebesaran ciptaan Allah pada saat kita menikmati keindahan alamnya, kemudian meluangkan waktu untuk berdoa dan bersyukur kepada Allah guna dapat guna dapat merasakan kedekatan dengan-Nya melalui kegiatan tersebut.

Paradigma integrasi adalah alat yang sangat penting untuk memperluas pengetahuan geologi dan mendorong pengembangan pendekatan yang lebih komprehensif dan kolaboratif guna menghadapi tantangan yang akan datang. Paradigma integrasi bukan hanya sebuah pendekatan melainkan suatu keharusan untuk memahami hubungan antara disiplin ilmu dalam fenomena geologi. Selain itu, telah terbukti bahwa kerja sama antara ilmu geologi dan disiplin lain dapat menghasilkan inovasi dalam metode penelitian dan aplikas praktis, yang berkontribusi pada pengambilan keputusan dan kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam dan mitigasi bencana. Paradigma ini menggabungkan ilmu geologi untuk memberikan pemahaman yang lebih holistik tentang proses geologis. Nilai epistemologi dalam bidang sains menekankan pentingnya pengetahuan yang terintegrasi dan metode ilmiah yang sistematis. Implikasi dari integrasi ini adalah peningkatan akurasi dalam prediksi bencana alam, pengelolaan sumber daya alam yang lebih baik, serta keberlanjutan lingkungan. Dengan begitu, paradigma integrasi tidak hanya memperkaya ilmu geologi tetapi juga memiliki dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun