Hai! I'm back again. Saya ingin sharing nih mengenai lika-liku dunia pekerjaan yang mungkin berguna bagi para anak muda (seperti saya, hahaha). Oke, mungkin sedikit perkenalan ya.Â
Saat ini saya berumur 27 tahun dengan 8 tahun pengalaman bekerja di total 3 perusahaan. Dua perusahaan pertama, saya bekerja untuk corporate, sedangkan yang ketiga sekaligus tempat bekerja saya saat ini adalah consulting firm. Selama 8 tahun tersebut, bidang saya linear yakni di bidang Manajemen Risiko. Demikian. Kembali ke topik awal.Â
Di perusahaan pertama, saya bekerja selama 7 tahun, dari saya magang sampai akhirnya "lulus". Kurun waktu tersebut termasuk lama, dibandingkan dengan teman-teman saya yang sudah berpetualang dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya bahkan beberapa sudah menyandang posisi manajerial. Tanggapan beberapa teman saya kala itu beragam.Â
Ada yang bilang, "Wow! Hebat banget bisa seloyal itu! Pasti benefitnya oke banget ya?", "Gila! Ilmu dan karir lo gak mentok tuh kerja kelamaan gitu?". Oke, saya akui, salah satu alasan mengapa saya bisa bertahan selama itu adalah karena benefit-nya lengkap.Â
Gak perlu saya sebutkan di sini apa saja, tapi yang pasti cukup untuk memenuhi berbagai kebutuhan (primer, sekunder, tersier) apalagi di kala muda belia, bahkan sangat safe jika sudah berkeluarga.Â
Until one day, out of nowhere, I realized that I don't have nothing to learn anymore. Ya, ada suatu titik dimana saya merasa sudah gak ada lagi ilmu yang bisa saya dapat. Kemungkinan untuk belajar hal lain ada sih, tapi harus menunggu sekian tahun lagi sampai promosi ke level berikutnya.Â
Sebagai informasi, biasanya, jenjang karir karyawan di korporasi agak lama. Terdapat banyak faktor di dalamnya seperti "bagi-bagi kue" -- ini adalah istilah yang sering saya gunakan sebagai guyonan. Maksudnya, tiap departemen pasti ada budget untuk personnel, sehingga tidak bisa serta merta menaikkan level karyawan dalam jumlah banyak dalam satu tahun.Â
Tergantung situasi dan kondisi bisnis departemen itu sendiri dan tentunya perusahaannya. Lalu, faktor lainnya adalah "ngantri". Harus nunggu yang atas pensiun dulu (misalnya) jika mau dipromosi. Haha. Di korporasi, gak bisa ada dua manajer dalam satu departemen. Jadi, harap bersabar. Haha.Â
Selama 7 tahun saya bekerja di perusahaan pertama tersebut, saya merasa punya ilmu yang cukup untuk pindah ke perusahaan lain. Pokoknya merasa sudah "matang" apalagi bisa dibilang saya cukup diandalkan di perusahaan tersebut.Â
Oke deh, akhirnya saya memutusan resign dan Alhamdulillah diterima di salah satu perusahaan konglomerasi dan ditawarkan posisi yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan sebelumnya.Â
Saya hanya bekerja 4 bulan di perusahaan tersebut karena beberapa alasan (disclaimer: voluntarily resigned), tapi ilmu yang saya dapat hampir setara dengan saya bekerja 7 tahun. Terselip rasa menyesal mengapa saya dulu menunda keluar dari zona nyaman.Â
Selepas dari perusahaan kedua, saya diterima bekerja di sebuah international firm, yang sebenarnya adalah tempat impian saya bekerja. Bisa diterima di sana adalah sebuah pencapaian besar bagi saya, apalagi bisa dibilang proses rekrutmennya paling menantang dari yang pernah saya alami. Sebenarnya saya melamar untuk posisi manajerial di sana, tapi pada saat proses interview, saya ditawari posisi satu level lebih rendah.Â
Mungkin ada banyak di antara kalian (apalagi anak muda jaman now), yang merasa tidak terima jika ditawari posisi yang lebih rendah dari pekerjaan sebelumnya. Ada banyak alasan mengapa pada akhirnya saya setuju.Â
Pertama, nature of work nya berbeda dengan perusahaan-perusahaan saya bekerja sebelumnya, dibutuhkan banyak sekali adjustment dan tentunya banyak sekali yang harus dipelajari. Kedua, saya yakin bahwa saya akan belajar banyak hal di sana karena saya akan bertemu dengan banyak orang-orang pintar dan inspiring. Ketiga, karena saya tau karir saya akan berkembang.Â
And yes! Since the very first working day there, I felt significant difference -- in a positive way. Terhitung sampai hari ini, saya baru bekerja dua bulan di sana, tapi ilmu yang saya dapat sudah banyak sekali dan tentunya dengan standar yang jauh lebih tinggi.Â
Saya kini merasa senang dengan keputusan yang saya buat, untuk tidak stuck di comfort zone saya karena sesungguhnya, banyak sekali hal-hal menarik yang bisa kita pelajari di luar sana, apalagi selagi muda. Namun, ada beberapa hal yang harus kalian catat.
1. Know what's the job you really want and be consistent.
Ada banyak orang yang masih gak jelas apa pekerjaan yang mereka inginkan. Ada yang sekadar ingin bekerja untuk mencari uang, dan gak terlalu peduli apakah pekerjaannya yang diambil tersebut berhubungan atau tidak dengan kuliahnya atau dengan pengalaman sebelumnya atau juga sesuai keinginannya.Â
Saran saya, coba kalian renungkan, apa pekerjaan yang memang kalian benar-benar inginkan, dan konsisten dengan pilihan itu. Mengapa? Karena jika bidang yang kalian geluti linear, kalian akan lebih dihargai.Â
Dihargai secara profesi, dan tentunya 'di-harga-i" dari segi gaji, hahaha, karena kalian dianggap berpengalaman di bidangnya. Mungkin kalian pernah dengar quote: "it doesn't matter what's the job you're doing, just be the best. You are now working as barista... then be the best barista".Â
2. Berpetualang tidak sama dengan kutu loncat.
Memutuskan untuk resign dan mencari pengalaman dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya tentu saja baik. Namun, bukan berarti kamu pindah perusahaan setiap tiga atau enam bulan sekali.Â
Jangan cepat merasa bosan, atau cepat merasa "cukup". Jangan terlalu terburu-buru atau punya target yang terlalu ambisius dalam karir. Banyak yang beralasan pindah-pindah perusahaan karena ingin segera meraih posisi manajerial di umur yang masih muda.Â
Nikmati aja dulu, guys. Segalanya butuh proses, dan jika prosesnya agak lama dari yang kalian inginkan, bersabar.Â
3. Resign karena gak tahan banting?
"Bos ku tuh demanding gila. Aku stress", "Gila, kerjaan gue gak ada abisnya! Gue stress", "Buset deh, tiap hari aku lembur terus... pusing! Gak tahan lagi!", "Gila deh, kantor aku politiknya kenceng banget! Sikut sana sini!", dan segudang alasan lainnya.Â
Oke, yang ingin saya katakan di sini adalah, jangan kalian resign karena suatu masalah yang sebenarnya bisa diatasi dan dikomunikasikan. Pressure itu di hampir setiap perusahaan akan selalu ada.Â
Pikirkan baik-baik mengapa kalian memutuskan resign, karena alasan kalian resign akan selalu ditanyakan saat wawancara kerja. Jangan hanya karena emosi sesaat, lalu ingin resign.Â
4. Pastikan resign dengan rencana yang pasti.
Ada banyak orang yang memutuskan resign tapi gak tahu mau kemana setelah itu. Jangan pernah resign sebelum kalian tahu apa yang akan kalian lakukan setelahnya. Jangaaaaan~. Mencari pekerjaan itu tidak mudah, guys.Â
Persaingan berat jika kalian tidak berstrategi ria. Memangnya mau kalian resign tapi kemudian dapat perusahaan yang lebih gak menjanjikan dibanding yang sebelumnya? Memangnya mau kalian resign terus nganggur bertahun-tahun?
5. Be realistic and logic when marketing yourself.
Permasalahan anak muda jaman now, seringkali "menjual" dirinya terlalu mahal. Oke, lulusan S2 luar negeri, beasiswa LPDP, tapi pengalaman kerja baru setahun, lalu tiba-tiba melamar jadi Asisten Manajer dan meminta gaji yang meroket 400% dari gaji dia terakhir bekerja.Â
Tenang guys, jangan buru-buru. Perusahaan akan menghargai kok pendidikan kalian, tapi juga kalian harus dengan rendah hati berpikir, apakah kalian cukup berpengalaman?Â
Ilmu di perkuliahan memang bermanfaat, namun praktik membutuhkan pengalaman. Bukan berarti kalian secara akademik oke banget, tapi lantas kemudian mampu memecahkan masalah saat dicemplungin ke dunia kerja. Intinya, nilailah diri kalian secara realistis dan logis.Â
Ada quote bagus nih dari Pak Wisudho Harsanto, beliau adalah People & Development Transformation Practitioner yang cukup hits di LinkedIn:
"Setia sama faktor eksternal itu rawan. Karena mereka-mereka itu gampang jadi mantan. Bubar hubungan. Buktinya, loyal separuh hati. Setia harga mati itu ya sama diri sendiri. Sama prinsip-prinsip, nilai-nilai yang diyakini. Tentang hakekat kerja. Kesetiaan pada nilai-nilai diri itu, akan mencari jalan. Bisa lewat atasan, atau perusahaan. Selagi mereka cocok sama prinsip & nilai diriku".
Selamat meniti karir!
Salam hangat,
Sita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H